Oleh MUHAMMAD HASAN
Drosera
atau embun matahari (sundew)
merupakan tanaman karnivora yang mampu menjebak serangga mangsanya menggunakan cairan
kental di ujung tentakel yang banyak tersebar di daunnya. Dalam marga Drosera
terdapat sekitar 250 spesies, dengan distribusi habitat sangat luas di semua
benua, kecuali Antartika, dan beragam ketinggian (Fleischmann, 2018).
Karena
keberagaman ini, seorang hobiis harus mempelajari dulu sifat jenis drosera yang
ingin dipeliharanya, berdasarkan habitat, iklim, dan ketinggian tempat tumbuh
asalnya.
Drosera
tropis tentunya menjadi pilihan utama untuk dipelihara di Indonesia. Contoh
spesies antara lain Drosera adelae, D. prolifera, D. spatulata, D. schizandra,
D. burmannii, D. indica, D. spatulata, D. sessilifolia, D. indica complex, dan D.
petiolaris complex.
Kesesuaian ketinggian
habitat asal dan lokasi pemeliharaan perlu diperhatikan dalam memilih drosera
tropis ini. Drosera dari dataran tinggi, seperti Drosera madagascariensis, D.
ultramafica, D. roraima, dan D. graminifolia, memerlukan suhu yang relatif
lebih rendah daripada suhu di Surabaya, apalagi di malam hari.
Aggadi
Rakhman mengingatkan, kondisi habitat asal juga diperhatikan untuk drosera
tropis. Misalnya, Drosera prolifera, D. adelae, dan D. schizandra adalah drosera hutan tropis Australia. “Drosera ini butuh kelembaban
lebih tinggi dari drosera tropis lain, seperti D. indica, D. burmannii,
dan D. spatulata,” katanya.
Sebaliknya,
Drosera petiolaris complex lebih kuat
panas dan kelembapan udara rendah karena adaptasi pada daunnya yang menumbuhkan
bulu halus untuk mengurangi penguapan. “Padahal ya sama-sama dari Australia
juga,” ujar Aggadi.
Drosera temperate tumbuh di daerah empat musim.
Ada dua kelompok drosera ini, yakni temperate hangat dan temperate dingin.
Kelompok pertama tidak melakukan dormansi saat musim dingin, karena area
tumbuhnya hanya mengalami musim dingin ringan. Drosera dari kelompok ini juga mencakup drosera berukuran mini dari
Australia, yang disebut drosera
pygmi. Selain ukurannya, keunikan
drosera ini adalah kemampuannya untuk berkembang biak secara aseksual melalui
gemma (gemmae). Di Surabaya, drosera
ini dapat dipelihara secara indoor
atau menggunakan terrarium.
Sedangkan
kelompok kedua, temperate dingin, akan melakukan dormansi saat musim dingin. Drosera
ini sulit dipelihara di daerah tropis, kecuali menggunakan simulasi iklim.
Drosera tuberous yang banyak ditemukan di
Australia melakukan dormansi saat musim kering, yang biasanya bersuhu sangat
menyengat. Sesuai namanya, drosera ini memiliki umbi. Saat hujan pertama di
musim dingin yang ringan, umbi segera tumbuh. Di akhir musim semi, drosera
berbunga dan mati, menyisakan umbi untuk bisa bertahan menghadapi musim panas. Drosera
tuberous diakui Yanuar Zulferdi sulit untuk dipelihara. “Drosera peltata yang
termasuk tuberous dari Gunung Batur aja susah,” katanya.
Dari
kelompok drosera di atas, ulasan cara pemeliharaan dalam artikel ini lebih difokuskan
pada drosera tropis dan subtropis temperate hangat, khususnya dari dataran
rendah. Karena banyak ragam drosera, yang bisa jadi memerlukan kekhususan dalam
pemeliharaan, ada baiknya juga mencari dan membaca pedoman pemeliharaan di
Internet, misalnya dalam situs ICPS : Growing Guides, atau buku referensi, seperti
Savage Garden.
Pemeliharaan umum
Drosera adalah tanaman yang tidak begitu
memerlukan media dengan
unsur hara yang tinggi. Media diusahakan selalu
gembur sehingga akar tanaman karnivora dapat tumbuh dengan baik. Contoh media yang dapat digunakan antara lain spaghnum moss, pasir malang, perlite, akadama, dan lain-lain. Hanny Suisan merekomendasikan
campuran moss dan perlite sebagai media standar.
Cristian
Cien mengingatkan, masalah yang sering dialami hobiis pemula adalah media moss yang bisa banyak
melepas bahan sehingga dapat meningkatkan TDS air rendaman dan warna air
berubah menjadi gelap. “Biasa moss aku bilas tiga kali wes aman. Terus direbus, tunggu dingin, lalu diperas, baru dipakai,”
kata Cien.
Kelembapan
udara sekitar tanaman perlu dijaga tetap tinggi. Kondisi ini bisa dicapai
dengan memberi tatakan pada pot, yang terisi air minimal setinggi satu
sentimeter.
Penyiraman
dapat dengan cara menambahkan air pada tatakan tersebut. Air yang digunakan
harus rendah mineral, dianjurkan dengan nilai TDS di bawah 50 ppm. Air dengan
mineral rendah ini antara lain air hujan, air buangan AC, atau air minum dalam
kemasan yang berlabel air demineral.
Sinar matahari sangat penting bagi tanaman
karnivora. Oleh karena itu,
tanaman karnivora diusahakan mendapat sinar matahari
selama minimal 4 jam,
terutama pada pagi hari.
Namun, tidak
semua drosera bisa dijemur. Ada drosera yang tidak suka sinar matahari langsung
yang kuat, misalnya drosera yang disebut D’Amato (2013) sebagai tiga saudari
dari Queensland. Habitat asli ketiga jenis drosera tersebut, yakni Drosera adelae, D. prolifera, dan D.
schizandra, sangat lembap dan teduh. D.
adelae menyukai kondisi yang lembap dan hangat, tetapi dua yang lainnya
cenderung menyukai suhu lebih rendah. “Drosera
prolifera dan D. schizandra tidak
bisa bertahan lama di Surabaya karena minta suhu dingin, seperti di Malang atau
Batu, dan udara lembap tinggi,” kata Cristian Cien.
Untuk tanaman
baru, Hanny Suisan merekomendasikan penempatan di lokasi yang teduh, terhindar
dari sinar matahari langsung selama 5-10 hari.
Hama dan penyakit
Ada dua
hama yang sering dikeluhkan menyerang drosera, yakni kutu putih (mealybug) dan
kutu daun (aphid).
Serangan
kutu putih dapat teramati dengan adanya bubuk putih, biasanya pada pangkal daun
dan titik tumbuh. Tanaman yang diserang seringkali memunculkan daun yang tidak
normal.
Cara aman
untuk menghilangkan kutu putih adalah menggunakan alkohol 70% dan/atau larutan
sabun cuci piring encer, yang diusapkan dengan bantuan cotton-bud. Larutan itu
akan menghilangkan lapisan lilin di permukaan tubuh kutu sehingga akhirnya kutu
mati kering akibat dehidrasi. Perlakuan harus diulang setiap minggu.
Kutu daun tampak
seperti serangga kecil yang bergerak pada tanaman. Hama ini menghisap cairan
tanaman. Lokasi yang dihisap akan memerah dan mengering. Kutu ini dapat diatasi
dengan penenggelaman seluruh tanaman dalam air selama 2-5 hari.
Perbanyakan
Drosera
merupakan tanaman dengan bunga berumah satu, artinya alat kelamin jantan dan
betina ada dalam satu bunga. Namun, tidak semua jenis drosera bisa mengalami
penyerbukan sendiri untuk menghasilkan biji. Bahkan, drosera tersebut tidak
bisa dikawinkan dengan bunga dari individu yang merupakan hasil pembiakan
vegetatifnya, alias secara genetika sama persis.
Untuk
mengetahui jenis mana yang dapat mengalami penyerbukan sendiri maupun yang
tidak, dapat dilihat di situs ICPS: Flower Self-incompatibility.
Cara semai
biji dapat dipelajari di situs ICPS: Sowing Seed Step-by-Step.
Banyak
drosera dapat diperbanyak secara vegetatif dengan stek daun. Cara stek daun
dapat dipelajari di situs ICPS: Drosera Leaf Cuttings.
Khusus drosera
pygmi, cara perbanyakan termudah adalah melalui gemma (gemmae), yakni jaringan
tunas yang terpisah dari induknya dan dapat menjadi individu baru. Caranya,
dapat dibaca di situs ICPS: Pygmi Drosera Gemmae Step-by-Step.
Referensi
D’Amato P
(2013) The Savage Garden. New York:
Ten Speed Press
Fleischmann A (2018) Drosera xerophila (Droseraceae), a new species
from Overberg District, South Africa, and an overview of the rosetted
hemicryptophyte sundew species from Western Cape Province. Willdenowia 48(1): 93-107. doi: https://doi.org/10.3372/wi.48.48106
No comments:
Post a Comment