Wednesday 30 December 2015

Anak Binatang Pembunuh Anggota Keluarga, Bahkan Sebelum Dilahirkan

Demi mempertahankan hidup, beberapa binatang, meskipun masih dalam usia dini sudah melakukan pembunuhan terhadap keluarganya, seperti induk atau saudaranya. Berikut ini adalah contoh para pelaku kriminal cilik beserta korbannya.
Beberapa jenis laba-laba, seperti Diaea ergandros, Amaurobius ferox, dan Stegodyphus lineatus melakukan praktek matrifagia atau memakan induknya (Kim dan Horel, 1998; Engelhaupt, 2014; Lubin, 2015; Salomon et al, 2015). Pada awalnya, sang induk memberikan anak-anaknya telur yang tidak dibuahi sebagai makanan. Hingga suatu saat, sang induk ini pun menjadi mangsa anak-anaknya. Ibu yang sayang anak atau anak yang tidak berbakti? Tapi inilah cara mereka mempertahankan keturunannya, terutama saat kondisi yang tidak bersahabat.

Penegakan Hukum Lemah

Lolosnya Bumi Mekar Hijau dari Gugatan Jadi Preseden Buruk
PALEMBANG, KOMPAS — Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palembang, Rabu (30/12), menolak gugatan pemerintah Rp 7,9 triliun atas PT Bumi Mekar Hijau terkait kebakaran lahan seluas 20.000 hektar pada 2014. Alasannya, tergugat tidak melanggar hukum meski di persidangan diakui ada kebakaran di konsesi perkebunan akasia itu.
Aksi teatrikal yang digelar sejumlah aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan di depan Pengadilan Negeri Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (30/12). Aksi itu menggambarkan kesengsaraan rakyat saat bencana kebakaran hutan dan lahan terjadi.
Aksi teatrikal yang digelar sejumlah aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan di depan Pengadilan Negeri Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (30/12). Aksi itu menggambarkan kesengsaraan rakyat saat bencana kebakaran hutan dan lahan terjadi. (Kompas/Rhama Purna Jati)
"Menimbang bahwa karena tergugat tak terbukti melakukan perbuatan melawan hukum, penggugat (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) berada di pihak yang kalah," kata Parlas Nababan, ketua majelis hakim, saat memimpin sidang yang disesaki para aktivis, jurnalis, rombongan penggugat, dan penggugat. Sejumlah aktivis Walhi Sumsel menggelar aksi teatrikal di depan PN Palembang.
Parlas menyatakan, gugatan penggugat ditolak seluruhnya. Atas putusan itu, kuasa hukum Kementerian LHK, Nasrullah Abdullah, menyatakan banding.
parlas.jpg
Ketua Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Palembang Parlas Nababan.(Antara/Nova Wahyudi)
Dalam gugatan, pemerintah menyatakan BMH tak punya sarana pencegahan dan pemadaman api memadai sehingga lahan terbakar 20.000 hektar. Bahkan, menurut Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, luas kebakaran lebih dari 60.000 hektar.
Fakta kebakaran dan minimnya kelengkapan persyaratan dibuktikan saat hakim menggelar sidang pemeriksaan lapangan, 1-2 Desember 2015, di konsesi BMH, Distrik Simpang Tiga dan Distrik Sungai Beyuku, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Hakim menjumpai lokasi kebakaran ditumbuhi akasia untuk bahan baku pulp.
Percaya dengan saksi ahli dari BMH, majelis hakim yakin kebakaran itu tak merusak tanah. Itu karena tanah bisa ditumbuhi akasia. Keasaman sifat tanah gambut ternetralkan oleh abu bakaran.
Para hakim yang tak bersertifikat lingkungan menilai alasan Kementerian LHK, yaitu kebakaran membunuh mikroorganisme atau genetika yang hidup di tanah atau rawa gambut, tak punya cukup dasar dan bukti. Demikian pula penilaian hakim atas pelepasan karbon akibat kebakaran tersebut.
"Karena tergugat tak melakukan perbuatan yang didalilkan penggugat, tak perlu menilai ganti rugi perkara a quo," kata Parlas, didampingi anggotanya, Eliwarti dan Kartijo. Pemerintah diganjar biaya perkara Rp 10.251.000.
Kuasa hukum BMH, Maurice JR, menyatakan puas atas putusan. Ia menilai majelis hakim obyektif dan dalil dari Kementerian LHK tak berdasar. Gugatan perusahaan sengaja membuka lahan dengan membakar tak disertai kesaksian dan alat bukti kuat.
Mengabaikan dampak
Menteri LHK Siti Nurbaya, dalam siaran pers, menghormati putusan pengadilan serta menghargai pertimbangan para hakim dan pihak yang terlibat dalam pencarian keadilan. "Namun, penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan, khususnya terkait pembakaran lahan dan hutan, terus dilakukan," ujarnya.
Setelah sidang, Direktur Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian LHK Rasio Ridho Sani menyatakan, hakim tak mempertimbangkan akibat kebakaran hutan dan lahan bagi warga. "Saat sidang lapangan, hakim melihat kebakaran di konsesi BMH pada 2015. Jadi, perusahaan lalai karena tak punya alat pencegahan dan pemadaman kebakaran memadai," ujarnya.
Pihaknya akan melanjutkan proses hukum lain kepada BMH, selain banding perdata dan pembekuan izin lingkungan BMH. Ia tak menjelaskan proses hukum yang dimaksud. Pihaknya akan mempelajari putusan hakim sebagai bahan banding. "Kami melindungi hak konstitusi warga atas lingkungan sehat," ujarnya.
Rasio menyayangkan hakim tak pertimbangkan yurisprudensi kasus serupa di area perkebunan sawit PT Kallista Alam di Aceh. Mahkamah Agung mengabulkan gugatan pemerintah Rp 366 miliar atas Kallista Alam.
Direktur Walhi Sumatera Selatan Hadi Jatmiko mengatakan putusan PN Palembang atas BMH jadi preseden buruk bagi penegakan hukum lingkungan. Sementara Penghubung Komisi Yudisial di Sumatera Selatan, Zaimah Husin, mendorong agar sidang lingkungan dipimpin hakim bersertifikat lingkungan.
Pihak BMH punya izin Hutan Tanaman Industri 250.370 hektar di Ogan Komering Ilir. Pemasok bahan baku pulp bagi grup APP Sinar Mas itu digugat ganti rugi Rp 2,7 triliun dan biaya pemulihan lingkungan Rp 5,2 triliun.(ICH/RAM)
Kompas, Kamis, 31 Desember 2015


(www.memecomic.id)

10 Kasus Gurauan Bom

JAKARTA, KOMPAS — Pengelola bandar udara terus memperketat keamanan bandara. Para penumpang diminta menaati aturan, termasuk tidak bergurau mengenai bom atau bahan peledak lain. Maskapai mengancam penumpang yang melakukan hal itu dimasukkan ke daftar hitam sehingga tidak diperkenankan naik pesawat selamanya.
Penumpang tidak boleh bergurau soal bom karena akan dianggap menyampaikan informasi palsu sehingga bisa dikenai hukuman pidana sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
Kementerian Perhubungan juga menegaskan akan mengambil tindakan serius terhadap siapa saja yang melakukan tindakan membahayakan penerbangan, termasuk yang memberikan informasi palsu itu. Setidaknya dalam tahun ini sudah ada 10 penumpang yang memberikan informasi palsu berkait bom. Enam orang sudah diproses penyidik pegawai negeri sipil Kementerian Perhubungan. Kejadian terakhir terjadi di Bandara El Tari, Kupang, dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta.
”Penyidik Kementerian Perhubungan akan menyidik calon penumpang yang bercanda dengan mengaku membawa bom saat pemeriksaan di bandara ataupun di pesawat udara,” kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan JA Barata di Jakarta, Selasa (29/12).
Menurut Barata, sanksi sesuai dengan Pasal 437 UU Penerbangan adalah hukuman penjara 1-15 tahun bagi setiap orang yang menyampaikan informasi palsu yang membahayakan keselamatan penerbangan.
Di tempat terpisah, AirportSecurity Group Head PT Angkasa Pura I (Persero) Doni Subardono menyampaikan, 13 bandara komersial di bawah pengelolaan Angkasa Pura I telah dipasangi spanduk peringatan larangan membawa barang berbahaya hingga gurauan soal bahan peledak.
”Saat ini, kami akui sedang marak pengunjung ataupun penumpang membawa mainan menyerupai bahan peledak. Laporan tentang keberadaan barang peledak, seperti bom atau granat, sering masuk kepada petugas bandara, tetapi hanya sebatas gurauan. Hal itu sudah cukup meresahkan,” tutur Doni.
Menurut dia, jumlah penumpang di 13 bandara yang dikelola PT Angkasa Pura I meningkat sekitar 15 persen. Antisipasi pengamanan bandara terus dilakukan. Sosialisasi peringatan larangan membawa barang berbahaya juga ditingkatkan.
Keselamatan penumpang
Direktur Arista Indonesian Aviation Center Arista Atmadji mengatakan, sosialisasi ketentuan itu seharusnya turut digeliatkan oleh para pelaku industri, seperti agen perjalanan dan Asosiasi Perusahaan Penerbangan Sipil Nasional Indonesia. Substansinya memang terkesan sederhana, tetapi penting sekali, apalagi ini menyangkut keselamatan penumpang.
Ketua Masyarakat Hukum Udara Indonesia Andre Rahadian menyampaikan, berulangnya kejadian penumpang pesawat mengaku membawa bom, walaupun dengan maksud bergurau, harus disikapi secara serius.
”Maskapai bisa memasukkan nama penumpang ke daftar hitam dan penumpang lain bisa menuntut pelaku dengan pasal perbuatan melawan hukum, Pasal 1365 UU Perdata,” kata Andre.
Head of Corporate Communication Air Asia Indonesia Audrey Progastama Petriny memastikan, penumpang yang memberikan informasi palsu akan dimasukkan ke daftar hitam. ”Dia tidak boleh masuk dalam penerbangan Air Asia lagi selamanya,” kata Audrey.
Sementara itu, Senior General Manager PT Angkasa Pura II (Persero) Kantor Cabang Utama Bandara Internasional Soekarno-Hatta Zulfahmi mengatakan, pihaknya berkomitmen terhadap keselamatan dan keamanan penerbangan.(MED/ARN)
Kompas, Rabu, 30 Desember 2015

Bangsa Nir-Ilmu Pengetahuan


Oleh AHMAD ARIF
Tahun ini hadiah Nobel Kedokteran jatuh kepada Tu Youyou (84), ilmuwan Tiongkok yang menemukan obat malaria, artemisinin. Selain gigih bereksperimen dan menelisik naskah kuno, kesuksesan Tu tak akan terwujud tanpa imajinasi pengetahuan pemimpin Tiongkok saat itu, Mao Tse Tung.
tuyouyou.jpg
Tu Youyou, penerima hadiah Nobel di bidang kedokteran (Jin Liwang/AP)
Pada 21 Januari 1969, Mao Tse Tung memberi tugas kepada Tu Youyu memimpin "Proyek 523". Unit militer rahasia itu punya satu misi: mencari obat malaria. Perintah Mao dilatari permintaan bantuan sekutu mereka, Vietnam Utara, yang melawan Amerika Serikat, untuk mengatasi malaria. Banyak prajurit Vietkong yang bergerilya tewas oleh malaria-hal serupa dialami serdadu AS di Vietnam.
Tu kala itu berusia 39 tahun dan bekerja bagi Academy of Traditional Chinese Medicine di Beijing. Ia dipilih karena dinilai cocok dengan semangat "Revolusi Kebudayaan" yang digagas Mao. Ia mendalami teknik pengobatan tradisional Tiongkok dan mendapat didikan cara Barat dari Departemen Farmakologi Peking University School of Medicine.
Kemudian, Tu segera melakukan observasi ke Pulau Hainan, di selatan Tiongkok, yang dilanda wabah. "Saya melihat banyak anak kena malaria akut. Mereka meninggal cepat," sebut Tu, pada New Scientist, 2011.
Sekembali di Beijing, Tu minta timnya mengumpulkan resep obat-obatan kuno Tiongkok. Tu mengunjungi banyak tabib di negeri itu, wawancaranya ditulis di buku catatan, Koleksi Praktik dan Resep untuk Anti-Malaria.
Sekitar 2.000 resep obat tradisional Tiongkok dikumpulkan, 640 di antaranya punya prospek melawan malaria. Tu menguji coba sekitar 380 resep, salah satunya ekstraksi daun qinghao atau sweet wormwood (Artemisia annua L). Namun, ekstrak qinghao yang didapat dengan merebusnya di suhu tinggi tak stabil.
Tu lalu membuka kembali manuskrip dan menemukan tulisan Ge Hong dari abad ke-4 yang menyebut teknik mengolah qinghao. Disebutkan, daunqinghao direndam dengan sedikit air dingin, diremas agar keluar intisarinya, lalu ditelan habis.
Ini momen "eureka" bagi Tu. Merebus daun qinghao pada suhu tinggi merusak khasiatnya. Ia mencoba mengekstraksinya di cairan yang dipanaskan kurang dari 35 derajat celsius. Saat ekstraksi dicobakan ke tikus dan monyet yang ditulari parasit malaria, hasilnya 100 persen efektif.
Tu mencoba ke tubuhnya sendiri, dan aman. Ia mencoba menyembuhkan pasien malaria dengan ekstraksi Artemisia annua L, disebut artemisinin atauqinghaousu.
Obat tradisional yang ditemukan kembali oleh Tu, diisolasi dan dikombinasikan unsur lain itu, menjadi harapan baru perang melawan malaria. Penyakit purba itu menyebar di lebih dari 107 negara dengan angka kesakitan 300 juta-500 juta orang dan kematian 1,5 juta orang per tahun.
Parasit malaria dikenal digdaya dan cepat resistan pada obat. Artemisinin terbukti mematikan parasit malaria. Laporan resistansi artemisinin muncul dari populasi di daerah aliran Sungai Mekong. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan artemisinin combination therapies (ACT) sebagai obat malaria.
Dedikasi Tu mencari obat malaria tak disangsikan. Ia pantas mendapat Nobel. Hal menarik ialah keyakinan Tu pada akar budaya dengan menelisik resep tradisional Tiongkok. Faktor penting lain ialah Mao Tse Tung.
"Tanpa visi dan imajinasi mencari solusi dengan ilmu pengetahuan, Mao tak akan membentuk Proyek 523. Tanpa Proyek 523, obat artemisinin tak ditemukan. Visi ini tak dimiliki para pemimpin kita," kata Sangkot Marzuki, Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).
Krisis pengetahuan
Minimnya imajinasi ilmu pengetahuan tampak dari rendahnya publikasi ilmiah dari Indonesia yang diakui dunia. Menurut Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2014, Indonesia baru punya 5.000 terbitan ilmiah di pengindeks internasional dan 1.130 paten.
Sementara Thailand, dengan produk domestik bruto (PDB) hampir sama, punya 11.313 terbitan ilmiah dan 7.740 paten. Publikasi ilmiah dari Indonesia kalah jauh daripada Malaysia, Filipina, dan negara lain yang berpendapatan lebih rendah.
Hal itu seiring kecilnya investasi pemerintah bidang riset. Anggaran riset dan pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia 0,09 persen dari PDB, lebih rendah daripada Thailand (0,85 persen PDB) dan Malaysia (di atas 1 persen PDB).
Situasi lebih memprihatinkan pada riset dasar. "Pada 2007 pendanaan riset dasar hampir berimbang dengan riset terapan, kini persentasenya turun. Mestinya riset dasar dan terapan sejalan," kata Sangkot.
Riset dasar berdasarkan rasa ingin tahu demi menjawab soal. "Kalau menemukan jawaban, ada pertanyaan baru. Produk riset dasar ialah ilmu pengetahuan," ujarnya.
Adapun ukuran kesuksesan ilmu terapan ialah tercipta produk berdaya guna dan diterima pasar. Hilangnya imajinasi pengetahuan dan rendahnya dukungan pada riset dasar memicu krisis ilmu pengetahuan.
Hal itu memicu hilangnya tradisi ilmu pengetahuan sebagai dasar berpikir. Jika budaya ilmu pengetahuan hilang, bonus demografi jadi beban masa depan. Kita jadi bangsa konsumtif, kehilangan daya saing, tak punya daya mengatasi masalah.
Sebagai contoh, kebakaran hutan berulang, tapi minim solusi komprehensif. Saat hutan-hutan terbakar, Presiden Joko Widodo menginstruksikan kanalisasi lahan gambut. Ilmuwan LIPI, Eko Yulianto, mengatakan, "Saya bingung apa yang mesti dilakukan. Solusi pemerintah aneh. Banyak studi menunjukkan itu konyol."
Sejak kebakaran gambut di Kalimantan pada 1997, LIPI bekerja sama dengan Badan Iptek Jepang (JST) mempelajarinya. Dalam 10 tahun, hal itu meluluskan sekitar 80 doktor bidang gambut dari Indonesia, termasuk Eko. Namun, hasil riset dari mereka tidak dilirik pembuat kebijakan.
wallace-eijkman.jpg
Alfred Russel Wallace (1823-1913) dan Christiaan Eijkman (1858-1930)
Pada masa kolonial, negeri ini melahirkan sejumlah ilmuwan besar, di antaranya Alfred Russel Wallace dan Christiaan Eijkman. Wallace meneliti keragaman hayati terkait bentang alam Nusantara, lalu dikenal sebagai penemu teori evolusi bersama Charles Darwin. Eijkman diganjar Nobel Kedokteran pada 1929 karena menemukan konsep defisiensi vitamin, seusai meneliti wabah beri-beri di Batavia.
Ironisnya, 70 tahun merdeka, negeri ini melahirkan banyak birokrat korup dan politisi mahir bersiasat. Kebijakan penentu nasib bangsa kebanyakan hanya dilandasi kepentingan politik dan ekonomi sesaat.
Kompas, Kamis, 31 Desember 2015

Saturday 26 December 2015

Hati Kudus di Serambi Mekkah

Oleh ADRIAN FAJRIANSYAH
Sejak dahulu, Aceh dikenal sebagai daerah perniagaan, tempat bertemunya pedagang dari sejumlah negara dan daerah di Nusantara. Kehadiran Gereja Katolik Hati Kudus di Kota Banda Aceh merupakan peninggalan sejarah yang menunjukkan keterbukaan kesultanan Aceh di masa lampau terhadap perbedaan agama dan juga suku.
Suasana Gereja Katolik Hati Kudus di Banda Aceh, Provinsi Aceh, Jumat (11/12). Gereja tersebut berdiri sejak tahun 1926, dan ini membuktikan umat Nasrani sudah ada di Aceh jauh sebelum kemerdekaan RI. Kehadiran gereja itu pun menjadi bukti bahwa Aceh terbuka terhadap perbedaan suku, budaya, dan agama. (Kompas/Adrian Fajriansyah)
Gereja Katolik Hati Kudus merupakan saksi bisu sejarah panjang kehadiran Nasrani, terutama Katolik, di bumi Serambi Mekkah. Pastor di Gereja Katolik Hati Kudus, Efran Sinaga, menceritakan, gereja itu diresmikan untuk ibadah oleh Pastor Kepala Augustinus Huijbregets pada 26 September 1926. Tanggal peresmian gereja itu menunjukkan kehadiran Katolik sudah cukup lama di Aceh. Gereja itu pun berarsitektur paduan antara tropis dan gaya kolonial Eropa.
Namun, kehadiran Katolik di Tanah Rencong jauh lebih lama daripada keberadaan gereja tersebut. Efran mengungkapkan, misionaris Katolik pertama kali datang ke Aceh pada awal abad ke-16. Gereja Katolik Roma dari Ordo Karmel (Ordo Fratrum Ordinis Beatissimae Maria Virginis de Monte Carmelo) mengadakan kontak awal dengan Indonesia pada 1511. Mereka mengirim dua anggotanya, Dionisius dan Redemptus, yang ikut serta dalam kelompok dagang Portugis dengan mengunjungi Aceh dari Malaka.
Penguasa Aceh masa itu menerima kedua utusan dari Roma itu. Mereka diberikan tempat tinggal sekaligus tempat ibadah di kawasan Ulee Lheue, Banda Aceh, berada di pinggiran laut yang sekarang menjadi kawasan Pelabuhan Ulee Lheue, yang melayani penyeberangan Banda Aceh-Sabang. Namun, kedua orang itu kemudian dibunuh.
Dihasut Belanda
Menurut Efran, kedua orang itu diduga dibunuh penduduk lokal. Diduga pembunuhan terjadi karena hasutan dari VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), perusahaan dagang Belanda, yang berupaya memecah hubungan baik antara Portugis dan Aceh saat itu. VOC merasa kepentingan politik mereka akan terganggu oleh kehadiran perwakilan Portugis di Aceh.
Berdasarkan buku Umat Kristen di Asia Jilid II, Dari Abad Ke-16 hingga Sekarang, karya Adolf Heuken SJ, sebelumnya negara-negara Asia Tenggara bisa menerima kehadiran agama impor dari luar kawasan itu, seperti Hindu, Buddha, Kristen, dan Islam. Namun, kondisi itu berubah sejak kehadiran Belanda di Tanah Air. Pewartaan agama dihambat oleh Belanda, seperti VOC yang melarang misi Katolik dan mengontrol serta mengekang gereja reformasi sampai awal abad ke-19.
Sementara menurut buku Sejarah Agama-Agama di Indonesia, Mengungkap Proses Masuk dan Perkembangannya karya Djenar Respati, penguasa VOC akan menjatuhkan hukuman mati kepada imam Katolik yang ketahuan berkarya di wilayah kekuasaannya.
Keterbukaan
Efran menuturkan, pasca VOC bubar pada abad ke-18, Belanda menjadi lebih lunak terhadap misi Katolik di Aceh. Pastor Tentara Kolonel Hendrikus Veerback dikirim ke Aceh pada 1870. Veerback menjadi penasihat rohani bagi tentara Belanda yang memeluk Katolik. Veerback mendirikan Gereja Katolik Stasi Santa Maria Pulau Weh pada 1890. Gereja itu menjadi gereja Katolik tertua di Aceh dan masih berdiri hingga kini. Terakhir, dia mendirikan Gereja Hati Kudus di Banda Aceh.
Menurut Efran, keberadaan gereja-gereja Katolik di Aceh menunjukkan Aceh terbuka terhadap agama apa pun.
Kehadiran Kristen di Aceh juga sudah berlangsung lama. Pendeta Gereja Methodist Indonesia (GMI), Martina, mengisahkan, Kristen sudah lama di Aceh, seiring dengan datangnya warga Tionghoa untuk berdagang. Namun, kisah itu tak tercatat baik.
Kepala Dinas Syariat Islam Aceh Syahrizal Abbas mengutarakan, Aceh sesungguhnya bukan daerah eksklusif untuk umat Islam. Aceh terbuka untuk umat non-Islam.
"Umat Islam maupun non-Islam memiliki hak dan kesempatan hidup yang sama di Aceh, terutama dalam menjalankan ritual ibadah agamanya. Kendati demikian, mereka harus menjalankannya sesuai aturan yang berlaku," tuturnya.
Kompas, Minggu, 27 Desember 2015

Merayakan Natal Bersama di Betlehem...

Perayaan Natal di Betlehem, Palestina, tempat kelahiran Yesus, tak hanya dirayakan umat Kristiani, tetapi juga umat non-Kristiani. Pada malam Natal, Kamis (24/12), penduduk Betlehem membaur di alun-alun Manger Square di dekat Gereja Kelahiran atau Gereja Navitas, yang didirikan di atas goa tempat kelahiran Yesus.
Puluhan orang antre masuk ke dalam goa yang diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus di Gereja Kelahiran atau Gereja Navitas di Betlehem, Kamis (24/12). Gereja Navitas adalah salah satu gereja tertua di dunia yang masih digunakan sebagai tempat peribadatan. Sepanjang bulan Desember, gereja ini padat oleh peziarah yang datang dari berbagai bangsa.
Puluhan orang antre masuk ke dalam goa yang diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus di Gereja Kelahiran atau Gereja Navitas di Betlehem, Kamis (24/12). Gereja Navitas adalah salah satu gereja tertua di dunia yang masih digunakan sebagai tempat peribadatan. Sepanjang bulan Desember, gereja ini padat oleh peziarah yang datang dari berbagai bangsa. (Kompas/Denty Piawai Nastitie)
Basam (55), warga Palestina, salah satunya ikut terlibat dalam perayaan Natal. Dengan mengenakan atribut natal, seperti topi dan pakaian santa klaus, Basam, dan sebagian besar penduduk Betlehem membaur dalam perayaan Natal. Alun-alun dihiasi pohon natal raksasa dan lampu kerlap-kerlip yang berbentuk rusa dan bintang-bintang.
Di tengah alun-alun itu, ada panggung berukuran 10 meter x 5 meter yang dipakai untuk pementasan musik. Ada pula pedagang yang menjual aneka makanan dan pernak-pernik natal. Tanpa membedakan latar belakang agama seseorang, penduduk Betlehem membaur merayakan Natal.
Perayaan nasional
Menurut Basam, Natal adalah perayaan nasional bagi bangsanya. "Semua orang bersukacita. Tidak membedakan agama dan golongan," ujar pengajar fisika dan matematika di Universitas Betlehem itu. Basam yang non-Kristiani turut melebur dengan umat Kristiani merayakan Natal.
Meski beragama non-Kristiani, Basam datang ke Gereja Navitas untuk menikmati kemeriahan Natal. Dia juga menyempatkan diri masuk ke Gereja Navitas untuk berziarah di tempat kelahiran Yesus.
Di sekitar gereja, ratusan polisi dan tentara Palestina berjaga-jaga. Mereka membawa senjata api dan memeriksa identitas setiap orang yang hendak masuk ke gereja.
Wahid (50), pemandu wisata dari Palestina, menjelaskan, tempat kelahiran Yesus memiliki nilai keagamaan yang besar dan nilai sejarah tinggi. "Sebagian lokasi gereja dipakai umat Kristen beribadat. Sebagian lainnya dipakai beribadah untuk umat Muslim, Ortodoks, dan Armenian. Gereja ini penting bagi banyak orang," tuturnya.
Di Betlehem, para peziarah juga mengunjungi Padang Gembala, Bukit Zaitun, Kapel Kenaikan (Chapel of Ascension), dan Gereja Bapa Kami.
Bagi Darmo (56), peziarah asal Kalimantan Barat, mengunjungi tanah kelahiran Yesus adalah harapan yang menjadi kenyataan. (DNA)
Kompas, Minggu, 27 Desember 2015

Frekuensi Gempa Tinggi

Bencana Merusak Terjadi di Zona yang Belum Dikenali
JAKARTA, KOMPAS — Selama tahun 2015, Indonesia diguncang 4.394 gempa bumi dengan tujuh gempa menimbulkan kerusakan. Sebagian besar gempa merusak itu terjadi di kawasan timur Indonesia dan bersumber di zona sesar yang belum dipetakan.
Petugas  menunjukkan aktivitas gempa yang terjadi di wilayah Aceh di kantor Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Mata Ie, Banda Aceh, Aceh, beberapa waktu lalu. Selama 2015, Indonesia diguncang 4.394 gempa bumi yang tujuh di antaranya menimbulkan kerusakan.
Petugas menunjukkan aktivitas gempa yang terjadi di wilayah Aceh di kantor Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Mata Ie, Banda Aceh, Aceh, beberapa waktu lalu. Selama 2015, Indonesia diguncang 4.394 gempa bumi yang tujuh di antaranya menimbulkan kerusakan. (Kompas/Adrian Fajriansyah)
Demikian evaluasi kejadian gempa bumi di Indonesia pada 2015 yang dipaparkan Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono di Jakarta, Jumat (25/12). "Patut disyukuri, selama 2015, Indonesia tak dilanda gempa berkekuatan di atas M (magnitudo) 8 dan tsunami," ujarnya.
Dari ribuan gempa terekam 164 seismograf yang dipasang BMKG di sejumlah lokasi, hanya 360 gempa yang dirasakan warga. Ada 4.034 kejadian tidak terasa karena berskala kecil. Gempa kategori besar (M 7,0- M 7,9) terjadi dua kali, yakni di Nusa Tenggara Timur berkekuatan M 7,1 pada 27 Februari 2015 dan di Mamberamo Raya, Papua, kekuatan M 7,2 pada 27 Juli 2015. Gempa berkekuatan M 6,0-M6,9 terjadi 11 kali dan berkekuatan M 5,0-M 5,9 mencapai 185 kali. Gempa M 4,0-M 4,9 sebanyak 1.456 kali dan yang berkekuatan lebih kecil dari M 4 mencapai 2.742 kali.
Gempa merusak
Daryono menambahkan, gempa bumi yang memicu kerusakan terjadi tujuh kali, yakni di Pagimana, Banggai, Sulawesi Tengah, pada 16 Maret 2015, berkekuatan M 6,0. Gempa merusak juga terjadi di Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Madiun, Jawa Timur, 25 Juni 2015. Meski kekuatan gempa kecil, M 4,2, kedalaman hiposenter hanya 3 kilometer sehingga merusak 57 rumah.
Berikutnya, pada 27 Juli 2015, gempa berkekuatan M 7,2 terjadi di Mamberamo Raya, Papua, yang menyebabkan puluhan bangunan rusak dan menewaskan satu orang. Gempa merusak terjadi di Sorong, Papua Barat, 24 September 2015. Kekuatan gempa M 6,8 dengan kedalaman hiposenter 10 km. Sebanyak 257 rumah rusak dan 62 orang terluka.
Pada 4 November 2015, gempa berkekuatan M 6,2 melanda Alor, NTT, yang menyebabkan 884 rumah rusak dan 3 orang luka berat. Sementara gempa bumi langka, tipe swarm, terjadi di Jailolo, Halmahera Barat, Maluku. Gempa itu beruntun dan selama November-Desember terjadi 1.171 kali dengan kekuatan di bawah M 5,0. Kedalaman hiposenter rata-rata 10 km. Tingginya frekuensi gempa di Jailolo mengakibatkan 1.593 rumah rusak dan satu warga luka akibat tertimpa bangunan.
Terakhir, gempa yang juga langka terjadi di Tarakan, Kalimantan Utara, pada 21 Desember 2015. Gempa itu berkekuatan M 6,1 dengan kedalaman hiposenter 10 km. Sebanyak 10 rumah rusak, 1 orang terluka berat, dan 9 orang terluka ringan.
Dari data itu terlihat, hampir semua kejadian gempa merusak terjadi di kawasan timur Indonesia. "Semua gempa merusak tahun ini akibat sesar aktif, tak satu pun dipicu aktivitas subduksi lempeng. Mayoritas gempa merusak tak terjadi di jalur sesar utama yang sudah dikenali, tetapi pusatnya di sesar lokal yang belum dikenali," kata Daryono.
Ahli gempa bumi Institut Teknologi Bandung, Irwan Meilano, mengatakan, banyak sumber gempa bumi merusak belum dipahami. Bahkan, sebagian belum dipetakan sebagai sumber gempa aktif, seperti Tarakan. "Perlu percepatan riset dasar gempa bumi, apalagi kita tengah menggenjot pembangunan infrastruktur di banyak daerah," ujar Irwan.
Menurut Daryono, gempa merupakan proses geologi yang tidak bisa dihentikan dan tidak dapat diprediksi. Hal terpenting ialah mengenali daerah rentan dan memahami mekanismenya demi memperkecil kerusakan bangunan dan mencegah korban jiwa akibat gempa. (AIK)
Kompas, Sabtu, 26 Desember 2015

Kaum Muda Jaga Kebinekaan

Jambore Pelajar Kunjungi Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta
JAKARTA, KOMPAS — Generasi muda perlu dibekali kesadaran dan kecakapan untuk menjaga kebinekaan. Untuk itu, mereka didorong agar memiliki sikap terbuka dan menghargai perbedaan. Bekal itu penting untuk menjaga kesatuan bangsa, apalagi ketika mereka kelak memimpin negeri ini.
Peserta Jambore Pelajar Se-Jawa 2015 melihat-lihat koleksi museum di Gereja Katedral, Jakarta, Rabu (23/12). Kegiatan yang diikuti 101 pelajar lintas agama setingkat SMA, SMK, dan madrasah aliyah dari sejumlah sekolah di Pulau Jawa ini memberikan contoh kedewasaan bergaul antarumat berbeda agama  sesuai jiwa kebinekaan di Indonesia.
Peserta Jambore Pelajar Se-Jawa 2015 melihat-lihat koleksi museum di Gereja Katedral, Jakarta, Rabu (23/12). Kegiatan yang diikuti 101 pelajar lintas agama setingkat SMA, SMK, dan madrasah aliyah dari sejumlah sekolah di Pulau Jawa ini memberikan contoh kedewasaan bergaul antarumat berbeda agama sesuai jiwa kebinekaan di Indonesia. (Kompas/Rony Ariyanto Nugroho)
Komitmen generasi muda untuk menjaga kebinekaan difasilitasi Maarif Institute lewat Jambore Pelajar Se-Jawa 2015 di Jakarta pada 20-26 Desember. Pada pembukaan jambore, peserta berkesempatan berdialog dengan salah satu pemimpin yang keberanian dan integritasnya dinilai patut diteladani, yakni Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Rabu (23/12), 101 pelajar SMA/SMK/MA dari 30 kota se-Jawa itu menggelar dialog dengan pengelola Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal.
Lewat kunjungan ke dua rumah ibadah umat agama yang berbeda itu, peserta jambore mengetahui praktik kerukunan beragama di lapangan. Hal itu, antara lain, terlihat dari diperbolehkannya penggunaan lahan parkir di Masjid Istiqlal oleh umat Katolik yang beribadah di Gereja Katedral ketika tempat parkir sudah tidak muat. Demikian pula sebaliknya.
Peserta juga diberi kesempatan untuk berdialog soal keagamaan dan toleransi dengan romo di Gereja Katedral dan imam di Masjid Istiqlal. Pengalaman bertemu langsung dengan orang berbeda agama sangat penting. Proses seperti ini mampu meruntuhkan tembok prasangka dan kebencian sehingga menumbuhkan kesadaran akan kebinekaan bangsa.
Mencintai kebinekaan
Menurut ketua pelaksana jambore, Abdullah Daraz, kegiatan tahunan yang sudah tiga kali dilaksanakan ini memberikan pengalaman bagi pelajar untuk belajar bersama tentang ikhtiar mencintai kebinekaan dengan menghayati jati diri bangsa Indonesia. Kedewasaan dalam bergaul mutlak diperlukan jika bangsa ini berkomitmen menjaga kebinekaan.
Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq mengatakan, bangsa Indonesia sudah berhasil menunjukkan kualitas hubungan antarumat beragama yang membanggakan dalam beberapa tahun terakhir, terutama terkait situasi aman dalam perayaan hari besar keagamaan. "Ini wajah negeri kita yang menyejukkan meskipun selalu ada riak-riak. Kita harus terus mengedepankan nilai-nilai moralitas dan kesalehan sosial dalam berinteraksi tanpa terjatuh pada fanatisme agama yang berlebihan," katanya.
"Kunjungan para pelajar ke dua tempat ibadah simbol umat Katolik dan Islam mengajarkan peserta jambore untuk selalu membangun jembatan dialog," lanjut Fajar.
Dalam kaitan dengan toleransi, Ketua Badan Pengelola Masjid Istiqlal Mubarok mengatakan, Islam merupakan agama yang mendahulukan kedamaian dan kemaslahatan. Oleh karena itu, umat agama lain yang mengunjungi Masjid Istiqlal disambut terbuka.
Pada kesempatan dialog tersebut ada peserta yang menanyakan soal radikalisme yang dikaitkan dengan Islam dan cara anak muda membentengi diri. Mubarok mengatakan, radikalisme sebenarnya ada di semua agama. Ketika ada kelompok yang mengklaim paham mereka paling benar atau hanya kelompoknya yang bisa masuk surga, kita mesti waspada. "Anak muda mudah terperangkap. Bangsa ini bisa bersatu karena saling menerima perbedaan," ujarnya.
Pengalaman berharga
Verentia A Putri, siswa SMAN 2 Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, yang merupakan satu-satunya peserta non-Muslim, merasakan pengalaman berharga bisa mengikuti jambore dan mendapatkan perlakuan yang sama. "Saya jadi memahami, meskipun beda agama, kita bisa tolong-menolong. Di Masjid Istiqlal, (siswa) yang non-Muslim boleh masuk dan disambut baik," katanya.
Frizka Nur Widyastuti, siswa SMAN 1 Karas, Magetan, Jawa Timur, yang berjilbab, baru pertama kali masuk gereja. "Saya dapat pengalaman baru dan pencerahan soal agama Katolik, dapat penjelasan langsung dari romo. Seharusnya umat Islam dan Katolik tidak berseteru," ujar Frizka.
Laras Safa Azhara, siswa SMAN 1 Lawang, Malang, Jawa Timur, merasa terkesan bisa bertemu dengan Basuki Tjahaja Purnama, pemimpin yang menginspirasi generasi muda untuk berani memperjuangkan kebenaran. "Basuki meyakinkan kami untuk menjadi pemimpin yang berani melawan arus, jujur, tidak selalu kalah," ucapnya.
Peserta jambore juga berkesempatan berkunjung ke kantor Komisi Pemberantasan Korupsi. Para pelajar ikut menyampaikan suara generasi muda yang mendukung pemberantasan korupsi di negeri ini. (ELN)
Kompas, Sabtu, 26 Desember 2015

Bersama dalam Keragaman...

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Natal, yang berlangsung 24 dan 25 Desember, menjadi semangat bagi umat Kristen dan Islam di beberapa tempat di Jakarta untuk merayakannya dalam kebersamaan. Mereka lebur dalam perayaan dalam semangat menghargai.
Ribuan warga berebut gunungan atau tumpukan bahan makanan dalam upacara Garebeg Mulud yang digelar Keraton Yogyakarta untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Kamis (24/12), di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta.
Ribuan warga berebut gunungan atau tumpukan bahan makanan dalam upacara Garebeg Mulud yang digelar Keraton Yogyakarta untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Kamis (24/12), di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta. (Kompas/Haris Firdaus)
Umat Gereja Komunitas Anugerah Reformed Baptist menyelenggarakan kebaktian bersama dengan umat Muslim di Jakarta Selatan.
Lagu puji-pujian kepada Tuhan Yesus dilantunkan bergantian dengan doa dan shalawat yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, Kamis (24/12) malam, di rumah Pendeta Suardian Budaya (36) di Jalan Guntur 15, Kelurahan Setiabudi, Jakarta Selatan. Acara dihadiri umat Kristen dan Islam.
Kebaktian dimulai dengan lagu "Hai, Mari Berhimpun" yang dinyanyikan oleh umat Kristen. Selanjutnya, ibadah diteruskan dengan pembacaan Surat Al Fatihah oleh Ustaz Imam Fanani atau Gus Iefan sebagai tawashul atau doa kepada orang-orang terdahulu yang telah meninggal. Pembacaan itu diteruskan dengan kidung pujian "Di Malam Suci Bergema". Puncaknya, pendarasan Mazmur 109 dilakukan oleh Gayatri Wedowati, perempuan Muslim yang juga cerpenis.
"Sebab Ia berdiri di sebelah kanan orang miskin untuk menyelamatkannya dari orang-orang yang menghukumnya," kata Gayatri membaca petikan mazmur itu dengan puitis.
Setelah pendarasan mazmur, giliran shalawat Nabi yang berkumandang.
Gus Iefan merasa acara ini adalah terobosan. "Ini upaya percakapan yang jujur di antara kedua umat," kata Gus Iefan.
Kerukunan juga ditemui di Jalan Jalan Enggano, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud Jemaat Mahanaim dan Masjid Al-Muqarrabien hanya dipisahkan oleh tembok sepanjang 45 meter. Suara doa dari gereja bisa didengar dari masjid, begitu pula sebaliknya. Kerukunan itu sudah terjalin selama 56 tahun.
Di malam Natal, Kamis, Sulaeman Rompas (61) khusyuk menunaikan shalat Maghrib bersama jemaah lain. Lagu-lagu Natal dari Gereja Mahanaim terdengar sampai Masjid Al-Muqarrabien.
Sudah 12 tahun Sulaeman bekerja sebagai marbot di Masjid Al-Muqarrabien. Sejak siang hari, Sulaeman sudah berjaga di kompleks masjid. Ia mengawasi keamanan di sekitar masjid dan gereja. Ia juga ikut mengatur parkir di halaman masjid karena masjid juga menyediakan halaman untuk ruang parkir bagi kendaraan jemaat gereja.
Saat Maulid Nabi, biasanya ada peringatan di masjid kecil itu. Namun, kata Sulaeman, demi menjaga toleransi, peringatan maulid ditunda hingga rangkaian ibadah Natal di gereja selesai.
Sebaliknya, saat Idul Fitri dan Idul Adha, kebaktian di gereja diundur hingga shalat Id di masjid itu selesai. "Pernah Idul Fitri dan Idul Adha jatuh di hari Minggu. Maka, kebaktian pagi kami undur setelah shalat Id usai," kata Wakil Ketua Jemaat Mahanaim Dikson Bawuna.
Sementara itu, sebanyak 325 anak dari beragam agama merasakan kebahagiaan Natal di aula Panti Asuhan Vincentius Putra, Jakarta Pusat, Jumat (25/12). Kegiatan yang diadakan Badan Pelayanan Karismatik Keuskupan Agung Jakarta tersebut dikemas dalam acara Makan Siang Natal.
Anak-anak yang diundang datang dari enam panti asuhan di Jakarta. Mereka diundang untuk merasakan perayaan Natal bersama. (REK/IRE/C08/C09)
Kompas, Sabtu, 26 Desember 2015