Tuesday, 10 June 2014

Gunung Kelud 2014

Menjelang penghujung malam 13 Februari 2014, Gunung Kelud meletus. Cendawan erupsi (eruption plume) pertama kali terdeteksi satelit pada pukul 23.09. Berdasarkan analisis citra satelit, awan abu memiliki ketinggian hampir 20 km, dengan lebar cendawan mendekati 30 km. Sebagian abu bahkan mencapai ketinggian 26 km. Berdasarkan citra satelit, abu terbawa angin ke arah barat-barat daya dan jatuh ke Samudra Hindia.
Gambar MTSAT-1R 10.8 μm IR yang menunjukkan ekspansi cepat payung awan volkanik dari erupsi Gunung Kelud 13 Februari 2014, dalam interval 10 menit (dengan beberapa gap). Sinyal awal berupa awan volkanik berbentuk bentukan kecil dimulai pada jam 23.09.
Citra satelit Suomi NPP menggunakan Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) pada jam 00:30, 14 Februari 2014, yang menunjukkan puncak cendawan erupsi (plume) (atas). Pengukuran ketinggian awan abu dengan CALIOP dari satelit Cloud-Aerosol Lidar and Infrared Pathfinder Satellite Observation (CALIPSO) pada jam 1:10, 14 Februari 2014, yang menunjukkan awan abu memiliki ketinggian hingga hampir 20 km, dengan beberapa bagian mencapai hampir 30 km (bawah).
Citra satelit sebaran abu volkanik Gunung Kelud ke arah barat Jawa dan mencapai Samudera Hindia

Letusan dengan awan abu berhias petir
2143330GunungKeludMeletus051780x390.jpg

Warga memotret erupsi Gunung Kelud dari Kota Kediri, Jawa Timur, 14 Februari 2014. (AFP Photo/Juni Kriswanto)
0904597Kelud011780x390.jpg
Kondisi perkampungan yang tertimbun abu vulkanik Gunung Kelud di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Sabtu (15/2/2014). (Surya/Hayu Yudha Prabowo)
1656193keludd780x390.jpg
Beberapa wisatawan, Selasa (11/3/2014), melihat kawasan sekitar kawah Gunung Kelud dari jarak sekitar 4 kilometer di jalan utama menuju kawah di Desa Sugihwaras, Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. (Kompas/Defri Werdiono)
080032402-foto28780x390.JPG
Abu vulkanik yang berasal dari letusan Gunung Kelud menyelimuti kawasan Perempatan Tugu, Yogyakarta, Jumat (14/2/2014) pagi. (Kompas/Ferganata Indra Riatmoko)
0922183IMG-20140214-084650780x390.jpg
Landasan Bandara Adi Sucipto tertutup abu vulkanik Gunung Kelud penerbangan ditutup. (Kompas/Wijaya Kusuma)
Letusan kali ini menunjukkan bahwa Gunung Kelud telah kembali ke pola letusan eksplosif. Pada November 2007 pola letusan Gunung Kelud sempat beralih efusif, dengan memunculkan kubah lava di tengah lokasi danau kawahnya.  Danau menjadi kolam kecil berisi air keruh berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah lava. Peralihan sementara ini disebut mantan Kepala Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, Surono, sebagai anomali, yang disebabkan karena adanya retakan di jalur lava sehingga terjadi ‘kebocoran’ daya dorong letusan. Akibatnya, daya letus gunung berkurang drastis.
Danau  kawah pasca erupsi 1901
Danau kawah Gunung Kelud, 1919
Danau kawah Gunung Kelud, 1980
Kawah dengan kubah lava Gunung Kelud, 2012
1308gunung-kelud.jpg
Kondisi puncak Gunung Kelud setelah mengalami erupsi. Kubah lava setinggi 300 meter telah berganti dengan kawah, Rabu (13/8/2014). (TribunNews.com)
Revolusi gunung api
Bentuk dan struktur Gunung Kelud menjulang secara teratur dari dataran Kediri di barat dan dari lembah Sungai Brantas di selatan. Ke timur dan utara terdapat gunung api Kawi, Laksono, dan Anjasmoro yang mengganggu pembentukan kaki gunung yang normal. Konfigurasi dari puncaknya menunjukkan bahwa kawahnya berpindah-pindah dari timur ke barat. Selain itu, sumbat lava lama seperti Sumbing serta Gajahmungkur dan puncaknya yang membentuk bagian dari pinggir kawah sekarang memberikan bentuk yang sangat tidak teratur. Gunung Umbo adalah kerucut parasite di lereng barat sampai barat daya.
Menurut geologis dari Museum Geologi Bandung, Indyo Pratomo, Gunung Kelud terbentuk dalam tiga tahap utama. Tahap pertama, pembentukan tubuh gunung strato dengan tiga kubah di lereng selatan-timur berupa Gunung Kramasan (944 mpdl), lereng barat berupa Gunung Pisang (855 mdpl), dan Gunung Umbuk (1.014 mdpl). Tahap kedua, terjadinya longsoran, dengan atau tanpa letusan, sehingga menyisakan kubah Gunung Kombang (1.574 mdpl) dan bagian dari sisi barat-selatan di tepi kiri Kawah Putih. Sulit menentukan kapan terbentuknya Gunung Kelud purba karena tubuh gunung ini hancur berkali-kali akibat kerapnya letusan. Tahap ketiga ditandai dengan pembentukan tapal kuda, yang jejaknya masih bisa dilihat dari bentukan Gunung Kelud saat ini. Tubuh Gunung Kelud saat ini dibatasi oleh struktur bukaan ke samping ke arah tenggara dan ditandai oleh morfologi khas “bukit-bukit” kecil yang tersebar pada ketinggian 600-700 meter di kawasan sekitar 5-6 km dari puncak gunung api. Kawah yang ada saat ini merupakan salah satu bentukan tahap ketiga, yang dulunya merupakan magma dangkal. Bisa jadi kawah Kelud saat ini merupakan dasar gunung lama yang bagian atasnya terbongkar saat meletus pada masa lampau. Menurut Indyo, danau kawah Kelud terbentuk sekitar 2.400 tahun lalu atau mungkin lebih tua.
“Kelud hanya memiliki dua tipe letusan, besar dan besar sekali, serta dalam sejarahnya pernah menghancurkan Kediri,” kata Surono. Letusan besar berarti melontarkan air panas dari danau kawah bercampur batuan panas dan kerikil, yang disebut sebagai lahar letusan. Jika selain lahar letusan juga mengeluarkan awan panas, sebutannya letusan besar sekali.
Keunikan letusan gunung api strato, dengan ketinggian 1.731 meter dpl ini adalah tidak diawali dengan letusan kecil. “Letusan Kelud biasanya langsung besar dan singkat,” kata Surono. Kondisi ini sangat berbahaya bagi masyarakat karena tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk menghindar.
Tipe letusannya disebut sprint karena erupsi hanya berlangsung selama dua hari dengan material letusan bisa mencapai 200 juta kubik. Pada 10 Februari 1990, setidaknya 200 juta ton meter kubik material padat terlontar dari kawah Gunung Kelud dalam waktu hanya 5 jam. Sebagai pembanding, letusan Gunung Merapi pada 2010 "hanya" melontarkan 150 juta meter kubik material padat, dalam jangka waktu satu bulan. Sementara volume lontaran Gunung Sinabung, Sumatera Utara, sejak September 2013 hingga awal Februari 2014 kurang dari 10 juta meter kubik.
“Kelud itu sangat irit gempa. Kita tidak bisa mendasarkan pengamatan Kelud hanya pada aktivitas gempanya,” kata Surono. Kondisi saat tenang menjelang meletus ini merupakan ciri khas hampir semua gunung api andesit, seperti Gunung Kelud. Gunung api andesit umumnya ditemukan pada lingkungan penunjaman tektonik dan sifatnya sangat mudah meledak serta tak terduga. Disebut gunung api andesit karena lava yang dikeluarkannya membentuk batuan andesit yang kaya silica.
Keberadaan sumbatan besar di kawah Gunung Kelud pada tahun 2007 sempat menimbulkan kegelisahan Surono. “Kalau Kelud meletus lagi, semoga saat itu saya tidak lagi menjadi Kepala PVMBG,” kata Surono di kawah Kelud, 4 November 2011. “Saya tidak bisa membayangkan bagaimana letusan Kelud ke depan.” Pola ledakan Gunung Kelud menjadi sulit diprediksi. Energi letusan Kelud sangat kuat dan eksplosif. Sulit dibayangkan jika kubah lava tersebut terlontar seketika saat Kelud meletus. Jika sumbatan cukup kuat dan magma tidak mampu menjebolnya, bukan tidak mungkin Gunung Kelud meletus dari lereng di luar kawah. Bahaya sangat besar menanti karena area sekitar Gunung Kelud padat penduduk.
Daerah Terdampak
Pola letusan Gunung Kelud kali ini mirip dengan letusan tahun 1919 dan 1951. Perbedaannya, erupsi pada tahun 2014 ini merupakan erupsi kering. Kubah yang terbentuk di tahun 2007 telah mengeringkan 2,5 juta meter kubik air kawah. Sebagai akibatnya, debu terbawa angin hingga jauh ke barat, melapisi tanah dan bangunan di kawasan Kudus, Solo, Yogyakarta, bahkan hingga ke Bandung.
Suara letusan diberitakan terdengar hingga Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, yang berjarak sekitar 400 km dari Gunung Kelud. Warga setempat panik karena mengira Gurung Raung erupsi.
Secara administratif, Gunung Kelud berada di wilayah Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang. Kabupaten Malang menjadi salah satu wilayah yang terdampak serius dalam erupsi kali ini. Empat orang meninggal akibat sesak napas dan tertimpan runtuhan bangunan yang tidak kuat menahan beban material vulkanik. Sementara ratusan rumah rusak diterjang abu dan bebatuan. Keempat korban tersebut adalah warga Desa Pandansari, Ngantang, 8 km dari puncak Kelud. Total korban meninggal dalam letusan kali ini hanya empat orang. Rata-rata akibat terjatuh dari atap rumah saat membersihkan pasir material vulkanik atau kecelakaan saat mengungsi.
Letusan Gunung Kelud kali ini juga menyebabkan tujuh bandara ditutup. Ketujuh bandara tersebut adalah Bandara Adisutjipto (Yogyakarta), Bandara Adi Soemarmo (Solo), Bandara Juanda (Surabaya), Bandara Abdul Rahman Saleh (Malang), Bandara Ahmad Yani (Semarang), Bandara Tunggul Wulung (Cilacap), dan Bandara Husein Sastranegara (Bandung).
Delapan hari pasca erupsi Gunung Kelud, konsentrasi abu vulkanik di Daerah Istimewa Yogyakarga dan sekitarnya masih tinggi, yaitu mencapai 1.082 mikrogram per meter kubik atau hampir tiga kali lipat dari ambang batas baku mutu udara ambien. Tingginya kadar abu vulkanik yang bersifat higroskopis menyerap kelembaban sehingga udara menjadi kering.



Referensi
NASA Earth Observatory (14 Februari 2014) Indonesia’s Mount Kelut Erupts. Diakses 17 Februari 2014
NASA Earth Observatory (14 Februari 2014) Indonesia’s Mount Kelud Erupts. Diakses 17 Februari 2014
CIMSS Satelline Blog (14 Februari 2014) Eruption of the Kelut volcano in Java, Indonesia. Diakses 17 Februari 2014
Nicarnica Aviation (16 Februari 2014) Satellite Analyses of Kelut Ash and SO2. Diakses 17 Februari 2014
Nicarnica Aviation (14 Februari 2014) Volcanic Eruption in Java Closes Airports. Diakses 17 Februari 2014
Dongeng Geologi (14 Februari 2014) Letusan G Kelud 2014. Diakses 17 Februari 2014
Dongeng Geologi (19 Oktober 2007) Mengenal Gunung Kelud. Diakses 17 Februari 2014
European Space Agency (14 Februari 2014) Kelut Volcano Grounds Air Travel. Diakses 17 Februari 2014
Ekspedisi Cincin Api (30 Januari 2012) Kemelut Gunung Kelud. Diakses 17 Februari 2014
National Geographic Indonesia (14 Februari 2014) Erupsi Kelud: Sejarah Panjang dan Anomali Erupsi Kelud. Diakses 18 Februari 2014
Wikipedia (18 Februari 2014) Gunung Kelud. Diakses 18 Februari 2014
Kompas (12 Februari 2014) Magma Gunung Kelud Mendekati Puncak. Diakses 18 Februari 2014
Kompas (21 Januari 2012) Liputan Khusus Ekspedisi Cincin Api: Kelud, Revolusi Gunung Api
Kompas (15 Februari 2014) Gunung Raung Diduga Meletus.
Kompas (15 Februari 2014) Kelud Lumpuhkan 7 Bandara
Kompas (15 Februari 2004) Dampak Letusan: Waspadai Gangguan Kesehatan
Kompas (15 Februari 2004) Sejumlah Candi Ditutup – Mencegah Kerusakan akibat Erupsi Gunung Kelud
Kompas (15 Februari 2014) Selimut Abu hingga 700 Kilometer
Kompas (15 Februari 2014) Gunung Api: Antara Berkah dan Bencana
Kompas (16 Februari 2014) Belajar Membaca Kelud
Kompas (22 Februari 2014) Kadar Abu Masih Tinggi

1 comment: