Wednesday 20 June 2018

Danau Toba

Menurut ahli geologi dari Museum Geologi Bandung, Indyo Pratomo, Danau Toba yang terbentuk dari letusan gunung api raksasa di masa lalu ini merupakan danau vulkanik terbesar di dunia dengan luas sekitar 1.130 kilometer (km) persegi dan menampung sekitar 256,2 km kubik air.
Kedalaman maksimum danau ini adalah 508 meter (m)yang menjadikannya sebagai danau terdalam ke-9 di duniaterdapat di cekungan utara, sedangkan di cekungan selatan kedalaman maksimumnya mencapai 420 m. Kedalaman rata-ratanya adalah 228 m.
Dengan volume air sebesar itu, danau ini merupakan cadangan air tawar terbesar di Indonesia. Suplai air ke danau berasal dari beberapa sungai yang kebanyakan masuk dalam bentuk air terjun. Adapun aliran keluar (outlet) hanya melalui air terjun di hulu Sungai Asahan yang kemudian mengalir ke perairan Selat Malaka.
Dengan debit keluaran (outflow) sekitar 100 m kubik per detik, dapat diperkirakan waktu tinggal (retention time) atau waktu yang diperlukan untuk menguras seluruh volume air danau adalah sekitar 81 tahun, yang cukup panjang dibandingkan dengan danau-danau lain. Lamanya waktu tinggal ini membuat arus air di danau ini cenderung tenang.
"Dari penelitian kami berdasarkan simulasi kondisi klimatologis selama 10 tahun (1999-2009), kecepatan arus di Danau Toba rata-rata tidak lebih dari 2 sentimeter (cm) per detik. Ini sebenarnya cukup kecil, makanya untuk benda-benda polutan kecil, sisa pakan ikan, akan terakumulasi di dekat pantai dan kerap menimbulkan kematian massal ikan," kata Hadid Agita Rusmini, peneliti di Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Dengan karakter arus yang cenderung tenang ini, menurut Hadid, jika ada kecelakaan, baik kapal maupun korbannya akan relatif vertikal menuju kedalaman. Apalagi kondisi air tawar juga menyebabkan daya apungnya relatif rendah. Ini yang menyebabkan korban tenggelam di Danau Toba cenderung sulit atau lama ditemukan.
Menurut Hadid, arus dan ombak di Danau Toba yang cukup kuat hanya terekam di Pantai Silalahi. "Penelitian kami memang menggunakan skenario kondisi cuaca normal. Ada kemungkinan memang ada kondisi-kondisi ekstrem. Namun, secara keseluruhan pola angin, arus, dan gelombang di danau ini tergolong tenang dan ramah dilalui kapal asalkan standar keamanannya diperhatikan," katanya.
Dikutip dari: Ahmad Arif: "Tragedi Berulang di Kaldera Toba", Kompas, Kamis, 21 Juni 2018, halaman 10

No comments:

Post a Comment