Satu penelitian di Belgia, yang dipimpin oleh Gilles Brackman, membandingkan efektivitas dari 18 produk perawatan luka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak zaitun terozonisasi memiliki aktivitas tertinggi untuk menghancurkan biofilm. Sayang sekali jika produk yang efektif ini masih jarang digunakan.
Penyembuhan luka dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama infeksi bakteri dan keberadaan biofilm yang secara signifikan memberikan hambatan. Beragam mikroorganisme patogen dapat tumbuh pada luka kronis, antara lain Staphylococcus aureus, S. epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, dan Candida albicans. Mikroorganisme tersebut dapat membentuk biofilm yang menutup luka dan menjadi tempat berkembang biak. Beberapa studi menunjukkan bahwa keberadaan biofilm pada luka merupakan alasan utama penyebab kegagalan penyembuhannya.
Ozon sendiri merupakan gas alami tidak stabil yang terdiri dari tiga atom oksigen. Christian Friedrich Schonbein (1799-1869) pertama kali melaporkan penemuan ozon pada 1840 saat beruji coba mengalirkan listrik dalam gas oksigen. Schonbein menyebutnya oksigen superaktif dengan aroma khas yang kuat. Aroma ini dapat kita cium saat terjadi hujan yang disertai guntur dan kilat. Secara alami, kilat yang merupakan arus listrik tegangan tinggi, yang mengkatalisis pembentukan ozon dari oksigen yang ada di atmosfer. Berdasarkan konsep tersebut, Werner von Siemens membuat tabung superinduksi (tabung Siemens) untuk membuat ozon sehingga penerapan ozon semakin berkembang.
Dalam dunia industri, ozon kebanyakan digunakan sebagai desinfektan yang efektif. Sifat antibakteri ini pula yang kemudian digunakan dalam pengobatan luka (Valacchi et al, 2005). Ozon yang ‘diikatkan’ dalam minyak tanaman, seperti minyak zaitun, minyak biji bunga matahari, atau minyak wijen, dapat dengan mudah diaplikasikan pada luka karena bentuknya yang cair, dibandingkan jika menggunakan ozon secara langsung. Dalam minyak tanaman tersebut, ozon dapat menjadi lebih stabil karena berada dalam bentuk beberapa senyawa seperti hidroperoksida, ozonida, aldehida, peroksida, diperoksida, dan poliperoksida, yang bertanggung jawab memberikan efek antimikroba.
Referensi
Bocci V (2011) Ozone: A New Medical Drug, 2nd Edition. London: Springer
Brackman G, De Meyer L, Nelis HJ, Coenye T (2013) Biofilm inhibitory and eradicating activity of wound care products against Staphylococcus aureus and Staphylococcus epidermidis biofilms in an in vitro chronic wound model. J. Appl. Microbiol. 114(6): 1833-1842.
Valacchi G, Fortino V, Bocci V (2005) The dual action of ozone on the skin. Br. J. Dermatol. 153(6): 1096-1100