Sunday, 25 June 2017

Parameter Proses Kritis Inspeksi Visual Injeksi

Inspeksi visual manual merupakan metode pembanding untuk metode pemeriksaan partikulat yang dijabarkan dalam farmakope. Inspeksi ini berupa melihat isi kemasan tertutup di bawah kondisi terkendali. Untuk mendapatkan hasil inspeksi yang dapat dipercaya dan memiliki keterulangan tinggi, kondisi berikut harus dikendalikan:
  • Pencahayaan
  • Kecepatan inspeksi
  • Kontras
  • Pergerakan sampel
  • Magnifikasi
image_xlarge.jpg
Inspeksi visual manual produk dalam vial (Vetter)
Pencahayaan
Mata memerlukan sumber cahaya yang menerangi obyek untuk bisa dilihat. Sumber cahaya yang sering digunakan adalah lampu lucutan (fluoresens), lampu pijar, dan, yang saat ini semakin meningkat penggunaannya, LED.
Lampu lucutan paling sering digunakan. Model lama lampu ini memberikan masalah kerdipan (flicker). Kerdipan dapat menyebabkan mata inspektor cepat lelah. Namun, masalah ini sudah teratasi dengan sistem yang menggunakan ballast frekuensi tinggi.
Lampu pijar memberikan cahaya yang lebih nyaman di mata karena kekayaan spektrum dan bebas kerdipan. Namun, lampu ini menimbulkan panas sehingga boros energi.
Dioda pemancar cahaya (LED) menjadi sumber cahaya yang populer dan terus meningkat penggunaannya. Lampu ini tidak menimbulkan panas, stabil, masa guna panjang, dan pemakaian energi efisien.
Pencahayaan yang digunakan adalah cahaya baur tidak langsung (diffuse). Arah pencahayaan umumnya dari atas obyek yang diinspeksi. Dalam beberapa kasus, diperlukan pencahayaan dari bawah, melewati isi wadah. Misalnya, untuk wadah atau larutan yang berwarna kuat. Inspeksi produk dengan wadah kantung fleksibel dapat menggunakan pencahayaan dari belakang dan melewati wadah.
Tingkat pencahayaan yang direkomendasikan USP dan EP dalam rentang 2.000-3.750 luks cahaya putih pada titik inspeksi wadah gelas bening. Peningkatan luks hingga 10.000 luks dapat diterapkan untuk wadah plastik yang buram atau gelas amber. Penggunakan intensitas cahaya tinggi ini harus disertai penghindaran dari cahaya yang menyilaukan atau tatapan langsung untuk mencegah ketegangan atau kelelahan mata. JP sebelumnya menerapkan batas 1.000 luks untuk cairan jernih dan lebih tinggi (8.000-10.000 luks) untuk kemasan plastik. Namun, JP berencana merevisi batas tersebut, mengikuti USP dan EP (Shabushnig dan Katayama, 2015).
Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan inspeksi tidak dijalankan dengan intensitas pencahayaan di bawah 2.000 luks. Intesitasi pencahayaan harus diukur secara berkala untuk pemastian pemenuhan persyaratan. Frekuensi pemantauan harus ditentukan berdasarkan data pengalaman penggunaan jenis lampu yang digunakan. Frekuensi ini bisa mingguan atau dalam interval lebih panjang. Pemantauan selama proses inspeksi atau pun harian tidak diperlukan karena sistem pencahayaan masih stabil dalam jangka waktu pendek tersebut.
Batas tindakan intensitas pencahayaan terendah, misalnya +10% dari batas terendah kompendial, harus ditetapkan untuk memicu tindakan koreksi sebelum inspeksi dijalankan di bawah batas rentang.
Meskipun pengendalian pencahayaan merupakan faktor kritis untuk mendapatkan hasil inspeksi yang dapat dipercaya, masih ada masalah terkait inspektor. Persepsi tingkat terang (iluminan relatif) manusia menurun seiring usia, hingga mencapai 50% antara usia 20 dan 50 tahun. Masalah terkait penuaan ini harus diatasi dengan pelatihan dan kualifikasi berulang untuk setiap inspektor.
Kecepatan inspeksi
Durasi inspeksi setiap wadah yang direkomendasikan USP <790> adalah 10 detik, dengan masing-masing 5 detik untuk latar belakang hitam dan putih. Kemasan yang lebih besar atau lebih kompleks bisa memerlukan waktu yang lebih lama.
Waktu yang diberikan untuk mengamati suatu obyek akan berimbas pada sensitivitas proses inspeksi. Umumnya, kemampuan mendeteksi kecacatan meningkat seiring peningkatan waktu yang diberikan, hingga pada titik waktu tertentu mulai terjadi penurunan.
Waktu ini terdiri dari dua bagian penting, yakni waktu pencarian detail masalah dan waktu keputusan diterima atau ditolak. Jika tidak cukup waktu yang diberikan untuk memindai suatu obyek atau membuat keputusan, masalah kecacatan bisa terlewat atau keputusan yang salah dijatuhkan pada obyek tersebut. Pemanjangan waktu yang disediakan dilaporkan justru dapat menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan.
Waktu yang diperlukan per kemasan dapat dikontrol melalui penghitungan internal atau menggunakan alat pacu berupa lampu atau suara. Alat pacu ini dapat digunakan hanya saat pelatihan, seperti musisi yang menggunakan metronom untuk berlatih ketukan. Pencatatan waktu yang diperlukan untuk inspeksi tiap bets dan kemudian menghitung nilai kecepatan inspeksi merupakan cara terbaik untuk konfirmasi kecepatan inspeksi masih dalam batas yang ditentukan. Koreksi dapat dilakukan terkait adanya aktivitas di luar inspeksi selama proses, misalnya jeda istirahat, untuk mendapatkan dokumentasi nilai kecepatan inspeksi yang lebih tepat.
Kontras
Semua farmakope mempersyaratkan penggunakan latar belakang hitam dan putih untuk inspeksi. Kontras diperlukan mata untuk membantu mendeteksi sesuatu. Latar belakang hitam dan putih mampu memberikan kontras yang diperlukan tersebut, untuk mendeteksi partikel dan kecacatan kemasan dalam rentang warna yang luas, dari terang ke gelap. Peningkatan kontras menyebabkan partikel atau kecacatan semakin menyolok mata, sehingga lebih mudah dibedakan dan meningkatkan probabilitas untuk dapat terdeteksi.
Latar belakang direkomendasikan tidak mengkilap untuk menghindari gangguan pengamatan akibat pantulan.
Pergerakan sampel
Mata manusia sangat peka terhadap obyek bergerak dalam area pandangnya. Penelitian menunjukkan bahwa obyek diam lebih sulit ditemukan dibandingkan obyek bergerak.
Urutan pergerakan obyek dalam inspeksi manual dimulai dari kondisi diam awal, pembalikan, dan penggoyangan. Dalam urutan ini, pengamatan diawali dengan melihat ada atau tidaknya partikel berat yang mungkin terendap di dasar kemasan, dengan latar belakang putih. Selanjutnya, kemasan dibalik, membilas setiap partikel dari sisi atas kemasan sehingga terbawa aliran cairan. Kemasan kemudian dimiringkan hingga membentuk sudut 45° dan digoyang perlahan untuk membuat pergerakan partikel halus yang mungkin ada. Sudut ini juga penting untuk mencegah tangan menghalangi cahaya dari atas. Dalam pergerakan kemasan perlu diperhatikan untuk tidak menjebak udara yang bisa membentuk gelembung. Gelembung dan partikel sulit dibedakan sehingga munculnya gelembung dapat menyebabkan peningkatan jumlah unit yang ditolak secara keliru. Dalam tiap urutan ini, kemasan diamati mulai dari dasar ke atas untuk dapat mendeteksi dini partikel berat dan memberikan kesempatan gelembung naik. Kemasan juga diperiksa untuk mendeteksi kecacatan seperti retakan, kebocoran, atau penutupan yang tidak tepat. Urutan tersebut kemudian diulang dengan latar belakang hitam untuk menyelesaikan semua tahap inspeksi. Tidak ada keharusan harus memulai dari latar belakang putih atau hitam terlebih dahulu, karena dimulai dari latar belakang mana pun hasilnya sama saja.
Urutan yang berbeda dapat diterapkan, tergantung pada konfigurasi kemasan (ukuran, bentuk), dan sifat cairan (viskositas, tegangan permukaan). Selama pengembangan atau uji stabilitas direkomendasikan untuk menggoyang pelan kemasan sebelum dibalik. Dengan demikian, partikel halus yang terendap di dasar kemasan dapat teramati dengan mudah sebagai pusaran sebelum terdispersi.
Perangkat untuk memegang beberapa kemasan sekaligus dapat digunakan dalam inspeksi untuk mendapatkan tampilan yang konsisten. Memegang beberapa kemasan sekaligus dengan tangan tidak direkomendasikan karena akan menyulitkan pengamatan menyeluruh pada permukaan kemasan dan isi.
Magnifikasi
Proses inspeksi dapat menggunakan lensa dengan perbesaran 3-5 kali untuk meningkatkan ukuran tampilan sehingga menaikkan probabilitas deteksi kemasan dengan kecacatan mendekati batas kemampuan deteksi biasa. Meskipun magnifikasi dapat berguna dalam pengamatan, pemakaiannya tidak meningkatkan kecepatan inspeksi. Hal ini disebabkan penggunakan lensa pembesar seringkali menyebabkan mata cepat lelah. Karena itu, pemakaian magnifikasi tidak menjadi bagian dalam rekomendasi farmakope untuk inspeksi rutin. Namun, magnifikasi dapat membantu dalam pengamatan kritis sejumlah kecil sampel, terutama saat investigasi.
Referensi
Aldrich DS, Cherris RT, Shabushnig JG (2016) Visual Inspection and Particulate Control. Bethesda: PDA
Shabushnig JG, Katayama H (2015) Japanese Pharmacopeia (JP) and United States Pharmacopeia (USP) developments in visual inspection for foreign particulate matter. PDA Journal of GMP and Validation in Japan 17(1): 94-103
USP 40-NF 35 Supplement 1 (2017) General Information <1790> Visual Inspection of Injection. Rockville: The United States Pharmacopeial Convention, pp. 8099-8118
USP 40-NF 35 (2017) General Chapter <790> Visible Particulates in Injections. Rockville: The United States Pharmacopeial Convention, p. 671

No comments:

Post a Comment