Oleh SAMSUDIN BERLIAN
Bagi
Muslim, Alkitab adalah nama lain Alquran. Arti harfiahnya cukup jelas: Sang
Buku. Itulah sebutan yang cocok untuk Buku Sejati. Bukunya buku. Rajanya buku.
Itulah kitab suci umat yang diturunkan Tuhan sendiri.
Pemaknaan Yahudi dan Kristen terhadap kitab suci tidak sama dengan itu. Konsep awalnya pun sudah beda. Yahudi dan Kristen tidak mengenal ajaran turunnya kitab suci. Tulisan-tulisan itu suci karena disucikan, bukan karena diturunkan Tuhan dari surga. Penulisnya dan penyuntingnya adalah manusia dengan segala keterbatasan pengetahuannya, dan bahkan kekeliruannya. Perbedaan konsep awal ini, belum lagi perbedaan definisi istilah-istilah lain, masih sering menjadi pusar ketidakpahaman dan kebingungan dalam percakapan antar-agama.
Agama
Yahudi menyebut kitab sucinya TNK (dibaca Tanak). TNK singkatan dari Torah,
Nebi’im, Ketubim. Torah (Taurat) berarti pengajaran, tuntunan, atau hukum;
terdiri dari lima kitab yang berisi kisah penciptaan Adam sampai tibanya bangsa
Israel di perbatasan negeri perjanjian Kanaan di bawah kepemimpinan Musa.
Nebi’im atau Nevi’im (Nabi-Nabi) harfiah berarti jurubicara, terdiri dari
delapan kitab yang dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi kisah
masuknya Israel ke tanah Kanaan di bawah kepemimpinan Yosua (Yusak) sampai
dihancurkannya Yerusalem oleh Babel pada 587 SM. Bagian kedua berisi kisah dan
ucapan para nabi pada masa-masa itu. Ketubim (Kitab-Kitab) harfiah berarti
tulisan-tulisan, terdiri dari 11 kitab yang berisi kisah-kisah pembangunan
kembali Yerusalem dan Bait Sucinya serta kitab-kitab lain seperti Mazmur/Zabur
dan Ayub. Itulah “Alkitab” orang Yahudi yang menjadi baku pada kira-kira 100 M.
Kristen di
Indonesia menyebut kitab sucinya Alkitab
yang terdiri dari dua bagian, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Disebut
Perjanjian karena Kristen memahami Alkitab sebagai tulisan yang berisi
janji-janji Tuhan dan penggenapannya untuk memelihara dan menyelamatkan
manusia, serta janji-janji manusia dan pelanggarannya untuk setia dan hidup
menurut bimbingan-Nya. Kitab-kitab Perjanjian Lama Kristen Protestan adalah
sama persis dengan TNK, hanya urutannya berbeda. Perjanjian Lama Kristen
Katolik berisi Tanak dan tujuh kitab lain yang dikenal dengan nama
Deuterokanonika. Perjanjian Baru terdiri dari 27 tulisan yang terbagi menjadi
lima bagian: empat kitab Injil, satu kisah murid-murid Yesus yang dipanggil
rasul-rasul, 13 surat Rasul Paulus, delapan surat umum, dan satu kitab Wahyu.
Ikut
memperkeruh adalah definisi-definisi Kamus
Besar Bahasa Indonesia yang menyesatkan. Misalnya, untuk Injil, definisi versi Kristen adalah
“salah satu bagian dari kitab suci agama Kristen…; Perjanjian Baru”. Masalah
pertama, ini adalah definisi “kitab-kitab Injil” bukan “Injil”. Kedua, hanya
bagian pertama definisi itu yang bisa dianggap tepat. Bagian kedua “Perjanjian
Baru” adalah definisi keliru sebab kitab-kitab Injil hanya salah satu bagian
dari Perjanjian Baru. Tambahan lagi, Kristen biasa memakai kata Injil bukan dalam konteks kitab,
melainkan dalam arti harfiah dari kata Yunani Euanggelion, Kabar Baik, yakni kabar turunnya Tuhan secara
manusiawi ke dalam dunia untuk menolong manusia berdosa yang telah gagal
menyelamatkan diri sendiri.
Untuk lema Taurat, ada definisi yang seolah-olah
Kristen, “kitab Perjanjian Lama, terutama Pentateukh (lima buah kitab yang
diturunkan kepada Nabi Musa a.s.)…”. Perjanjian Lama dan Pentateukh adalah
istilah Kristen, tapi definisinya bukan. Bagi Kristen (dan Yahudi),
Pentateukh adalah istilah lain untuk
kelima kitab Taurat yang tidak “diturunkan” melainkan dituliskan. Dan kepada
nama Musa tidak disematkan “a.s.”.
Wanted: Definisi yang menangkap nuansa makna pada
kata dan istilah Alkitab, Injil, kitab Injil, Nabi, Rasul, Firman, dll.
Kompas, Selasa, 13 Oktober 2020, halaman 5
No comments:
Post a Comment