Oleh SUMANTO AL QURTUBY
Setiap kali konflik Israel-Palestina meletus—sejak 1948—dunia selalu tertuju pada umat Islam dan Yahudi.
Mayoritas masyarakat menganggap perang Israel-Palestina sebagai kekerasan agama antara Yahudi dan Muslim, bukan konflik perebutan tanah dan teritori. Kelompok pro-Israel biasanya membela Yahudi serta menganggap Yahudi sebagai korban keganasan Hamas dan faksi militan Islam Palestina lainnya, sementara yang pro-Palestina membela umat Islam yang mereka pandang menjadi korban aneksasi serta kebrutalan Israel dan Yahudi.
Tumbuhnya kelompok anti-Semitisme di negara-negara Barat, khususnya Amerika dan sejumlah negara Eropa yang marak belakangan ini, bukti bahwa kelompok pro-Palestina tak semata-mata anti-Israel, tetapi juga anti-Yahudi.
Begitu pula sebaliknya, kelompok pro-Israel di Barat menjadi penyumbang signifikan dalam maraknya aksi Islamofobia meski fenomena ini sebetulnya sudah berlangsung lama dan bukan dipicu oleh konflik Israel-Hamas saat ini.
Sementara itu, umat Kristen nyaris terlupakan di tengah pusaran konflik Israel-Palestina. Padahal, Palestina sudah menjadi rumah umat Kristen jauh sebelum Islam lahir di abad ketujuh Masehi.