Monday, 15 April 2019

Nepenthes bicalcarata

Nepenthes bicalcarata memiliki keunikan yang menyebabkan mudah untuk dikenali dari antara spesies kantong semar, yakni adanya dua gigi taring panjang di pangkal tutup kantong. 
Mengenai fungsi taring ini, awalnya Burbidge berpendapat untuk mencegah binatang, terutama monyet, mengambil minum dari kantong. Namun, pendapat ini disanggah Clarke yang melihat bahwa mamalia kecil masih bisa minum dengan merobek dasar kantong, daripada lewat bibir kantong dengan risiko tertusuk. Menurut Clarke, taring yang ujungnya mengeluarkan nektar ini berfungsi untuk menarik dan menjebak mangsa. Mangsa yang tertarik nektar akan kesulitan mencari pijakan kaki di badan taring sehingga mudah terjatuh. Ujung taring mengarah tepat di tengah lubang mulut kantong, sehingga mangsa bisa langsung tercebur kolam kematian, tanpa sempat menyentuh bibir kantong (Clarke, 1993).

Kantung bawah Nepenthes bicalcarata
Sebagai tanaman secara keseluruhan (bukan berdasarkan kantong), fisik N. bicalcarata merupakan yang terbesar dari antara spesies kantong semar lainnya. Daun bisa mencapai panjang satu meter. Sedangkan batang bisa mencapai tinggi 20 meter, dengan diameter empat sentimeter (Clarke, 1993).
Di alam, N. bicalcarata merupakan satu-satunya mirmekofit (myrmecophyte) dalam genus ini. Tanaman karnivora ini memiliki simbiosis mutualisme dengan semut Camponotus schmitzi, yang tinggal di bagian yang menggelembung dan berongga dalam tangkai kantong. Ruang berongga yang disediakan untuk semut ini disebut mirmekodomasia (myrmecodomatia) (Merbach et al, 1999). Taring bernektar menyediakan nutrisi bagi para semut ini, selain mereka juga mendapatkan makanan dari mangsa yang terjebak dalam kantong (Merbach et al, 1999).
Semut C. schmitzi bisa berlari-lari di bibir dan dinding kantong yang licin, tanpa terpeleset dan terjebak dalam kantong maut. Bahkan, semut ini mampu berenang dan menyelam dalam cairan kantong, untuk mengambil mangsa berukuran besar yang terjebak dalam kantong (Bohn et al, 2012). Pengurangan jumlah mangsa ini menyebabkan kantong lebih tahan lama (Clarke dan Kitching, 1995).
Awalnya semut C. schmitzi ini bersikap ramah terhadap calon mangsa kantong induk semangnya. Namun, begitu serangga korban jatuh ke dalam cairan kantong, semut langsung berubah beringas. Mereka menceburkan diri ke cairan kantong, mencabik-cabik tubuh mangsa, sehingga tidak ada kemungkinan lolos lagi dari maut. Dengan kata lain, kehadiran semut meningkatkan keberhasilan penjebakan mangsa (Bohmomme et al, 2011). Semut C. schmitzi juga bersikap agresif jika bertemu kumbang Alcidodes sp. Kumbang bermoncong panjang ini punya kebiasaan buruk merusak calon kantong (Merbach et al, 2007).    
Semut juga melakukan pembersihan permukaan peristom dan menjaganya tetap licin. Tanpa semut, peristom kantong dapat dikontaminasi hifa jamur. Dalam percobaan, peristom yang semula bersih dikontaminasi dengan pati sehingga efisiensi penjebaknya menurun drastis. Semut yang berkoloni di kantong membersihkan kotoran tersebut dan efisiensi penjebak kembali tinggi dalam waktu satu minggu (Thornham et al, 2012). 
Pemeliharaan
Karena ciri unik itu, N. bicalcarata termasuk yang banyak diminati di kalangan hobiis. Namun, tanaman yang namanya biasa disingkat dengan bical ini termasuk yang sering dikeluhkan sulit untuk dipelihara.
David Sucianto menyebutkan, kantong semar ini menyukai kondisi yang lembap, panas, dan gerah. "Bical ga berapa suka hawa yang berangin," kata David.
Gejala yang muncul akibat kelembapan kurang dari yang diminta berupa penghitaman mulai dari bagian ujung daun dan tunas. Penghitaman ini akan meluas dan dapat mematikan tanaman. Peningkatan kelembapan, misalnya dengan sungkupan, menjadi cara utama untuk menghentikan proses penghitaman tersebut.
Media cukup dengan yang murah meriah, cocopeat dan sekam bakar. Cocochip atau cocohusk dan humus bisa ditambahkan untuk meningkatkan porositas dan keasaman media. Pengasam bisa diperoleh dengan menggunakan larutan asam humat atau kopi, yang disiramkan ke media atau digunakan sebagai air perendam.
Sesuai dengan habitat hutan gambut, N. bicalcarata menyukai banyak pasokan air. "Punyaku dijemur 3-4 jam, rendaman 1/4-1/2 tinggi pot, dan akhirnya ngantong," ujar Anugerah Bimo, sambil memamerkan calon kantong bicalnya yang semakin membesar.
Karena ukuran yang tergolong besar, perhatikan jarak tanam dengan tanaman lain. Selain memberikan ruang yang cukup untuk daun, jarak yang cukup lebar juga menghindari kantong semar yang tumbuhnya relatif lambat ini kalah berkompetisi dengan tanaman yang lebih cepat tinggi. Akibatnya, tanaman bisa kurang mendapatkan cahaya karena tertutup rerimbunan tanaman lain.
Referensi
Bohn HG, Thornham DG, Federle W (2012) Ants swimming in pitcher plants: kinematics of aquatic and terrestrial locomotion in Camponotus schmitzi. J. Comp. Physiol. A. DOI: 10.1007/s00359-012-0723-4
Bonhomme V, Gounand I, Alaux C, Jousselin E, Barthelemy D, Gaume L (2012) The plant-ant Camponotus schmitzi helps its carnivorous host-plant Nepenthes bicalcarata to catch its prey. J. Trop. Ecol. 27:15-24
Clarke C (1993) The possible function of the thorns of N. bicalcarata (Hook.f.) pitchers. CPN 22(1-2):27-28
Clarke CM, Kitching RL (1995) Swimming ants and pitcher plants: A unique ant-plant interaction from Borneo. J. Trop. Ecol. 11:589-602
Thornham DG, Smith JM, Grafe U, Federle W (2012) Setting the trap: cleaning behaviour of Camponotus schmitzi ants increases long-term capture efficiency of their pitcher plant host, Nepenthes bicalcarata. Funct. Ecol. 26(1): 11-19
Merbach MA, Zizka G, Fiala B, Merbach D, Maschwitz U (1999) Giant nectaries in the peristome thorns of the pitcher plant Nepenthes bicalcarata Hook f. (Nepenthaceae): Anatomy and functional aspects. Ecotropica 5:45-50
Merbach MA, Zizka G, Fiala B, Merbach D, Booth WE, Maschwitz U (2007) Why a carnivorous plant cooperates with an ant - selective defense againts pitcher-destroying weevils in the myrmecophytic pitcher plant Nepenthes bicalcarata Hook.f. Ecotropica 13:45-56

1 comment:

  1. Pengasaman media tidakt terlalu diperlukan. Pengasaman dalam waktu lama malah berpotensi menimbulkan gejala defisiensi berupa klorosis daun. pH terlalu asam dapat menyebabkan unsur Mg dan Zn yang diperlukan dalam pembentukan klorofil menjadi kurang bisa terserap. pH media sebaiknya dijaga antara 5,5-6,5 supaya mineral mikro yang diperlukan bisa diserap.

    ReplyDelete