Thursday 4 July 2019

Air Untuk Pemeliharaan Tanaman Karnivora

Air apa yang cocok untuk menyiram tanaman karnivora (tavor)? Pertanyaan ini seringkali diajukan petanam tavor pemula. Secara umum, tavor memerlukan air dengan kandungan garam mineral terlarut rendah. Banyaknya mineral terlarut dalam air biasa dinyatakan sebagai TDS (total dissolved solids) dalam satuan ppm (part per million). Sebenarnya, TDS tidak hanya terbatas pada mineral, tetapi juga bahan-bahan organik yang terlarut dalam air. Namun, TDS dinilai memudahkan dalam pengukuran dan memberikan batas aman kandungan mineral terlarut.
Air yang aman untuk tavor memiliki TDS di bawah 100 ppm. Lebih rendah lebih baik. Air dengan kandungan mineral tinggi, seperti air sadah, berpotensi menimbulkan masalah pada tavor. Penggunaan nampan yang biasa dipraktekkan dalam pemeliharaan tavor berpotensi menimbulkan penimbunan mineral pada media. Air yang tertampung akan menguap, meninggalkan mineral. Demikian saat penyiraman berikutnya, sehingga mineral yang tertinggal semakin banyak. Penumpukan mineral ini dapat menyebabkan kerusakan akar dan gangguan kesehatan tanaman pada keseluruhan karena tavor hidup pada substrat dengan kandungan mineral bebas yang rendah.
Air yang sesuai kriteria dan murah adalah air hujan. Namun, di daerah perkotaan padat lalu lintas dan dekat kawasan industri, air hujan pertama setelah lama tidak hujan sebaiknya tidak ditampung karena banyak membawa kotoran dari angkasa. Air AC atau dehumidifier yang merupakan hasil kondensasi bisa digunakan sebagai alternatif.
Air hasil demineralisasi dan air destilasi juga bisa digunakan, misalnya air aki tutup biru. Air hasil demineralisasi dimurnikan melalui proses kimia untuk menghilangkan kandungan mineralnya. Sedangkan air destilasi menggunakan panas untuk menghasilkan uap yang kemudian diembunkan. Air RO (reverse-osmosis) juga sesuai untuk tavor dan bisa dibuat di rumah dengan perangkat yang ringkas tetapi tidak murah. Pemurnian air dilakukan dengan cara mendorong air melalui membran semipermeabel, sehingga menghasilkan air dengan kadar pengotor di bawah 10 ppm.
Penggunaan air dalam kemasan dan isi ulang harus memperhatikan informasi pada label untuk pemilihannya. Air dengan klaim “air mineral (mineralized water)”, “air pegunungan (mountain water)”, “bersumber dari mata air (spring water)”, atau “air alkali (alkaline water)” harus dihindari untuk digunakan.  
Bagaimana dengan air sumur dan air tanah? Kualitas dan kadar mineral air ini bisa berbeda antarlokasi dan berubah saat musim berganti. Air dengan TDS di atas 100 ppm sebaiknya tidak digunakan langsung untuk penyiraman tavor. Demikian pula dengan air ledeng atau air PDAM.

Referensi

D’Amato P (2013) The Savage Garden–Revised. Berkeley: Ten Speed Press
Hewitt-Cooper N (2016) Carnivorous Plants: Gardening with Extraordinary Botanicals. Portland: Timber Press

No comments:

Post a Comment