Saturday, 21 November 2020

Indonesia Membuang Makanan

Oleh AHMAD ARIF

JAKARTA, KOMPAS — Setiap orang di Indonesia rata-rata membuang 6 kilogram makanan per tahun sehingga total makanan yang terbuang mencapai 1,6 juta ton per tahun. Di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, total makanan yang dibuang mencapai 28 kilogram per orang per tahun, terbanyak berupa sayur dan buah-buahan. Ini menjadi ironis di tengah masih tingginya gizi buruk dan tengkes pada anak-anak Indonesia.

Ilustrasi sampah sisa makanan kondangan. Foto: Prabarini Kartika/kumparan

Jangan Membuang Makanan!

Oleh M PUTERI ROSALINA

Masih ingat dengan peringatan orang tua untuk selalu menghabiskan makanan yang kita santap di piring? Berbagai peringatan muncul dari orang tua. Seperti ”Ayo makanan dihabiskan, nanti ayamnya mati” atau ”Jangan membuang sebutir nasi, nanti nasinya nangis”. Saat itu, kita menuruti wejangan tersebut tanpa tahu artinya hingga membawa kebiasaan tersebut sampai dewasa.

Peringatan orang tua tersebut benar. Intinya, jangan pernah membuang makanan yang telah disediakan oleh orang tua dengan susah payah. Mitos ayam peliharaan akan mati karena zaman dulu ayam masih mahal harganya dan anak-anak umumnya memiliki ayam peliharaan. Juga dengan nasi yang menangis terkait dengan membuang berkat yang sudah didapat.

Dua orang petugas catering membersihkan sampah sisa makanan acara resepsi di Jatake, Kota Tangerang, Banten, Minggu (1/9/2019). (ANTARAFOTO/Fauzan)

Wednesday, 18 November 2020

Memahami Karakter Erupsi Gunung Merapi

 Oleh HARIS FIRDAUS

Untuk memahami karakter erupsi Gunung Merapi, kita perlu membaca kembali sejarah erupsi gunung api yang berlokasi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu. Hal ini karena Merapi merupakan gunung api yang sangat aktif sehingga banyak mengalami erupsi.

Letusan Gunung Merapi meletus dengan tinggi kolom letusan mencapai 6.000 meter dengan durasi selama dua menit pukul 08.20 terlihat dari Desa Ketep, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (1/6/2018). Letusan itu mengakibatkan hujan abu vulkanik di sejumlah kawasan di sekitar gunung tersebut. Warga di sejumlah dusun di lereng gunung tersebut mengungsi untuk menghindari dampak letusan. (KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)

The Magnificent Seven: Pionir Prestasi Bulu Tangkis Indonesia

 Oleh RAVANDO

Kegemilangan Jonathan Christie dalam menyabet medali emas Asian Games 2018 semakin menegaskan posisi Indonesia sebagai negeri bulu tangkis paling berpengaruh. Dominasi Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang berhasil mengoleksi belasan gelar juara hanya dalam kurun dua tahun membuat nama Indonesia begitu disegani di kancah bulu tangkis internasional, khususnya di sektor ganda putra.

Tidak ada yang menyangsikan posisi Indonesia sebagai salah satu negara bulu tangkis paling berpengaruh di dunia. Bulu tangkis, seperti yang ditulis Colin Brown dalam artikel berjudul Playing the Game: Ethnicity and Politics in Indonesian Badminton, sudah menjadi semacam identitas nasional yang mampu menembus sekat-sekat perbedaan. Ketika olahraga lain kesulitan berprestasi di kancah internasional, bulu tangkis selalu menjadi penyelamat wajah Indonesia di mata dunia.

Monday, 9 November 2020

Suhu Kinetik Rata-rata untuk Evaluasi Ekskursi Suhu selama Penyimpanan dan Transportasi Produk Obat

 Berdasarkan USP-NF <1079.2>

Tingkat degradasi fisikokimia produk obat tergantung pada faktor-faktor seperti stabilitas produk itu sendiri, bagaimana produk disimpan dan dikirim, dan bagaimana produk dikemas. Suhu penyimpanan dan pengiriman produk bisa bervariasi selama masa edar suatu produk obat, yang dapat mempengaruhi stabilitas beserta jalur dan kinetik degradasinya, sehingga produk akhirnya gagal mempertahankan atribut mutu kritisnya.

Ilustrasi transportasi dapat menyebabkan produk terpapar suhu lebih tinggi dibandingkan suhu penyimpanan yang telah ditentukan. Foto: Jim Allen/FreightWaves

Friday, 6 November 2020

Geger Pacinan, Perang Terbesar VOC Melawan Pasukan Cina-Jawa

 Oleh IWAN SANTOSA

Sejak menguasai Batavia pada tahun 1619 hingga akhirnya bangkrut pada tahun 1799, VOC telah mengalami berbagai peperangan, yang terbesar adalah Geger Pacinan. Belanda menyebutnya Chinese Oorlog. Ketika itu, puluhan ribu serdadu Tionghoa dan serdadu Jawa dari Kerajaan Mataram bersatu melawan VOC, persekutuan dagang Belanda di Nusantara atau kompeni. Perang pecah di seantero Jawa, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sejak Oktober 1740.

Gambar karya seniman anonim yang melukiskan peristiwa tahun 1740. Panel kiri bergambar orang-orang Tionghoa menyerang pasukan VOC di Ommelanden. Panel kanan, orang-orang Tionghoa dibantai di Batavia.