Thursday, 30 January 2020

Serangan Kutu Akar pada Kantong Semar

Kutu akar (root mealybugs) adalah spesies kutu putih (mealybugs) yang hidup di bawah permukaan tanah dan mencari makan melalui akar tanaman. Kelompok spesies ini disebut juga soil mealybugs dan subterranean mealybugs. Genus yang tergolong kutu akar antara lain Geococcus, Rhizoecus, Xenococcus, Chorizococcus, Spilococcus, Spinococcus, dan Chnaurococcus
Serangan kutu akar seringkali tidak terdeteksi karena lokasi di dalam media dan populasi berkembang lambat. Infestasi dapat teramati berupa massa putih seperti kapas pada akar. Massa putih ini berisi kutu betina dewasa dan telur. Kutu berbentuk oval seperti butiran beras putih bertepung, dengan panjang antara 1,5-5 mm. 
Tanaman yang terserang dapat mengalami hambatan pertumbuhan disertai daun menguning (klorosis). Pada kantong semar, gejala juga disertai mogok berkantung. Tanaman yang menunjukkan gejala seperti itu dapat diinspeksi akarnya. Cara lain, pemeriksaan dapat dilakukan dengan mencabut dan memeriksa akar gulma yang ada dalam pot yang sama. Biasanya, tanaman yang ada dalam satu pot juga mengalami serangan kutu. Serangan yang berat mampu mematikan tanaman.
Kutu akar mudah menular. Air dapat menjadi media penyebaran. Semua tanaman dalam satu nampan yang sama dapat terserang kutu akar jika salah satu terinfeksi. Media dari tanaman yang pernah terserang kutu akar sebaiknya tidak digunakan ulang. Pot bekas dapat dicuci bersih sebelum digunakan kembali. Tanaman yang baru datang sebaiknya diperiksa akarnya dengan teliti untuk memastikan tidak menjadi sumber baru infestasi kutu.
Penanganan 
Mathew dan Mani (2016) menyebutkan beberapa bahan dan cara yang dapat digunakan untuk mencegah dan mengatasi kutu akar, antara lain: 
  1. Diatomaceous Earth. Bahan ini berasal dari rangka diatom, alga mikroskopik, yang bersifat inert, tidak mudah menguap dan terbukti efektif mengatasi beberapa serangga hama. Rangka memiliki sisi-sisi tajam yang bisa merobek dan menjerap lapisan lilin pada permukaan tubuh serangga. Serangga yang mengalami kebocoran permukaan tubuh tersebut dapat mengalami dehidrasi hingga mati. Dosis untuk pencegahan ¼ sendok makan per liter media, yang dicampurkan saat penggantian media. Untuk pengobatan dapat digunakan dosis satu sendok makan per liter media. Serbuk dapat ditaburkan atau dicampur merata dulu dalam air untuk disiramkan merata pada permukaan media. 
  2. Perendaman air-panas. Pot dan media direndam pada suhu 49 derajat Celsius selama 15 menit. Kesulitan utamanya adalah menjaga suhu tetap segitu selama pengobatan. Belum lagi risiko membunuh tanaman. Lupakan dulu metode ini. 
  3. Insektisida cair, yang digunakan secara pengguyuran atau perendaman. Contoh yang digunakan adalah Chlorphyriphos (Dursban) dengan kadar 1,25 mL per liter, setiap 2 minggu sekali, selama 4-6 bulan atau bahkan sampai seterusnya. Bahan lain yang bisa digunakan adalah Imidacloprid (Confidor) 0,0125%. Pembasah (perekat pupuk dan pestisida) direkomendasikan untuk ditambahkan. Bahan ini dapat meningkatkan efektivitas insektisida karena membantu penetrasi ke lapisan lilin pada permukaan tubuh kutu. Kontak cairan racun pada tubuh kutu pun menjadi meningkat.  
  4. Insektisida granuler, yang ditaburkan pada media. Contoh yang bisa ditemukan di pasaran adalah Carbofuran (Furadan) dan Dinotefuran (Starkle G). 
  5. Kapur barus yang mengandung Paradiklorobenzen digunakan sebagai langkah pencegahan. Namun, bahan aktif kapur barus ini bisa merusak pot plastik. Lebih aman digunakan pada pot tanah liat. 
  6. Entomopatogen. Artinya, makhluk hidup yang dapat menjadi patogen pada serangga. Entomopatogen yang tersedia di pasaran umumnya berupa jamur (Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae) atau bakteri (Bacillus thuringiensis, B. sphaericus, Paenibacillus popiliae, dan bakteri Gram-negatif dari genus Serratia). Wahyu Adi lebih merekomendasikan B. bassiana karena rentang serangga yang lebih lebar. Sementara Wewin menggunakan B. bassiana merek BotaniGard, yang diaplikasikan bersama Trichoderma dan Bacillus thuringiensis setiap dua bulan sekali. Cara pakainya, kultur dicampur jadi satu, diaduk, dan dibiarkan selama semalam, lalu disemprotkan ke semua tanaman melalui sistem misting. Racun yang diproduksi Bacillus thuringiensis subsp. israelensis dan subsp. jegathesan memiliki efek mematikan larva nyamuk (Zhang et al, 2016), yang bisa menguntungkan untuk penghobi yang menggunakan nampan air.  
Referensi 
Mani M, Smitha MS, Najitha U (2016) Root mealybugs and their management in horticultural crops in India. Pest Manag. Hort. Ecosyst. 22(2): 103-113 
Mathew M, Mani M (2016) Root Mealybugs. Dalam: Mani M. Shivaraju C (Editor) Mealybugs and Their Management in Agricultural and Horticultural Crops. New Delhi: Springer, pp. 629-641
Zhang Q, Hua G, Adang MJ (2016) Effects and mechanisms of Bacillus thuringiensis crystal toxins for mosquito larvae. Insect Science 24(5): 714-729

No comments:

Post a Comment