Friday, 18 September 2020

Aturan dalam Penulisan Nama Geografis

 Oleh YULIANA

Songket palembang atau songket Palembang? Harimau sumatera atau harimau Sumatera? Masih banyak kebingungan dalam penulisan nama geografis, menggunakan huruf kecil atau kapital? Aturan apa yang harus diperhatikan?

Ketidakkonsistenan dalam menerapkan aturan bahasa yang sudah disepakati dapat menimbulkan kebingungan pembaca. Salah satu ketidakkonsistenan itu terkait penulisan nama geografis pada frasa nama jenis. Selain pada berita surat kabar atau media lainnya, ketidakkonsistenan juga ditemukan pada iklan ataupun karya tulis ilmiah.

Penentuan apakah nama geografis pada sebuah frasa termasuk nama jenis atau nama wilayah merupakan hal penting. Karena ini menentukan bagaimana penulisan katanya, apakah diawali dengan huruf kapital atau huruf kecil. Kebingungan menentukan jenis nama geografis berakibat masih ditemukannya kesalahan penulisan di banyak media massa di Tanah Air. Beberapa contohnya:

Pemilik galeri ini sedang mempersiapkan tenun pandai sikek untuk menyambut rombongan ibu-ibu dari suatu lembaga yang akan datang meninjau.

Perajin tenun Baduy, Dalis (30), menunjukkan proses menenun kain khas masyarakat Baduy pada Pameran Produksi Indonesia 2014 di Harris Hotel and Conventions Festival Citylink, Bandung, Jawa Barat.

Frasa tenun pandai sikek dan tenun Baduy ditulis berbeda. Huruf depan sikek pada pandai sikek ditulis dengan huruf kecil, sedangkan Baduy diawali huruf kapital. Padahal, Pandai Sikek dan Baduy merupakan nama daerah di Indonesia. Pada contoh berikut, nama geografis yang sama ditulis berbeda, yakni:

Karena cinta itu pula, Eri berjuang memanggungkan kopi gesing temanggung….

Eri mampu membeli sekitar 16 ton hasil panen di enam kecamatan sentra kopi Temanggung.

Pada dua kalimat di atas, kata Temanggung dituliskan berbeda. Mengapa demikian? Lalu, bagaimana penulisan yang benar? Bagaimana menentukan nama geografis pada sebuah frasa merupakan unsur yang membentuk frasa nama jenis atau nama wilayah?

Pedoman EYD

Dalam Pedoman Ejaan yang Disempurnakan (EYD), yang kini berganti nama menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), tertulis, ”Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital”.

Misalnya, pada frasa jeruk bali (Citrus maxima), kacang bogor (Voandzeia subterranea), nangka belanda (Anona muricata), dan petai cina (Leucaena glauca).

Frasa yang disertai nama geografis dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya. Contohnya seperti dalam kalimat:

Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren, dan gula anggur.

Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.

Sementara untuk yang bukan nama jenis, penulisannya adalah sebagai berikut:

Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik Yogyakarta, dan batik Madura.

Selain film Hong Kong, juga akan diputar film India, film Korea, dan film Jepang.

Murid-murid sekolah dasar itu menampilkan tarian Sumatera Selatan, tarian Kalimantan Timur, dan tarian Sulawesi Selatan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bagian frasa yang berupa nama geografis dan merupakan nama jenis tidak ditulis dengan awalan huruf kapital.

Pada kalimat ”Karena cinta itu pula, Eri berjuang memanggungkan kopi gesing temanggung…”. Frasa gesing temanggung seharusnya ditulis dengan huruf kapital karena bukan merupakan nama jenis, melainkan nama daerah asal kopi berasal. Gesing adalah nama sebuah desa di Temanggung, Jawa Tengah. Penulisannya menjadi kopi Gesing Temanggung.

Hal ini berbeda ketika kita menulis kata americano, latte, piccolo, atau affogato, misalnya dalam kalimat berikut, ”Kini, proses belajarnya berlanjut di Anomali. Yanlani belajar membuat minuman kopi, seperti cappuccino, caffè latte, dan americano”.

Penulisan kata americano, latte, piccolo, atau affogato menggunakan huruf kecil karena merupakan nama jenis kopi berdasarkan penyajiannya.

Bagaimana dengan kata robusta, arabika, ekselsa, racemosa, liberica (african coffee), dan kopi luwak? Berdasarkan artikel di Kompas.com dengan judul ”Mengenal Jenis Kopi Kelas Dunia”, robusta, arabika, ekselsa, racemosa, liberica, dan kopi luwak merupakan jenis kopi berdasarkan ciri biologisnya.

Dalam berita di beberapa media masih ditemukan ketidakkonsistenan penulisan bentuk frasa yang memiliki unsur geografis. Misalnya, kata palembang dalam frasa songket palembang. Ada yang ditulis dengan huruf kecil, ada pula yang ditulis dengan huruf kapital, seperti dalam kalimat:

Koleksi yang dimaksud Ghea tersebut adalah dua koleksi yang telah keluar lebih dulu sebelum proyek porselen songket palembang berhasil diselesaikan.

”… saya tinggal menyambung satu demi satu benang dayan dengan tiap helai sisa benang yang terpasang di penyincing lama,” kata Siti yang sejak kelas VI SD piawai menenun songket Palembang.

Palembang dalam frasa songket Palembang merupakan nama geografis yang ditulis dengan huruf kapital. Songket Palembang tidak akan ditemukan di wilayah lain karena merupakan kekhasan yang hanya dimiliki masyarakat Palembang.

Dengan kata lain, songket Palembang bukan merupakan jenis songket, melainkan menunjukkan nama wilayah tempat berasalnya songket, yakni dari Palembang. Songket Palembang sendiri memiliki beberapa jenis, yaitu songket lepus, tawur, bungo pacik, dan limar. Jenis songket ini yang kemudian ditulis menggunakan huruf kecil.

Perlakukan yang sama juga diterapkan pada Pandai Sikek dalam frasa tenun Pandai Sikek dan Baduy pada tenun Baduy di awal tulisan, yang merupakan nama wilayah, sehingga penulisannya menggunakan huruf kapital.

Tidak sulit

Tak sulit sebenarnya untuk menentukan apakah nama geografis pada sebuah frasa merupakan nama jenis atau nama wilayah apabila penamaannya dengan nama Latin.

Jika penamaannya memiliki nama Latin, bisa dipastikan nama geografis yang melekat pada frasa merupakan nama jenis. Misalnya, harimau sumatera yang memiliki nama Latin, Panthera tigris sumatrae, atau jeruk bali yang memiliki nama Latin, Citrus maxima.

Penentuan sebuah kata merupakan bagian dari nama jenis atau nama wilayah juga bisa ditelusuri dari sejarah penamaannya. Misalnya, kata ambon pada frasa bika ambon. Ambon di sini bukan merujuk pada nama kota di Maluku karena penganan ini justru berasal dari Medan, Sumatera Utara.

Kata ambon pada bika ambon berasal dari nama sebuah jalan di Kota Medan, Jalan Ambon. Konon, di sanalah kue bika khas Medan pertama kali dijajakan. Lalu, bagaimana dengan penulisan frasa warung Tegal, restoran Padang, restoran Aceh, sate Padang, atau sate ayam Madura? Tentu saja semua ditulis menggunakan huruf kapital karena merujuk pada nama wilayah.

Sumber: https://www.kompas.id/baca/opini/2020/09/19/aturan-dalam-penulisan-nama-geografis/

No comments:

Post a Comment