Oleh DAHLIA IRAWATI/DEFRI WERDIONO/AGNES SWETA PANDIA
MALANG, KOMPAS — Daerah rawan gempa bumi di selatan Jawa Timur diminta mewaspadai potensi keberadaan zona gelap kegempaan atau celah seismik (seismic gap). Alasannya, zona itu rentan memicu kerusakan sangat besar bila tidak diperhatikan.
Celah seismik adalah kawasan aktif tektonik dan pernah
menyebabkan gempa di masa lalu. Namun, seiring waktu, gempa lama tidak terjadi
di kawasan itu. Karena karakteristiknya, potensi bahayanya sangat rawan
dilupakan banyak pihak.
”Zona patahannya sama, tetapi tidak terjadi gempa. Artinya,
energi gempa itu tersimpan. Jangan sampai saat terjadi gempa, daya lentingnya
lebih parah,” kata pakar kebencanaan Universitas Brawijaya, Adi Susilo, Sabtu
(22/5/2021).
Namun, Adi berharap semua pihak diminta tidak berlebihan
menyikapi hal ini. Kepanikan, menurut dia, justru bisa menimbulkan bencana
tersendiri. ”Yang dibutuhkan adalah kewaspadaan bersama,” katanya.
Terkait gempa yang kembali terjadi di selatan Jatim, Adi
mengatakan, hal itu dipicu lempeng kuno. Kondisinya sudah tua dan jenuh
sehingga rawan bergerak.
Gempa Blitar semula diketahui berkekuatan M 6,1. Namun,
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memutakhirkan datanya
menjadi M 5,9. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 8,63 Lintang
Selatan dan 112,34 Bujur Timur atau di laut pada jarak 57 kilometer arah
tenggara Kabupaten Blitar. Kedalaman pusat gempa diperkirakan berjarak 110
kilometer.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalamannya,
gempa yang terjadi merupakan jenis menengah akibat subduksi Lempeng
Indo-Australia yang menumbuk Lempeng Eurasia. Hasil analisis BMKG menunjukkan,
gempa tersebut memiliki mekanisme sesar naik kombinasi geser (oblique thrust
fault).
Adi mengatakan, masyarakat diharapkan tidak panik menyikapi
kejadian ini. Kejadian itu
memperlihatkan, energi gempa tidak menumpuk dan bisa terlepas. Selain itu,
dampaknya relatif tidak sebesar kejadian di Malang pada April 2021.
”Gempa Blitar terjadi di Zona Benioff dengan energi lebih
rendah dan kedalaman lebih dalam. Dampaknya tidak terlalu besar” kata Profesor
Bidang Ilmu Geofisika Kebencanaan dan Sumber Daya Alam Universitas Brawijaya
itu.
Adi mengatakan, daerah terdampak terparah saat gempa bumi Malang
adalah kawasan berdasar batu lempung atau padas. Alasannya, batu lempung dan
padas biasanya akan mengamplifikasi (menguatkan) guncangan gempa. ”Berbeda
dengan daerah dasar pasir yang mampu meredam kekuatan gempa,” ujarnya.
Menurut Adi, daerah dengan dasar batuan padas tersebar di
beberapa daerah di Malang Selatan, seperti Simojayan Ampelgading, dan Majang
Tengah Tirtoyudo. Daerah-daerah tersebut terdampak kerusakan parah akibat
gempa.
Kerusakan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim menyebutkan
ada 130 rumah rusak berat, sedang, hingga ringan. Selain itu, 19 fasilitas
umum, seperti sekolah, fasilitas kesehatan, kantor desa, terdata rusak.
”Ada enam kabupaten/kota yang paling terasa getaran, yaitu
Kabupaten/Kota Blitar, Malang, Nganjuk, Lumajang, Tulungangung. Namun, ada
tujuh kabupaten/kota yang melaporkan dampak kerusakan. Daerah itu adalah Kota
Malang dan Kota Pasuruan, Jember, Malang, Blitar, Lumajang, dan Pasuruan,” kata
Satrio Nurseno, Kepala Seksi Kedaruratan di BPBD Jatim.
Kabupaten Blitar terdampak paling parah. Di daerah yang
paling dekat dengan episentrum gempa ini kerusakannya merata di 19 kecamatan.
Terdata 101 rumah rusak. Selain itu, 10 fasilitas umum, seperti pendidikan,
puskesmas, kantor polisi, hingga tempat ibadah, juga rusak.
Di Kabupaten Malang, 20 kecamatan terdampak dengan 27 rumah
dan 5 fasiltas umum rusak. BPBD Kabupaten Lumajang juga melaporkan 15 rumah
rusak sedang.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Raditya Jati mengatakan, penanganan
pascagempa masih dilakukan. Tercatat ada empat gempa susulam pada Jumat malam.
Gempa susulan tercatat M 2,7, M 2,9, M 3,1, dan M 2,8 dengan pusat gempa
berbeda.
”Sabtu pagi, sudah ada tiga kali gempa susulan di Blitar dan
sekitarnya. Kami mengimbau masyarakat tetap waspada, terutama memeriksa kondisi
rumahnya masing-masing,” katanya.
No comments:
Post a Comment