Tuesday, 27 October 2015

Hewan Pemakai Alat

i sekitar mereka, baik untuk makan atau pun perlindungan diri. Berikut beberapa contoh binatang-binatang tersebut:

Berang-berang laut (Enhydra lutris) menggunakan batu yang diletakkan di atas perutnya atau benda keras lainnya untuk memecah cangkang kerang.

Sunday, 25 October 2015

Gempa Bumi Semenanjung Muria Tak Lazim

JAKARTA, KOMPAS – Gempa berkekuatan magnitude 5 mengguncang Semenanjung Muria, Pati, Jawa Tengah, Jumat (23/10), 01.10 WIB. Meski dari skala kekuatannya relatif kecil, gempa itu dianggap signifikan karena terjadi di luar zona kegempaan yang lazim. Gempa itu menguatkan pentingnya memetakan lagi sesar yang semula dianggap tak aktif.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Daryono mengatakan, gempa bumi berpusat di pesisir. Persisnya pada koordinat 6,39 Lintang Selatan dan 110,91 Bujur Timur, 26 kilometer timur laut Kota Jepara. Kedalaman pusat gempa 14 km dari permukaan laut. Guncangan gempa bumi dilaporkan dirasakan di Kota Jepara dan Pati pada II-III MMI (modified mercally intensity).
“Karakteristik kedalaman hiposenter yang hanya 14 kilometer menunjukkan aktivitas gempa bumi ini dibangkitkan sesar aktif,” kata Daryono. Gempa dilaporkan dirasakan warga Brebes dan Tegal sekitar satu menit.
Analisis mekanisme sumber berdasarkan perangkat lunak JisVIEW oleh BMKG juga menunjukkan, gempa bumi itu memiliki mekanisme sesar dengan pergerakan mendatar mengarah ke utara-selatan. Hasil ini sesuai karakteristik sesar lokal yang ada dengan Sesar Muria yang mengarah utara-selatan.
“Laporan dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jepara, gempa ini memicu longsor di Desa Pendem, Keling. Sedangkan laporan dari BPBD Pati, terdapat genting rumah jatuh di Desa Karansari, Clering,” kata Daryono.
Sesar aktif
Sekalipun skala gempa relatif kecil dan tak ada laporan korban jiwa, menurut ahli tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko, gempa itu perlu dapat perhatian. Itu terutama karena kawasan ini sebelumnya dianggap tidak aktif sesarnya. Bahkan, di Jepara pernah direncanakan dibangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). “Sesar di kawasan ini belum masuk 80 peta sesar di Indonesia. Kami harus segera merevisi peta itu,” kata Widjo.
Rahma Hanifa, peneliti gempa dari Research Center for Disaster Mitigation Institut Teknologi Bandung, mengatakan,” Kedalaman gempanya juga agak aneh. Kami belum memiliki banyak informasi tentang gempa ini.”
Ahli gempa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman, sebenarnya telah memetakan Sesar Muria sebagai sesar aktif. Namun, mekanisme dan rinciannya memang belum banyak diketahui.
“Sesar yang memiliki sejarah gempa bumi merusak di Jawa Tengah ini perlu dicermati serius mengingat kemungkinan keberulangannya di masa mendatang,” kata Daryono.
Menurut dia, zona Semenanjung Muria dan sekitarnya secara tektonik cukup kompleks. Di zona itu terdapat beberapa sesar yang diduga cukup aktif, seperti Sesar Lasem, Sesar Muria, dan sekitar 7 (tujuh) sesar mikro lainnya yang tersebar di lepas pantai Laut Jawa. Sesar Muria membujur dari Gunung Muria ke arah utara hingga mencapai pesisir.
Adapun Sesar Lasem diduga menjadi penyebab beberapa peristiwa gempa bumi merusak di masa lalu, di antaranya gempa Lasem 1847, gempa Ambarawa 1865, dan gempa Pati M6,8 pada 1890 dengan radius kerusakan sekitar 500 km. Selain itu Sesar Lasem juga pernah memicu terjadinya gempa di Kudus pada tahun 1877 serta gempa Semarang pada tahun 1856, 1958, 1959, dan 1966. (AIK/WIE)
Kompas, Sabtu, 24 Oktober 2015

Sunday, 11 October 2015

Stabilitas Bahan Aktif dan Produk Obat - Kinetika Kimia dan Orde Reaksi

Kinetika kimia mencakup penelitian kecepatan dan mekanisme reaksi (Engel dan Reid, 2013). Dalam suatu reaksi, kadar senyawa akan berubah seiring waktu. Selama reaksi terjadi, dalam waktu tertentu, dapat teramati penurunan kadar reaktan menurun atau peningkatan kadar produk.
Dengan  pemantauan terhadap kecepatan reaksi yang terjadi dan menentukan ketergantungan kecepatan tersebut pada parameter seperti suhu, kadar, dan tekanan, maka akan dapat dilihat mekanisme reaksi tersebut.

Sunday, 4 October 2015

Mencegah Kepikunan

Oleh AGUSTINE DWIPUTRI
Acapkali kita berpikir bahwa kita memiliki ingatan yang buruk. Misalnya, kita tidak dapat menemukan cincin yang kemarin baru dilepas, atau lupa meninggalkan uang belanja di rumah, bahkan mungkin lebih buruk lagi, lupa bahwa hari ini adalah ulang tahun perkawinan.
Gejala-gejala penurunan daya ingat atau pikun atau mulai demensia memang menimbulkan perasaan khawatir dan tidak tenang pada yang mengalaminya. Apalagi kita membaca di sejumlah media bahwa salah satu bentuk demensia, yakni gangguan Alzheimer, ternyata makin banyak jumlahnya beberapa tahun terakhir ini. Patut diapresiasi berbagai pihak yang melakukan sosialisasi dan kegiatan lainnya sebagai gerakan peduli pada penyandangan gangguan ini.
Dalam kesempatan kali ini, penulis juga ingin sedikit berbagi pengetahuan mengenai cara mencegah penurunan fungsi memori sebagai salah satu gejala yang tampil pada penyandang Alzheimer, selain penurunan cara berpikir berkomunikasi, dan berhubungan sosial yang tentunya akan berdampak buruk pada cara penyandang dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.
Scott Hagwood (2006) menemukan bahwa memori seseorang sangat mirip dengan tubuhnya, makin dilatih akan menjadi makin kuat. Caranya terletak pada mengetahui bagaimana melakukan latihan untuk memorinya. Adanya daya ingat yang kuat membantu menjelaskan siapakah diri kita. Hanya pertanyaannya, berapa banyak waktu yang benar-benar kita gunakan untuk melatih memori kita? Kita tidak akan berpikir dua kali untuk pergi ke pusat kebugaran dan menghabiskan 30 menit berjalan di atas treadmill. Hal ini disebabkan karena kita yakin bahwa aktivitas tersebut memang benar bermanfaat untuk kebugaran fisik. Tetapi, untuk melatih ingatan kita, rasanya kita perlu berpikir beberapa kali, benarkah kegiatan ini akan efektif dan berhasil?
Apabila membicarakan kesehatan fisik, penting untuk mencamkan bahwa hal ini merupakan suatu perjalanan, bukan tujuan. Begitu pula halnya dengan kesehatan daya ingat, perlu ada latihan yang terus-menerus diulang. Di dalam bukunya yang berjudul Memory Power, Scott Hagwood (2006) menuliskan, berbagai penelitian telah membuktikan bahwa dengan melakukan beberapa kegiatan di bawah ini setidaknya empat kali seminggu, seseorang dapat mengurangi risiko mengalami kepikunan apabila dibandingkan dengan orang yang tidak melakukannya sama sekali.
1. Membaca secara kritis dan analitis
Berhentilah sesering mungkin setelah membaca beberapa kalimat dan coba ajukan pertanyaan. Apa yang dimaksud penulis mengatakan kalimat tersebut? Apa latar belakang dia mengatakannya? Bagaimana hubungan yang terjadi di antara mereka? Penelaahan secara berkala selama membaca akan memperkuat memori dengan menjaga agar berbagai fakta, peristiwa, dan detail karakter tetap segar dalam pikiran.
2. Gunakan tangan yang tidak dominan secara lebih sering
Ingatlah, otak sebelah kiri Anda mengontrol sisi kanan tubuh Anda, dan sebaliknya. Jika Anda dominan dengan anggota tubuh sebelah kanan, cobalah memutar atau menekan tombol nomor telepon atau menyikat gigi dengan tangan kiri Anda. Anda akan menemukan bahwa Anda pasti harus memikirkan kembali bagaimana melakukannya. Kegiatan-kegiatan semacam ini membantu untuk memperkuat berbagai koneksi kognitif.
3. Tulis dan simpanlah buku harian
Setiap malam, tuliskanlah berbagai kegiatan, perasaan, ataupun penilaian Anda mengenai hal-hal yang telah terjadi pada hari tersebut. Hal ini akan membantu memperbaiki pemikiran, seperti mengatur pikiran kita dan meletakkannya dalam suatu pola logis yang masuk akal bagi kita, atau kepada seseorang dengan siapa kita peduli untuk berbagi mengenai isi buku harian itu.
4. Mengisi teka-teki silang
Aktivitas ini tidak harus melibatkan soal-soal yang sangat sulit. Yang Anda lakukan adalah menggunakan sisi kiri otak Anda untuk secara logis memproses suatu petunjuk, kemudian sisi kanan otak Anda menggabungkan berbagai petunjuk lain untuk menemukan apa yang oleh para ilmuwan disebut “aha! moment”. Dalam gambaran resonansi magnetic, ada secercah pikiran yang muncul secara tiba-tiba di sisi kanan otak, yang terjadi ketika jawaban untuk teka-teki tertentu telah ditemukan.
5. Memperluas kosakata
Dimilikinya kosakata yang luas akan meningkatkan proses kreatif seseorang dan membantunya untuk memecahkan berbagai hambatan sosial dan bisnis, yang acapkali dibentuk dengan suatu leksikon (kamus) khusus. Lebih penting lagi, adanya kosakata yang luas membantu Anda menafsirkan dunia di sekitar Anda, membantu Anda menyaring berbagai pikiran dan ide-ide yang kompleks ke dalam kata-kata ataupun kalimat yang tunggal. Tujuan dari dimilikinya kosakata yang luas tidak untuk menimbulkan kesan hebat, tetapi untuk menafsirkan.
6. Lakukan permainan
Ambil kotak catur, papan main dam, atau permainan strategis lainny. Permainan semacam ini meningkatkan kesadaran spasial, logika, imajinasi, dan kreativitas kita.
7. Berolahraga
Latihan fisik jelas membantu proses mental kita (menurut penulis termasuk di sini melakukan yoga, menari poco-poco dan olah tubuh lainnya). Orang-orang yang terlibat dalam latihan aerobic secara teratur melaporkan bahwa daya perencanaan mereka menjadi lebih lancar, perhatian mereka lebih terfokus, dan kurang mengalami stress.
8. Mainkan sebuah alat musik
Anda tidak harus berharap dapat terlibat dalam kegiatan manggung bersama suatu grup band, cukup hanya menghadapi adanya tantangan untuk belajar memainkan suatu alat music. Studi mengenai sel-sel otak yang dimiliki para musikus menunjukkan bahwa mereka memiliki hingga sepuluh ribu dendrit pada setiap sel otaknya, suatu penghargaan untuk kompleksitas yang diperoleh dari belajar membaca, menafsirkan, dan bermain musik selama ini.
9. Belajarlah sebuah bahasa lain
Sekali lagi, Anda tidak perlu bercita-cita untuk menjadi lancar. Belajar bahasa lain melibatkan penggunaan berbagai area otak dan keterampilan sekaliguas, termasuk kosakata, keterampilan mendengar, berimajinasi, membaca, dan banyak hal lainnya.
Mari terus melatih memori kita.
Kompas, Minggu, 4 Oktober 2015