Sunday, 4 August 2019

Diplomasi ala ASEAN

Oleh JOHNNY G
Sejarah
Menteri Luar Negeri Adam Malik, Senin (24/7/1967), di depan sidang pleno DPR GR di Jakarta, menjelaskan soal sikap politik luar negeri Indonesia. Gagasan Indonesia soal perlunya kerja sama regional di antara negara-negara di Asia Tenggara mulai mendapat sambutan dari negara-negara tetangga. Pada Sabtu (5/8/1967), lima menlu negara Asia Tenggara mengadakan sidang tertutup di Bangsaen, dekat Bangkok.
Menlu Muangthai (Thailand, saat ini) Thanat Koman dalam jumpa persnya menyampaikan soal kesepakatan untuk membentuk sebuah organisasi kerja sama di antara negara Asia Tenggara yang bersifat nonpolitik dan nonmiliter.
Dalam sidang tertutup terjadi dialog soal kehadiran kekuatan militer asing. Filipina menganggap perlu adanya pangkalan militer Amerika Serikat, sedangkan Malaysia dan Singapura menyatakan bahwa tidak lama lagi pasukan Inggris di kedua negara itu akan ditarik mundur.
Deklarasi resmi berdirinya organisasi yang kemudian disebut ASEA (Association of Southeast Asian Nations) ditandatangani pada Selasa, 8 Agustus 1967, di Bangkok. Lima orang menandatangani deklarasi tersebut, yaitu Menlu Adam Malik (Indonesia), Menlu Narciso Ramos (Filipina), Menlu Thanat Khoman (Thailand), Wakil Perdana Menteri Tun Abdul Razak (Malaysia), dan Menlu S Rajaratnam (Singapura).
Lewat keputusan Nomor 237/1967, tanggal 5 Desember 1967, Pejabat Presiden Soeharto menetapkan Sekretarial Nasional ASEAN di Jakarta. Jumlah anggota ASEAN saat ini sepuluh negara dengan bergabungnya Brunei Darussalam (8/1/1984), Vietnam (28/7/1995), Laos (23/7/1997), Myanmar (23/7/1997), dan Kamboja (30/4/1999).
Riak dan peran anggota
Penangkapan 26 orang Filipina bersenjata oleh Pemerintah Malaysia di Sabah, Sabtu (23/3/1968), membuat ketegangan hubungan kedua negara. Mereka dilatih militer oleh Mayor Abdul Latief Martelino secara rahasia di Pulau Corregidor.
PM Malaysia Tengku Abdul Rachman meminta Presiden Ferdinand Marcos melakukan penyelidikan mendalam agar keutuhan ASEAN tetap terjaga. Untuk itu, komandan pusat latihan militer di Corregidor, Mayor Abdul Latief Martelino, akan diajukan ke depan komisi Senat Filipina bersama dengan lima perwira lainnya. Mereka saat ini berada dalam tahanan militer.
Demi mempererat hubungan sesama negara anggota ASEAN, Pemerintah Singapura menyiapkan beasiswa pendidikan sekolah menengah bagi 25 mahasiswa warga negara ASEAN (Kompas, 11/10/1968). Jumlahnya 1.200 dollar Singapura setahun dan tidak ada ikatan apa pun dengan Pemerintah Singapura setelah siswa lulus. Beasiswa akan mulai diberikan Januari 1969.
Konflik yang terjadi di Vietnam ikut membuat ketegangan dua negara adidaya, yaitu Uni Soviet dan AS. Indonesia di bawah Komisi Pengawasan Internasional mengirimkan pasukan perdamaian sejumlah 290 orang dalam Kontingen Garuda IV, V, dan VII untuk membantu pengawasan gencatan senjata dan pertukaran tawanan perang di Vietnam. Pasukan ini bertugas mulai Januari 1973 sampai Oktober 1974. 
Dalam perkembangannya, peran ASEAN di dunia internasional semakin diperhitungkan. Persoalan menjaga stabilitas keamanan di kawasan Laut China Selatan menjadi bahasan utama dalam pertemuan Menlu ASEAN-China di Bangkok, Thailand, Rabu (31/7/2019).
Empat negara anggota ASEAN (Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam) terlibat sengketa klaim wilayah perairan Laut China Selatan dengan China dan Taiwan. Nonmiliterisasi dan menahan diri dari semua pihak perlu dikedepankan dalam mengatasi ketegangan di Laut China Selatan. Selamat Hari Jadi Ke-52 ASEAN...
Kompas, Minggu, 4 Agustus 2019

No comments:

Post a Comment