Saturday, 26 October 2019

Ayo Tidur Satu Jam Lagi

Oleh M ZAID WAHYUDI
Untuk memiliki berat tubuh ideal, kulit cantik, fisik sehat, berpikir aktif, emosi terkendali, dan produktif, pola makan sehat dan olahraga teratur saja tak cukup. Waktu tidur yang cukup juga penting.
Jam masih menunjukkan pukul 07.00, Senin (21/10/2019). Kereta komuter dari Serpong menuju Tanah Abang, Jakarta Pusat, padat penumpang. Namun, itu tak menghalangi sebagian penumpang tidur memejamkan mata walau harus bergelantungan pada pegangan tangan atau bersandar di pintu kereta.
Suasana serupa mudah ditemukan di berbagai moda transportasi di Jakarta pada pagi hari. Perjalanan rumah dan tempat kerja yang memakan banyak waktu dimanfaatkan komuter tidur sejenak, menuntaskan kantuk akibat tak cukup tidur malam.
Orang dewasa, berumur 18-64 tahun, seharusnya tidur 7-9 jam per malam. Namun, waktu tidur rata-rata orang Indonesia kurang dari itu. "Waktu tidur orang Indonesia rata-rata 6,95 jam," kata Andreas Prasadja, dokter ahli tidur dari Klinik Mendengkur dan Gangguan Tidur, Pondok Indah, Jakarta, Jumat (25/10), mengutip sebuah survei.

Saturday, 19 October 2019

Alat dan Metode Uji Disolusi

Untuk dapat diserap, zat aktif obat harus dapat terlepas dari bentuk sediaannya. Proses perpindahan padatan aktif ke fase pelarut sehingga terbentuk larutan ini secara fisikokimia disebut disolusi. Dibandingkan disintegrasi, disolusi lebih sering menjadi penentu kecepatan obat untuk siap diserap. Disintegrasi lebih menggambarkan efek variabel formulasi dan proses manufaktur saja, sedangkan disolusi juga merefleksikan karakteristik zat aktif, seperti kelarutan dan ukuran partikel.
Seiring meningkatnya pemahaman tentang arti penting pemastian pelepasan obat, metode disolusi mulai banyak dikembangkan antara 1960-1980. Selain sebagai sarana untuk pemastian mutu dan membantu dalam pengembangan produk, peran penting uji disolusi terhadap bioavailabilitas obat mulai marak diteliti dalam periode tahun 1970-1980.

Jamblang

Jamblang selama ini dikenal sebagai salah satu pojok toleransi di Cirebon. Coba tengok Wihara Dharma Rhakita di Desa Jamblang yang dibangun sekitar abad ke-15. Satu kayu wuwungan kelenteng itu berasal dari pohon yang sama dengan kayu untuk membangun Masjid Agung Sang Cipta Rasa pada 1480.
Konon, pohon besar itu hanya bisa dipotong oleh Njoo Kiet Tjit atau dikenal Ki Buyut Cigoler. Ia lalu meminta sepotong balok untuk membangun kelenteng di Jamblang. Sunan Gunung Jati, pimpinan Cirebon kala itu, mengizinkan. "Meski penyebar agama Islam, beliau menghormati budaya dan agama lain," kata Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat.
Dikutip dari: Abdullah Fikri Ashri, "Saat Toleransi 'Kota Wali' (Kembali) Terusik", Kompas, Minggu, 20 Oktober 2019, halaman 9

Wednesday, 9 October 2019

Ondansetron dan Risiko Malformasi Orofasial

Ondansetron adalah antagonis reseptor 5-HT3, yang disetujui untuk indikasi mual dan muntah akibat kemoterapi dan radioterapi, serta untuk mencegah mual dan muntah pasca-operasi.
Sejauh ini tidak ada persetujuan untuk indikasi mual dan muntah selama kehamilan. Bahkan, informasi produk tidak memberikan rekomendasi pemakaian selama kehamilan. Meskipun demikian, penggunaan obat ini untuk wanita hamil, terutama dengan kasus muntah berlebihan, semakin meningkat.
Temuan baru dari studi epidemiologi menunjukkan adanya risiko malformasi orofasial karena penggunaan ondansetron (Parker et al, 2018; Huybrechts et al, 2018); Zambelli-Weiner et al, 2019). Berdasarkan temuan tersebut, EMA meminta penambahan catatan dalam informasi produk, termasuk menghindari pemakaian produk ondansetron selama trisemester pertama kehamilan karena risiko sumbing.