Saturday, 20 April 2019

Belajar Demokrasi dari Tebuireng Jombang...

Oleh RINI KUSTIASIH
Dua rumah yang berdampingan di depan kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur, tersebut kontras dengan pemasangan bendera dan banner yang "bertolak belakang". Satu rumah memasang spandung "Pejuang PAS" yang mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan satu rumah lainnya memasang banner "Barisan Gus Dur dan Santri Bersatu" yang mendukung pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Dua pemilik rumah itu pun masih bersaudara karena mereka adalah saudara sepupu satu sama lain. Keduanya sama-sama cucu dari KH Hasyim Asy'ari yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama dan juga pengasuh Ponpes Tebuireng yang pertama. Pemandangan yang demikian kontras dengan mudah disimpulkan bahwa kedua pemilik rumah berbeda pandangan politik atau setidaknya memiliki pilihan politik yang tidak sama.


Pemandangan dua rumah di depan gerbang Pondok Pesantren Tebuireng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, yang berbeda pandangan politik, Minggu (7/4/2019). Kedua pemilik rumah adalah saudara sepupu dan masih keturunan KH Hasyim Asy'hari, pendiri Ponpes Tebuireng dan Nahdlatul Ulama. Perbedaan pandangan dan demokrasi menjadi sesuatu yang dihargai dalam pendidikan pesantren tersebut.

Monday, 15 April 2019

Nepenthes bicalcarata

Nepenthes bicalcarata memiliki keunikan yang menyebabkan mudah untuk dikenali dari antara spesies kantong semar, yakni adanya dua gigi taring panjang di pangkal tutup kantong. 
Mengenai fungsi taring ini, awalnya Burbidge berpendapat untuk mencegah binatang, terutama monyet, mengambil minum dari kantong. Namun, pendapat ini disanggah Clarke yang melihat bahwa mamalia kecil masih bisa minum dengan merobek dasar kantong, daripada lewat bibir kantong dengan risiko tertusuk. Menurut Clarke, taring yang ujungnya mengeluarkan nektar ini berfungsi untuk menarik dan menjebak mangsa. Mangsa yang tertarik nektar akan kesulitan mencari pijakan kaki di badan taring sehingga mudah terjatuh. Ujung taring mengarah tepat di tengah lubang mulut kantong, sehingga mangsa bisa langsung tercebur kolam kematian, tanpa sempat menyentuh bibir kantong (Clarke, 1993).

Saturday, 13 April 2019

Perbaikan Sekolah Dasar dan Menengah 2019-2024

Oleh IWAN PRANOTO
Pengeluaran anggaran pendidikan publik tak berkorelasi positif dengan mutu pendidikan. Beberapa survei pendidikan menunjukkan bahwa negara yang mengeluarkan dana besar bagi layanan pendidikannya tak senantiasa dibarengi mutu pendidikan yang tinggi pula.
Bagaimana anggaran pendidikan digunakan lebih berpengaruh ketimbang besar dananya. Penurunan gaji guru secara tajam di Pakistan 1990-an dan peningkatan gaji guru di Indonesia tahun 2005, misalnya, ternyata sama-sama tak memberikan pengaruh berarti (The Economist, 15/11/2018).
Pada 12 Maret 2019, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengutarakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia masih belum sepadan dengan dana yang telah dikeluarkan. Padahal, menurut dia, anggaran sebesar Rp 492,55 triliun telah disediakan bagi pendidikan. "Kami kecewa karena beberapa lulusan bahkan tidak sampai ke tingkat yang kami harapkan," kata Menkeu. "Jadi, ada anggarannya, tetapi masih ada masalah penggunaannya secara efektif."
Karena itu, dapat dipahami bahwa permasalahan ada dalam penggunaan anggaran pendidikan. Walau jumlah anggaran pendidikan memang terbatas, dengan jumlah sebesar itu pun hasilnya masih belum memadai. Jika demikian, strategi apa yang mungkin dilakukan oleh pemerintah mendatang guna mengatasi keadaan ini?