Sunday, 12 May 2019

Pedoman Perawatan Drosera untuk Pemula

Oleh MUHAMMAD HASAN
Drosera atau embun matahari (sundew) merupakan tanaman karnivora yang mampu menjebak serangga mangsanya menggunakan cairan kental di ujung tentakel yang banyak tersebar di daunnya. Dalam marga Drosera terdapat sekitar 250 spesies, dengan distribusi habitat sangat luas di semua benua, kecuali Antartika, dan beragam ketinggian (Fleischmann, 2018).
Karena keberagaman ini, seorang hobiis harus mempelajari dulu sifat jenis drosera yang ingin dipeliharanya, berdasarkan habitat, iklim, dan ketinggian tempat tumbuh asalnya.
Drosera tropis tentunya menjadi pilihan utama untuk dipelihara di Indonesia. Contoh spesies antara lain Drosera adelae, D. prolifera, D. spatulata, D. schizandra, D. burmannii, D. indica, D. spatulata, D. sessilifolia, D. indica complex, dan D. petiolaris complex.
Kesesuaian ketinggian habitat asal dan lokasi pemeliharaan perlu diperhatikan dalam memilih drosera tropis ini. Drosera dari dataran tinggi, seperti Drosera madagascariensis, D. ultramafica, D. roraima, dan D. graminifolia, memerlukan suhu yang relatif lebih rendah daripada suhu di Surabaya, apalagi di malam hari.  
Aggadi Rakhman mengingatkan, kondisi habitat asal juga diperhatikan untuk drosera tropis. Misalnya, Drosera prolifera, D. adelae, dan D. schizandra adalah drosera hutan tropis Australia. “Drosera ini butuh kelembaban lebih tinggi dari drosera tropis lain, seperti D. indica, D. burmannii, dan D. spatulata,” katanya.
Sebaliknya, Drosera petiolaris complex lebih kuat panas dan kelembapan udara rendah karena adaptasi pada daunnya yang menumbuhkan bulu halus untuk mengurangi penguapan. “Padahal ya sama-sama dari Australia juga,” ujar Aggadi.
Drosera temperate tumbuh di daerah empat musim. Ada dua kelompok drosera ini, yakni temperate hangat dan temperate dingin. Kelompok pertama tidak melakukan dormansi saat musim dingin, karena area tumbuhnya hanya mengalami musim dingin ringan. Drosera dari kelompok ini juga mencakup drosera berukuran mini dari Australia, yang disebut drosera pygmi. Selain ukurannya, keunikan drosera ini adalah kemampuannya untuk berkembang biak secara aseksual melalui gemma (gemmae). Di Surabaya, drosera ini dapat dipelihara secara indoor atau menggunakan terrarium.
Sedangkan kelompok kedua, temperate dingin, akan melakukan dormansi saat musim dingin. Drosera ini sulit dipelihara di daerah tropis, kecuali menggunakan simulasi iklim.
Drosera tuberous yang banyak ditemukan di Australia melakukan dormansi saat musim kering, yang biasanya bersuhu sangat menyengat. Sesuai namanya, drosera ini memiliki umbi. Saat hujan pertama di musim dingin yang ringan, umbi segera tumbuh. Di akhir musim semi, drosera berbunga dan mati, menyisakan umbi untuk bisa bertahan menghadapi musim panas. Drosera tuberous diakui Yanuar Zulferdi sulit untuk dipelihara. “Drosera peltata yang termasuk tuberous dari Gunung Batur aja susah,” katanya.
Dari kelompok drosera di atas, ulasan cara pemeliharaan dalam artikel ini lebih difokuskan pada drosera tropis dan subtropis temperate hangat, khususnya dari dataran rendah. Karena banyak ragam drosera, yang bisa jadi memerlukan kekhususan dalam pemeliharaan, ada baiknya juga mencari dan membaca pedoman pemeliharaan di Internet, misalnya dalam situs ICPS : Growing Guides, atau buku referensi, seperti Savage Garden.
Pemeliharaan umum
Drosera adalah tanaman yang tidak begitu memerlukan media dengan unsur hara yang tinggi. Media diusahakan selalu gembur sehingga akar tanaman karnivora dapat tumbuh dengan baik. Contoh media yang dapat digunakan antara lain spaghnum moss, pasir malang, perlite, akadama, dan lain-lain. Hanny Suisan merekomendasikan campuran moss dan perlite sebagai media standar.
Cristian Cien mengingatkan, masalah yang sering dialami  hobiis pemula adalah media moss yang bisa banyak melepas bahan sehingga dapat meningkatkan TDS air rendaman dan warna air berubah menjadi gelap. “Biasa moss aku bilas tiga kali wes aman. Terus direbus, tunggu dingin, lalu diperas, baru dipakai,” kata Cien.
Kelembapan udara sekitar tanaman perlu dijaga tetap tinggi. Kondisi ini bisa dicapai dengan memberi tatakan pada pot, yang terisi air minimal setinggi satu sentimeter.
Penyiraman dapat dengan cara menambahkan air pada tatakan tersebut. Air yang digunakan harus rendah mineral, dianjurkan dengan nilai TDS di bawah 50 ppm. Air dengan mineral rendah ini antara lain air hujan, air buangan AC, atau air minum dalam kemasan yang berlabel air demineral.
Sinar matahari sangat penting bagi tanaman karnivora. Oleh karena itu, tanaman karnivora diusahakan mendapat sinar matahari selama minimal 4 jam, terutama pada pagi hari.
Namun, tidak semua drosera bisa dijemur. Ada drosera yang tidak suka sinar matahari langsung yang kuat, misalnya drosera yang disebut D’Amato (2013) sebagai tiga saudari dari Queensland. Habitat asli ketiga jenis drosera tersebut, yakni Drosera adelae, D. prolifera, dan D. schizandra, sangat lembap dan teduh. D. adelae menyukai kondisi yang lembap dan hangat, tetapi dua yang lainnya cenderung menyukai suhu lebih rendah. “Drosera prolifera dan D. schizandra tidak bisa bertahan lama di Surabaya karena minta suhu dingin, seperti di Malang atau Batu, dan udara lembap tinggi,” kata Cristian Cien.
Untuk tanaman baru, Hanny Suisan merekomendasikan penempatan di lokasi yang teduh, terhindar dari sinar matahari langsung selama 5-10 hari.
Hama dan penyakit
Ada dua hama yang sering dikeluhkan menyerang drosera, yakni kutu putih (mealybug) dan kutu daun (aphid).
Serangan kutu putih dapat teramati dengan adanya bubuk putih, biasanya pada pangkal daun dan titik tumbuh. Tanaman yang diserang seringkali memunculkan daun yang tidak normal.
Cara aman untuk menghilangkan kutu putih adalah menggunakan alkohol 70% dan/atau larutan sabun cuci piring encer, yang diusapkan dengan bantuan cotton-bud. Larutan itu akan menghilangkan lapisan lilin di permukaan tubuh kutu sehingga akhirnya kutu mati kering akibat dehidrasi. Perlakuan harus diulang setiap minggu.
Kutu daun tampak seperti serangga kecil yang bergerak pada tanaman. Hama ini menghisap cairan tanaman. Lokasi yang dihisap akan memerah dan mengering. Kutu ini dapat diatasi dengan penenggelaman seluruh tanaman dalam air selama 2-5 hari.
Perbanyakan
Drosera merupakan tanaman dengan bunga berumah satu, artinya alat kelamin jantan dan betina ada dalam satu bunga. Namun, tidak semua jenis drosera bisa mengalami penyerbukan sendiri untuk menghasilkan biji. Bahkan, drosera tersebut tidak bisa dikawinkan dengan bunga dari individu yang merupakan hasil pembiakan vegetatifnya, alias secara genetika sama persis.
Untuk mengetahui jenis mana yang dapat mengalami penyerbukan sendiri maupun yang tidak, dapat dilihat di situs ICPS: Flower Self-incompatibility
Cara semai biji dapat dipelajari di situs ICPS: Sowing Seed Step-by-Step
Banyak drosera dapat diperbanyak secara vegetatif dengan stek daun. Cara stek daun dapat dipelajari di situs ICPS: Drosera Leaf Cuttings
Khusus drosera pygmi, cara perbanyakan termudah adalah melalui gemma (gemmae), yakni jaringan tunas yang terpisah dari induknya dan dapat menjadi individu baru. Caranya, dapat dibaca di situs ICPS: Pygmi Drosera Gemmae Step-by-Step
Referensi
D’Amato P (2013) The Savage Garden. New York: Ten Speed Press
Fleischmann A (2018) Drosera xerophila (Droseraceae), a new species from Overberg District, South Africa, and an overview of the rosetted hemicryptophyte sundew species from Western Cape Province. Willdenowia 48(1): 93-107. doi: https://doi.org/10.3372/wi.48.48106

No comments:

Post a Comment