Tuesday 31 July 2018

Mumi Panglima Agatmamente, Penjaga Suku dan Generasi

Oleh IRMA TAMBUNAN
Salah satu mumi yang diyakini tertua ada di Wamena, Papua. Merawat mumi merupakan bentuk menghormati leluhur yang karismatik.
Tonggak-tonggak dari kayu wiki tegak berdiri dan saling terjalin. Pembangunan honai pilamo, rumah adat suku Dani, diperkirakan selesai tiga bulan dari Maret 2018. Pesta bakar batu pun digelar menandai rencana kepindahan jasad panglima perang suku itu ke rumah baru.
Meski jasad itu berusia lebih dari 200 tahun, kerangka luar tubuh mumi masih utuh. Eligius Mabel (50), kepala fam Mabel telaten merawat mumi bernama Agatmamente Mabel.
Secara berkala, sekujur jasad diawetkan dengan diolesi minyak lemak babi. Ritual pengawetan mumi mengorbankan 10-20 babi itu diawali bakar batu, Maret 2018, di Distrik Silo Sukarno Doga di sekitar Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Ritual menandai naiknya doa-doa. Keluarga besar pun memohon kelanggengan hidup generasi muda di kampung itu.
Mumi yang saat ini menempati honila (rumah dapur) kondisinya rentan hancur. Demi menjaga mumi awet, Eligius melarang siapa pun masuk membawa air atau membakar api. Air akan melembabkan ruangan, sedangkan api memicu kebakaran.
Kompas tak menduga ada mumi di kampung itu. Eligius, yang menjabat kepala suku generasi ke-13, menyimpan rapat di dalam kotak kayu. Sepanjang hari kotak ditutup agar mumi terjaga dari terpaan angin. Ia pun menyertakan kapur barus dan silika gel agar mumi awet, terhindar dari kelembaban yang memicu hadirnya jamur dan bakteri.
Kontak dengan manusia dikhawatirkan mempercepat kerusakan. Alasan lain, mumi tak bisa sembarangan dipertontonkan.
Pengunjung boleh datang silih berganti ke kampung itu. Namun, hanya orang-orang terpilih yang dapat menemui jasad mumi panglima perang.
Alam memberi tanda. Angin kencang atau tanda lain sehari sebelumnya diyakini tanda alam tak merestui.
Sewaktu Jelajah Kopi Nusantara Harian Kompas bertamu, matahari bersinar cerah. Angin sepoi-sepoi. Kedatangan itu disambut nyanyian anak-anak berpadu petikan gitar. Seusai rombongan menyanyi dan menari, Eli menyudahi dengan membawa kami masuk honila.
Saat kotak mumi dibuka, sosok hitam pekat itu duduk bertekuk lutut. Kedua tangan memeluk kaki. Itulah panglima perang Agatmamente. Eli lalu menunjukkan sebuah kapak batu yang disimpan bersama mumi. Kapak berukuran 30 sentimeter itu berat dan tajam.
Penghormatan leluhur
Masyarakat suku Dani atau yang dalam bahasa lokal disebut suku Hubula percaya tak hanya pada alam fana. Ada juga alam tak tampak atau di luar batas panca indera manusia. makhluk-makhluk itu tinggal di sungai, pohon, tanah, goa, gunung, dan tubuh binatang, serta benda keramat.
Antropolog dan peneliti mumi Papua, Enrico Kondologit, mengatakan, mumi salah satu bentuk menghormati leluhur. Itu juga bagian kepercayaan atau agama tradisional yang dipegang teguh sejumlah suku di Papua.
Selain mumi, kepercayaan itu bersimbol patung Mbis di suku Asmat, patung Karwar di suku Byak, dan patung Mbitoro di suku Kamoro. Semua patung dipercayai sebagai tempat tinggal roh leluhur. Ada pula patung Khafu dari Skou sebagai lambang kesuburan dan penolak bala.
"Kepercayaan terhadap mumi disebut hun atau roh, diyakini melindungi dan membawa berkah bagi generasi penerus," kata Enrico, yang juga kurator di Museum Negeri Papua. Ia mendapati penghormatan pada leluhur itu sejalan dengan kehidupan selaras manusia dan alam.
Tidak semua orang meninggal, kata Enrico, jenazahnya dijadikan mumi. "Hanya orang-orang tertentu yang berkarisma kuat," ujarnya. Pengawetan jasad merupakan bentuk penghargaan masyarakat kepada tokoh karismatik itu. Biasanya kepala suku atau panglima perang.
Dalam penelusurannya, Enrico mendapati hanya ada tujuh mumi di sejumlah distrik di Lembah Baliem. Dari tujuh itu, hanya empat yang masih dapat dilihat. Mumi Agatmamente salah satu yang tak bisa sembarangan diperlihatkan kepada orang luar. Mumi ini disebut yang tertua.
Ada pula mumi Aloka Hubi di Distrik Asologaima, mumi Wim Motok di Distrik Kurulu, dan mumi Werupak Elusak di Distrik Pisugi. Mumi-mumi lainnya sulit dilihat karena masyarakat masih percaya kekuatan mumi dapat hilang jika diperlihatkan kepada orang luar.
Menurut Enrico, keberadaan mumi di Lembah Baliem terungkap pada 1938, saat Richard Archbold menggelar ekspedisi American Museum of Natural History. Dari sana diketahui, tradisi pengawetan jasad nenek moyang di Nusantara hanya ditemukan di Papua dan Nusa Tenggara Timur. Tradisi itu tak jauh berbeda dengan Mesir dan China.
Regenerasi
Setidaknya, ada 13 generasi sejak panglima perang Agatmamente tiada. Selama itu pula jasadnya tetap terjaga berkat kesetiaan penerus. Menurut Eligius, tak sembarang orang boleh menyentuh, apalagi merawat sang mumi. Sebelumnya, ayah Eligius mengurus mumi. Sebelum ayahnya meninggal, Eli telah diutus menggantikan tugasnya.
Kini Eli berusia 50-an tahun. Anaknya empat orang. Dua di antaranya merantau ke luar Wamena. Ia belum memutuskan pengganti merawat mumi. "Saya menanti petunjuk dari alam;" katanya.
Kompas, Sabtu, 28 Juli 2018

No comments:

Post a Comment