Oleh HARIS FIRDAUS
Untuk memahami karakter erupsi Gunung Merapi, kita perlu
membaca kembali sejarah erupsi gunung api yang berlokasi di perbatasan Jawa
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu. Hal ini karena Merapi
merupakan gunung api yang sangat aktif sehingga banyak mengalami erupsi.
Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (PVMBG), sejak tahun 1768 sudah tercatat lebih dari 80 kali letusan
atau erupsi di Merapi. Dengan sejarah panjang itu, erupsi Merapi tidak selalu memiliki
karakter yang sama. Bahkan, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi
Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut adanya lima tipe erupsi yang pernah
terjadi di gunung api setinggi 2.968 meter di atas permukaan laut itu.
”Dari catatan erupsi yang pernah terjadi pada tahun 1768
sampai dengan 2014, setidaknya ada lima tipe erupsi yang pernah terjadi di
Gunung Merapi,” kata Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso dalam
webinar bertema ”Menerjemahkan Data Merapi”, Selasa (27/10/2020).
Agus menjelaskan, tipe erupsi pertama adalah erupsi freatik
yang terjadi karena tekanan uap air di tubuh gunung api. Erupsi freatik berbeda
dengan erupsi magmatik yang terjadi karena keluarnya magma dari dalam tubuh
gunung api. Oleh karena itu, erupsi freatik biasanya hanya mengeluarkan hujan
abu, pasir, atau kerikil. Dalam kurun 1768-2014, erupsi freatik setidaknya
pernah terjadi 19 kali di Merapi.
Tipe erupsi kedua yang pernah terjadi di Merapi adalah
erupsi vulkanian, yakni erupsi eksplosif yang terjadi tanpa pertumbuhan kubah
lava. Agus menuturkan, erupsi vulkanian memiliki kekuatan menengah, yakni
dengan Volcanic Explosivity Index (VEI) 2. VEI merupakan ukuran dari kekuatan
letusan gunung api. Di Merapi, erupsi terbesar memiliki VEI 4. Selama
1768-2014, Merapi baru mengalami erupsi vulkanian sebanyak empat kali.
Tipe ketiga adalah erupsi yang disebut dengan erupsi tipe
Merapi. Tipe erupsi ini memang mengadopsi nama Gunung Merapi karena erupsi
tersebut menjadi salah satu ciri khas Merapi. Dalam erupsi tipe Merapi, magma
dari dalam tubuh gunung api keluar secara efusif atau tanpa disertai ledakan,
lalu membentuk kubah lava.
Setelah kubah lava terbentuk dan magma masih terus mengalami
ekstrusi atau keluar dari permukaan, volume kubah lava akan kian membesar dan
akhirnya runtuh. Keruntuhan kubah lava itu bisa menghasilkan awan panas yang
membahayakan masyarakat. Erupsi tipe Merapi biasanya memiliki kekuatan dengan
VEI 1 sampai 2. Dalam sejarah Merapi hingga tahun 2014, erupsi tipe Merapi
terjadi sebanyak 13 kali, termasuk pada tahun 2006.
Tipe erupsi keempat adalah tipe erupsi Merapi yang disertai
dengan erupsi eksplosif atau keluarnya magma dengan disertai ledakan. Saat
erupsi tipe ini terjadi, kubah lava juga akan terbentuk dan kemudian mengalami
keruntuhan sehingga menghasilkan awan panas. Dalam catatan BPPTKG, tipe erupsi
Merapi yang disertai erupsi eksplosif ini merupakan yang paling banyak terjadi
di Gunung Merapi. Dalam kurun waktu tahun 1768-2014 telah terjadi 34 kali
erupsi jenis ini di Gunung Merapi, termasuk pada tahun 1992, 1996, dan 1997.
Adapun kekuatan erupsi ini berkisar antara VEI 1 dan VEI 3.
Sementara itu, tipe erupsi kelima adalah erupsi subplinian,
yakni erupsi eksplosif skala besar dengan kekuatan VEI 3-4. Salah satu contoh
tipe erupsi subplinian adalah erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun
2010. Dalam sejarah erupsi di Merapi, erupsi tahun 2010 merupakan erupsi skala
besar yang disebut hanya terjadi sekitar 100 tahun sekali.
Dikutip dari: https://interaktif.kompas.id/baca/memahami-karakter-erupsi-gunung-merapi/
Perilaku erupsi Merapi kali ini berbeda dengan beberapa erupsi sebelumnya. Pada beberapa erupsi sebelumnya, aktivitas kegempaan dan deformasi di Merapi menurun drastis setelah erupsi. Saat ini, tidak terjadi penurunan aktivitas kegempaan dan deformasi drastis setelah erupsi terjadi. Dengan kondisi tersebut, Gunung Merapi masih berpotensi mengalami erupsi eksplosif.
ReplyDeletehttps://www.kompas.id/baca/nusantara/2021/01/10/perilaku-erupsi-gunung-merapi-berubah/