Wednesday, 18 November 2020

Memahami Karakter Erupsi Gunung Merapi

 Oleh HARIS FIRDAUS

Untuk memahami karakter erupsi Gunung Merapi, kita perlu membaca kembali sejarah erupsi gunung api yang berlokasi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu. Hal ini karena Merapi merupakan gunung api yang sangat aktif sehingga banyak mengalami erupsi.

Letusan Gunung Merapi meletus dengan tinggi kolom letusan mencapai 6.000 meter dengan durasi selama dua menit pukul 08.20 terlihat dari Desa Ketep, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (1/6/2018). Letusan itu mengakibatkan hujan abu vulkanik di sejumlah kawasan di sekitar gunung tersebut. Warga di sejumlah dusun di lereng gunung tersebut mengungsi untuk menghindari dampak letusan. (KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)

Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), sejak tahun 1768 sudah tercatat lebih dari 80 kali letusan atau erupsi di Merapi. Dengan sejarah panjang itu, erupsi Merapi tidak selalu memiliki karakter yang sama. Bahkan, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut adanya lima tipe erupsi yang pernah terjadi di gunung api setinggi 2.968 meter di atas permukaan laut itu.

”Dari catatan erupsi yang pernah terjadi pada tahun 1768 sampai dengan 2014, setidaknya ada lima tipe erupsi yang pernah terjadi di Gunung Merapi,” kata Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso dalam webinar bertema ”Menerjemahkan Data Merapi”, Selasa (27/10/2020).

Agus menjelaskan, tipe erupsi pertama adalah erupsi freatik yang terjadi karena tekanan uap air di tubuh gunung api. Erupsi freatik berbeda dengan erupsi magmatik yang terjadi karena keluarnya magma dari dalam tubuh gunung api. Oleh karena itu, erupsi freatik biasanya hanya mengeluarkan hujan abu, pasir, atau kerikil. Dalam kurun 1768-2014, erupsi freatik setidaknya pernah terjadi 19 kali di Merapi.

Tipe erupsi kedua yang pernah terjadi di Merapi adalah erupsi vulkanian, yakni erupsi eksplosif yang terjadi tanpa pertumbuhan kubah lava. Agus menuturkan, erupsi vulkanian memiliki kekuatan menengah, yakni dengan Volcanic Explosivity Index (VEI) 2. VEI merupakan ukuran dari kekuatan letusan gunung api. Di Merapi, erupsi terbesar memiliki VEI 4. Selama 1768-2014, Merapi baru mengalami erupsi vulkanian sebanyak empat kali.

Tipe ketiga adalah erupsi yang disebut dengan erupsi tipe Merapi. Tipe erupsi ini memang mengadopsi nama Gunung Merapi karena erupsi tersebut menjadi salah satu ciri khas Merapi. Dalam erupsi tipe Merapi, magma dari dalam tubuh gunung api keluar secara efusif atau tanpa disertai ledakan, lalu membentuk kubah lava.

Setelah kubah lava terbentuk dan magma masih terus mengalami ekstrusi atau keluar dari permukaan, volume kubah lava akan kian membesar dan akhirnya runtuh. Keruntuhan kubah lava itu bisa menghasilkan awan panas yang membahayakan masyarakat. Erupsi tipe Merapi biasanya memiliki kekuatan dengan VEI 1 sampai 2. Dalam sejarah Merapi hingga tahun 2014, erupsi tipe Merapi terjadi sebanyak 13 kali, termasuk pada tahun 2006.

Tipe erupsi keempat adalah tipe erupsi Merapi yang disertai dengan erupsi eksplosif atau keluarnya magma dengan disertai ledakan. Saat erupsi tipe ini terjadi, kubah lava juga akan terbentuk dan kemudian mengalami keruntuhan sehingga menghasilkan awan panas. Dalam catatan BPPTKG, tipe erupsi Merapi yang disertai erupsi eksplosif ini merupakan yang paling banyak terjadi di Gunung Merapi. Dalam kurun waktu tahun 1768-2014 telah terjadi 34 kali erupsi jenis ini di Gunung Merapi, termasuk pada tahun 1992, 1996, dan 1997. Adapun kekuatan erupsi ini berkisar antara VEI 1 dan VEI 3.

Sementara itu, tipe erupsi kelima adalah erupsi subplinian, yakni erupsi eksplosif skala besar dengan kekuatan VEI 3-4. Salah satu contoh tipe erupsi subplinian adalah erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010. Dalam sejarah erupsi di Merapi, erupsi tahun 2010 merupakan erupsi skala besar yang disebut hanya terjadi sekitar 100 tahun sekali.

Dikutip dari: https://interaktif.kompas.id/baca/memahami-karakter-erupsi-gunung-merapi/ 


1 comment:

  1. Perilaku erupsi Merapi kali ini berbeda dengan beberapa erupsi sebelumnya. Pada beberapa erupsi sebelumnya, aktivitas kegempaan dan deformasi di Merapi menurun drastis setelah erupsi. Saat ini, tidak terjadi penurunan aktivitas kegempaan dan deformasi drastis setelah erupsi terjadi. Dengan kondisi tersebut, Gunung Merapi masih berpotensi mengalami erupsi eksplosif.

    https://www.kompas.id/baca/nusantara/2021/01/10/perilaku-erupsi-gunung-merapi-berubah/

    ReplyDelete