Filipus
Filipus termasuk murid-murid pertama berdasarkan versi Yohanes. Dia dipanggil di Betania, menjelang Yesus berangkat ke Galilea (Yoh 1:43)
Filipus berasal dari Betsaida, sekota Andreas dan Petrus (Yoh 1:44). Setelah pemanggilannya, Filipus memperkenalkan Yesus kepada Natanael (Bartolomeus). (Yoh 1:45-51)
Dalam kisah Yesus memberi makan 5000 orang disebutkan Yesus bertanya kepada Filipus kemana bisa mencari makan untuk banyak orang dengan maksud untuk mengujinya. Filipus menjawab bahwa roti seharga dua ratus dinar pun tidak akan bisa digunakan untuk memberikan makan sedemikian banyak orang, meskipun setiap orang hanya mendapat sepotong kecil. (Yoh 6:5-7)
Menjelang hari raya Paskah, terdapat beberapa orang Yunani yang mendatangi Filipus untuk meminta dipertemukan dengan Yesus. Filipus membicarakan hal ini kepada Andreas. Keduanya kemudian menyampaikannya kepada Yesus. (Yoh 12:20-22)
Saat perjamuan malam terakhir, Filipus menanyakan mengenai Bapa kepada Yesus. Pertanyaan itu sekaligus memberikan kesempatan Yesus untuk bisa menjelaskan mengenai keterkaitan antara Bapa dan Yesus. (Yoh 14:8-14)
Setelah peristiwa Pentakosta, tidak ada informasi lebih lanjut mengenai rasul Filipus dalam Alkitab. Catatan Lukas dalam Kisah Para Rasul mengenai figur bernama Filipus adalah salah seorang dari tujuh diaken, yang dikenal sebagai Filipus pemberita Injil (Kis 6:5; 8:5-40; 21:8-9).
Berdasarkan tradisi, pasca Pentakosta, Filipus mewartakan Injil di Galilea. Pewartaan ini disertai dengan kejadian mujizat, di antaranya Filipus membangkitkan seorang anak yang mati di pangkuan ibunya. Dari Galilea, Filipus pergi ke Yunani, melayani komunitas Yahudi di negara tersebut. Kabar pelayanan ini dilaporkan oleh sekelompok Yahudi ke Yerusalem sehingga Imam Agung pun datang menyusul ke Yunani untuk melawan Filipus. Saat kelompok Farisi ini akan menyerang Filipus, tiba-tiba mereka menjadi buta. Filipus mendoakan para penyerangnya itu sehingga semuanya dapat melihat kembali, banyak di antaranya menjadi percaya. Filipus menunjuk Narkissos menjadi uskup Yunani.
Di Yunani, Filipus pergi ke Parthia, kemudian ke Azota (apakah yang dimaksud adalah Azotus atau Asdod?). Di kota ini dia menyembuhkan mata anak perempuan Nikodemus, warga lokal yang membawa Filipus ke rumahnya dan kemudian bersama seisi rumahnya dibaptis. Dari sini Filipus pergi ke Hierapolis Siria (sekarang Manbij). Di kota ini Filipus menumpang di rumah seorang bernama Iros. Orang-orang Farisi yang mengetahui hal ini membakar rumah tersebut tetapi tidak menyebabkan Filipus terbunuh. Beberapa di antara mereka akhirnya menjadi percaya setelah melihat mujizat yang dilakukan Filipus, seperti menyembuhkan tangan yang lumpuh sebelah dari seorang petinggi kota bernama Aristarkus dan membangkitkan seorang anak muda yang mati. Setelah mengangkat Iros menjadi uskup Hierapolis Siria, Filipus bersama Bartolomeus dan adik Filipus, Mariamna, mengabarkan Injil ke Lidia dan Misia di Asia Kecil.
Akhirnya, mereka sampai di Hierapolis Frigia (sekarang Pamukkale, Turki), kota yang saat itu sangat memuja ular. Banyak orang menjadi percaya karena pelayanan mereka, termasuk istri prokonsul yang disembuhkan dari sakitnya. Prokonsul Antipatas marah karena istrinya menjadi pengikut Kristus. Dia menangkap Filipus dan rekan sekerjanya, kemudian menjatuhkan hukuman mati kepada mereka. Filipus dan Bartolomeus digantung terbalik di sebuah pohon dengan paku dan kait besi yang ditancapkan pada tumit dan lutut mereka. Saat itu timbul gempa bumi hingga tanah terbuka. Dalam kondisi tergantung, Filipus berdoa untuk keselamatan orang-orang yang telah menyiksanya. Kejadian ini menyebabkan banyak orang menjadi percaya pada Kristus dan berusaha membebaskan keduanya. Bartolomeus masih dalam kondisi hidup saat diturunkan dari gantungannya, tetapi Filipus mati menjadi martir. Peristiwa ini terjadi di sekitar tahun 80. Mariamna memakamkan saudaranya di Hierapolis dan pada makam tersebut kemudian didirikan sebuah gereja.
Pada 26 Juli 2011, tim arkeolog yang dipimpin Prof Francesco D’Andria menemukan sebuah bangunan gereja yang diyakini pernah menjadi makam Filipus di situs penggalian kuno Hierapolis, provinsi Denizli, Turki. Makam tersebut tidak berada dalam Martirium Filipus sebagaimana dipercaya sebelumnya, melainkan berada sekitar 40 meter di luarnya. Gereja ini diperkirakan dibangun antara abad keempat dan kelima, hampir bersamaan dengan pembangunan martirium. Penemuan gereja ini memberikan titik terang mengenai bangunan yang tergambar dalam stempel roti perunggu dari abad keenam yang tersimpan di Museum Seni Virginia di Richmond. Bangunan berkubah di sisi kanan figur Filipus adalah martirium, sedangkan bangunan gereja basilikal Bizantium di sisi kiri adalah gereja yang baru ditemukan tersebut.
Kemungkinan karena gempa bumi yang sering terjadi di Hierapolis, relik Filipus dipindahkan ke Konstantinopel. Pada tahun 560 sebagian besar relik dipindahkan ke Roma dan disemayamkan di Gereja Rasuli Suci, Roma, bersama relik Yakobus Muda. Relik lain, yaitu fragmen tulang tengkorak, dipindahkan dari Konstantinopel ke Pafos, Siprus, pada tahun 1204, dan kemudian disemayamkan di Biara Salib Suci, Omodos, pada tahun 1788.
Reruntuhan Martirium Filipus di kota kuno Hierapolis, Denizli, Turki
Reruntuhan gereja yang dipercaya merupakan makam Filipus di kota tua Hierapolis, Denizli, Turki
Stempel roti perunggu dari abad keenam yang menunjukkan gambar Filipus dengan dua bangunan, yaitu Martirium (kanan) dan gereja basilikal Bizantium (kiri).
Gereja Rasuli Suci, Roma
Sarkofagus berisi relik Filipus dalam Gereja Rasuli Suci, Roma
Biara Salib Suci, Omodos, Siprus
Relikui berisi relik fragmen tengkorak Filipus di Biara Salib Suci, Omodos, Siprus
Referensi
Appleby S (2013) Commemoration of the Apostle Philip, and beginning of the Nativity Fast. Diambil dari: http://georgianorthodoxchurch.wordpress.com/2013/11/27/commemoration-of-the-apostle-philip-and-beginning-of-the-nativity-fast
Associates for Biblical Research (2011) Martyrium of Apostle Philip Found. Diambil dari: http://www.biblearchaelogy.org/post/2011/08/04/Martyrium-of-Apostle-Philip-Found.aspx
Biblical Archaeology Society Staff (2012) Tomb of Apostle Philip Found: Discovery Made at Hierapolis, One of the Major Christian Sites in Turkey. Diambil dari: http://www.biblicalarchaelogy.org/daily/biblical-sites-places/tomb-of-apostle-philip-found/
Sanidopoulos J (2009) The Fate of the Relics of the Apostle Philip. Diambil dari: http://www.johnsanidopoulos.com/2009/11/fate-of-relics-of-apostle-philip.html
Sanidopoulos J (2011) The Tomb of the Apostle Philip Discovered In Hierapolis. Diambil dari: http://www.johnsanidopoulos.com/2011/07/tomb-of-apostle-philip-discovered-in.html
Bartolomeus atau Natanael
Nama Bartolomeus, secara harfiah berarti ‘anak Tolmai’. Sehingga nama tersebut diduga merupakan penjelasan mengenai keluarganya. Hieronimus memiliki opini bahwa Bartolomeus memiliki darah bangsawan. Menurut Hieronimus, kemungkinan arti namanya adalah ‘keturunan Talmai’. Dalam 2 Sam 3:3 disebutkan bahwa Talmai adalah raja Gesur, yang memiliki anak perempuan bernama Maakha, salah satu istri Daud dan ibu Absalom. Kemungkinan kedua, Hieronimus mengaitkannya dengan Ptolemaeus, penguasa Mesir, sehingga arti namanya bisa jadi ‘keturunan Ptolemaeus’. Kedua dugaan tersebut belum tentu benar, tetapi cukup menarik jika kelompok 12 rasul dapat menyatukan orang berdarah biru dengan kelompok nelayan ‘rendahan’ dari Galilea.
Identitas Bartolomeus sama dengan Natanael diungkapkan pertama kali oleh seorang penulis Nestorian abad kesembilan, Elias al-Ğawharī dari Damaskus. Matius, Markus, dan Lukas selalu menuliskan Bartolomeus bersama dengan Filipus. Yohanes menyebutkan bahwa Filipus yang membawa Natanael kepada Yesus (Yoh 1:45). Dari kedua informasi tersebut dipercaya bahwa Bartolomeus dan Natanael adalah orang yang sama.
Tradisi menyebutkan deskripsi fisik Bartolomeus sebagai seorang dengan rambut hitam ikal, kulit putih, mata lebar, hidung lurus, rambutnya menutupi kedua telinga, jenggot panjang yang sebagian berwarna kelabu, dan tinggi badan sedang. Dia mengenakan jubah putih dengan segaris warna nila, dan mantel putih dengan empat permata nila pada ujung-ujungnya. Selama 26 tahun pakaian itu digunakannya tanpa menjadi usang. Sepatunya juga dikenakan hingga 26 tahun. Dia berdoa seratus kali saat siang, dan seratus kali saat malam. Suaranya bagaikan terompet, para malaikat menanti-nantikannya. Dia selalu riang dan menguasai banyak bahasa.
Bartolomeus diperkenalkan kepada Yesus oleh Filipus di Betania, menjelang Yesus berangkat ke Galilea (Yoh 1:45-51). Dia berasal dari Kana yang di Galilea (Yoh 21:2). Saat pertama kali Filipus memberinya informasi mengenai Yesus, Natanael menunjukkan ketidakpercayaannya dengan pertanyaan bagaimana mungkin ada sesuatu yang baik dari Nazaret, tetapi tidak menolak saat Filipus mengajaknya menemui Yesus. Saat pertama kali bertemu, Yesus berkomentar bahwa Natanael adalah orang Israel sejati, bersikap apa adanya. Natanael bertanya dari mana Yesus bisa mengenalnya. Yesus pun menjawab bahwa Dia telah melihatnya di bawah pohon ara sebelum Filipus memanggilnya. Mendengar hal itu, Natanael mengucapkan pengakuannya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Raja orang Israel. Lalu Yesus menjawabnya, “Hanya dengan mendengar perkataanKu bahwa Aku telah melihatmu di bawah pohon ara dan kamu pun percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar daripada itu. Engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Tuhan turun naik kepada Anak Manusia.” (Yoh 1:45-51) à apa maksudnya?
Selebihnya tidak ditemukan informasi khusus mengenai Natanael dalam Alkitab selain keikutsertaannya dalam Perjamuan Malam Terakhir dan Pentakosta.
Dalam kisah ‘Pelayanan Bartolomeus di Oasis’ disebutkan bahwa Bartolomeus mengajar di Oxyrhynchus (Al Bahnasa), 160 km selatan Kairo. Berdasarkan ‘Pelayanan Andreas dan Bartolomeus’, dia bekerja di antara orang-orang Partia. Tradisi yang lain menyebutkan Bartolomeus melayani di Frigia, Asia Kecil.
Berdasarkan kitab apokrif Injil Bartolomeus, sahabat Filipus ini mengabarkan Injil di India dengan membawa salinan Injil Matius. Eusebius menyatakan dalam Sejarah Gereja bahwa pada tahun 180, Pantenus dikirim oleh Demetrius, uskup Aleksandria, sebagai misionaris hingga ke India. Di sana dia mendapatkan informasi bahwa Bartolomeus sebelumnya telah mengajar dan memberikan salinan Injil Matius dalam bahasa Ibrani. Salinan ini di kemudian hari dibawa Pantenus ke Aleksandria.
Berdasarkan kitab apokrif Kisah Filipus, Bartolomeus mengabarkan Injil bersama Filipus dan saudarinya hingga ke Hierapolis. Di sini mereka menyembuhkan istri prokonsul setempat. Pertobatan wanita ini menyebabkan kemarahan prokonsul tersebut, yang berujung penyiksaan untuk ketiganya. Dua sahabat dekat ini dihukum mati dengan penyaliban. Gempa bumi terjadi dan bumi merekah menelan para penyiksa kedua rasul. Orang-orang yang melihat ini pun segera berusaha membebaskan Filipus dan Bartolomeus. Bartolomeus yang dilepaskan pertama dapat bertahan hidup, sedangkan Filipus meninggal dunia setelah diturunkan dari pohon tempatnya digantung.
Pasca kematian Filipus, Bartolomeus dan Mariamna pergi mengabarkan Injil ke timur hingga mencapai Armenia. Berdasarkan tradisi Armenia, sebelumnya Yudas Tadeus sudah lebih dulu melayani di daerah tersebut, antara tahun 43-66. Bartolomeus bergabung dengannya sekitar tahun 60.
Pada tahun 68, Bartolomeus menjadi martir di Albanopolis (sekarang Derbend), Rusia. Sementara Mariamna, yang kembali kehilangan rekan sekerjanya, melanjutkan tugas pengabaran Injil hingga kematiannya di Likaonia. Berdasarkan Martirologi Roma, Astiagus memerintahkan penyiksaan dan hukuman mati untuk Bartolomeus karena telah menyebabkan saudaranya, Polimius, yang juga adalah Raja Armenia menjadi percaya kepada Yesus. Bartolomeus disiksa dengan cara dikuliti hidup-hidup dan kemudian dipenggal. Tradisi yang lain menyebutkan bahwa Bartolomeus dikuliti dan disalibkan dengan posisi kepala di bawah.
Biara Santo Bartolomeus didirikan di lokasi kematian Bartolomeus pada abad keempat. Lokasi biara tersebut dekat kota Başkale (Albayrak), provinsi Van, bagian tenggara Turki. Makamnya berada dalam katedral di area biara, menjadikan tempat ziarah penting di Armenia sebelum genosida. Bersama dengan Tadeus, Bartolomeus menjadi santo pelindung Gereja Armenia.
Setelah peristiwa tragis Genosida Armenia di awal abad ke-20, biara tersebut di bawah kendali militer Turki dan seluruh situs menjadi basis militer hingga saat ini. Di awal tahun 1960an, kubah gereja masih terlihat, tetapi kondisi fisik bangunan rusak berat. Pada tahun-tahun itu biara dirusak oleh tentara Turki dengan bahan peledak. Katedral utama saat ini berupa reruntuhan. Area tersebut menjadi tempat terlarang untuk didekati.
Dalam ‘Codex Fuldensis’, Viktor, uskup Kapua abad keenam, menyebutkan lokasi makam Bartolomeus di Doliche (Dülük, Gaziantep?), Frigia [In Frigia nella citta di Doliche].
Theodorus Studita (759-826) menyebutkan bahwa pada tahun 507-508 relik Bartolomeus dipindahkan ke Dara, Mesopotamia, di tenggara Turki, oleh Kaisar Anastasius (430-518). Sebelumnya, ada yang menyebutkan relik tersebut dipindahkan dari Albanopolis ke Nephergerd-Mijafarkin (Nipur?). Relik tersebut disimpan dalam Gereja Santo Bartolomeus, salah satu dari dua gereja besar di Dara saat itu. Pada tahun 573-574, Khosrau I (501-579) dari Kekaisaran Sasaniyah, Persia, merebut kota yang juga dikenal sebagai Anastasiopolis ini. Sebagian pengungsi mengamankan relik dalam peti dan membawanya hingga ke pesisir Laut Hitam. Namun tentara Persia berhasil mengejar mereka, kemudian merampas dan membuang peti berisi relik ke laut. Georgius dari Tours (538-594) menceritakan bahwa peti tersebut tetap terapung dan terbawa arus hingga terdampar di pantai Portinenti, Lipari. Lipari merupakan pulau kecil di utara pesisir Sisilia. Uskup Agatho menemukan dan kemudian menyimpan relik tersebut dalam katedral di Lipari. [Beberapa dokumen menyebutkan Uskup Agatho dari Lipari diturunkan dan digantikan oleh Paulinus, Uskup dari Taurum, pada tahun 592, atas perintah Paus Gregorius I. Namun, tradisi di Lipari percaya bahwa relik terdampar dan ditemukan pada 13 Februari 264 oleh Agatho I, yang menjadi uskup di pulau itu antara tahun 251-313. Berdasarkan penelusuran literatur, tradisi ini diragukan kebenarannya.]
Pada abad ke-9, Sisilia dikuasai oleh Arab. Laut Tirenia mulai dimasuki oleh bajak laut Saracen. Melihat adanya ancaman serangan terhadap Pulau Lipari, jemaat berniat untuk mengamankan relik ke daratan Italia. Namun pada April 838, pasukan Saracen terlebih dulu menyerang Lipari dan membunuh hampir semua penduduknya. Katedral diacak-acak, kotak relik dibuka dan diambil, setelah isinya dibuang begitu saja. Setelah para penjarah pergi, tiga-empat biarawan tua yang selamat dari pembantaian mengumpulkan kembali tulang Bartolomeus.
Dalam ‘Tawarikh Salerno’, yang memaparkan sejarah Salerno (daerah di selatan Benevento) antara tahun 774-974, disebutkan bahwa Pangeran Sicardo, penguasa Benevento antara tahun 832-839, memerintahkan pemindahan relik Bartolomeus dari Lipari ke Benevento. Relik tersebut tiba dan mulai disimpan di Benevento, Italia, pada 25 Oktober 839. [Pustakawan Anastasius (810-878) menyebutkan tahun 809?] Pada masa ini mulai bermunculan tempat-tempat yang menyatakan menyimpan sebagian relik Bartolomeus.
Dalam biografinya, Yosef Himnografer (816-886) menceritakan bahwa dia menerima relik dari satu bagian tubuh Bartolomeus. Yosef membawa relik tersebut ke biaranya, dekat Konstantinopel. Kemudian dia mendirikan gereja dengan nama Bartolomeus, untuk menyimpan relik tersebut.
Relik Bartolomeus dipindahkan dari Benevento ke Roma oleh Kaisar Jerman, Otto III (980-1002) pada tahun 983. Kaisar Otto III lebih lanjut mendirikan sebuah basilika di samping kuil kuno Aesculapius, di sebuah pulau kecil di tengah Sungai Tiber, Roma. Relik Bartolomeus selanjutnya disemayamkan dalam basilika yang kemudian dikenal dengan nama Basilika Santo Bartolomeus tersebut.
Tidak semua relik dipindahkan dari Lipari pada tahun 839. Biarawan katedral di Lipari masih menyimpan relik berupa fragmen tengkorak dan sebuah lengan. Pada tahun 1035, Pisa menyerang Saracen di Lipari. Relik kemudian dibawa ke Pisa dan disemayamkan di gereja besar [Chiesa Maggiore]. Tetapi, biarawan Lipari masih menyimpan tulang ibu jari Bartolomeus.
Pada tahun 1544 Lipari kembali dibumi-hanguskan dan hampir seluruh penduduknya dijadikan budak. Kali ini pelakunya adalah gabungan armada Ottoman yang dipimpin Khairuddin Barbarossa (1466-1546) dan armada Perancis yang dipimpin Antoine Escalin des Aimars (1498-1578). Pasukan sekutu Franko-Ottoman itu menyerang pesisir barat Italia, termasuk Lipari. Katedral lagi-lagi mengalami penjarahan. Relik diambil dan dibawa ke Konstantinopel. Seorang pedagang Spanyol membeli dan membawanya ke Naples. Uskup Lipari yang baru ditahbiskan, Martin de Acuña (menjabat sebagai uskup 1585-1593), yang saat itu sedang berada di Napoli, menebusnya dengan 500 keping emas, sesuai jumlah yang dikeluarkan pedagang itu saat membelinya di Konstantinopel. Relik tersebut kembali ke Lipari dan disimpan dalam katedral pada tahun 1585, dalam sebuah relikui berbentuk lengan perak.
Katedral Frankfurt, Jerman dan Biara Karakalou di Gunung Athos, Yunani, masing-masing mengklaim memiliki fragmen tengkorak Bartolomeus. Berbeda dengan tengkorak yang tersimpan di Pisa relatif utuh, di dua tempat ini relik diinfokan berupa bagian ubun-ubun (?).
Pada abad ke-11, istri Raja Knut atau Kanute, Ratu Emma (985-1052), mempersembahkan relik lengan Bartolomeus yang dibelinya dari uskup dari Benevento ke Katedral Canterbury, Inggris. Versi lain menyebutkan bahwa relik lengan tersebut diberikan oleh Edward sang Pengaku (1003-1066), yang tidak lain adalah anak Ratu Emma dari suami pertamanya, Ethelred II. Tetapi relik Bartolomeus sekarang tidak ada di sana.
Reruntuhan Biara Santo Bartolomeus, Başkale, Turki
Reruntuhan di Dara (Mesopotamia), Turki
Katedral Santo Bartolomeus, Lipari, Sisilia, Italia
Relikui berisi ibu jari Bartolomeus dalam Katedral Santo Bartolomeus, Lipari
Basilika Santo Bartolomeus, Benevento, Italia
Campo Santo, Pisa, Italia
Relik yang diklaim sebagai tengkorak Bartolomeus di Kapel Relik Suci (dal Pozzo), Campo Santo, Pisa, Italia
Basilika Santo Bartolomeus di Pulau, Roma
Relikui Santo Bartolomeus dalam Basilika Santo Bartolomeus di Pulau, Roma
Katedral Catenbury, Inggris
Katedral Santo Bartolomeus Frankfurt, Jerman
Relikui berisi fragmen tengkorak Bartolomeus di Katedral Santo Bartolomeus Frankfurt, Jerman
Biara Karakalou, Gunung Athos, Yunani
Referensi
Apostle Bartholomew of the Twelve. Diambil dari: http://oca.org/saints/lives/2014/06/11/101690-apostle-bartholomew-of-the-twelve
Archivio Storico Eoliano. http://www.archiviostoricoeoliano.it/
Basilica di San Bartolomeo Apostolo in Benevento. Diambil dari: http://www.basilicasanbartolomeo.com/
Bird D (2012) Feast of St Bartholomew, Apostle and Patron Saint of Armenia. Diambil dari: http://fatherdavidbirdosb.blogspot.com/2012/08/feast-of-st-bartholomew-apostle-and.html
Bonte B, Småberg T (2013) Devising Order: Socio-religious Models, Rituals, and the Performativity of Practice. Leiden: Koninklijke Brill
Comune di Lipari http://www.comunelipari.gov.it/hh/index.php
Finding Saints in Rome: St. Bartholomew. Diambil dari: http://www.findingsaintsinrome.com/2013/08/st-bartholomew.html
Hophan O (1962) The Apostles. Westminster: Newman Press
Institute of Traditional Medicines: St. Bartholomew, Apostle of Healing. Diambil dari: http://www.itmonline.org/bodytheology/stbart.htm
La storicità di Agatone e la data del 13 febbraio 264. Diambil dari: http://www.archiviostoricoeoliano.it/wiki/la-storicit%C3%A0-di-agatone-e-la-data-del-13-febbraio-264
McBirnie WS (2013) The Search for the Twelve Apostles. Carol Stream: Tyndale House
MtAthos.gr: Karakallou. Diambil dari: http://www.mountathos.gr/active.aspx?mode=en{ed693ed8-3d08-46b2-a84c-66077a9e702e}View
O’Brien H (2005) Queen Emma and the Vikings: The Woman Who Shaped the Events of 1066. London: Bloomsbury
Return of the Relics of the Apostle Bartholomew from Anastasiopolis to Lipari. Diambil dari: http://oca.org/saints/lives/2013/08/25/102392-return-of-the-relics-of-the-apostle-bartholomew-from-anastasiopo
Sayin N (2003) The Mesopotamian Ruins of Dara Near the Syrian Border. Diambil dari: http://turkishtravelblog.com/ruins-of-dara-southeast-turkey/
Tronci P (1682) Memorie Istoriche della Citta di Pisa Raccolte da Monsig. Paolo Tronci. Livorno: G. Vincenzo Bonfigli
Walsh C (2007) The Cult of St Katherine of Alexandria in Early Medieval Europe. Aldershot: Ashgate
Jones CD (2010) The Apostles of Jesus Christ. Xlibris Corporation
Artikel terkait