DENPASAR, KOMPAS – Fosil tulang Homo erectus dan kapak perimbas yang ditemukan di Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, diperkirakan berusia 1,8 juta tahun. Fosil ini lebih tua dari Homo erectus di Sangiran yang berusia 1,5 juta tahun. Penemuan ini berpotensi mengoreksi teori kedatangan pertama Homo erectus di Jawa berdasarkan teori Out of Africa.
Beberapa bulan lalu, Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta menerima laporan dari pemilik Museum Bumiayu-Tonjong, H Rafly Rizal, dan pelestari fosil, Karsono, bahwa mereka menemukan beberapa fosil tulang. Temuan itu disampaikan ke Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran dan arkeolog senior Balar Yogyakarta Prof Harry Widianto.
"Setelah saya lihat, ternyata fosil-fosil tulang dari Kalibodas, Bumiayu, itu adalah fosil tulang manusia berupa tiga bonggol tulang paha (caput femuralis), fragmen atau pecahan rahang bawah dengan akar giginya, serta pecahan tulang paha bagian tengah. Tingkat fosilisasinya sempurna. Tulang-tulang itu telah menjadi mineral, warnanya hitam," kata Harry yang juga Ketua Tim Penelitian Arkeologi Migrasi Plio-Plestosen pada Poros Bumiayu-Prupuk-Semedo, Jumat (5/7/2019), kepada Kompas, di Bali.
Untuk memastikan konteks temuan itu, para peneliti terjun ke lapangan pada 17 Juni-4 Juli 2019 di kawasan Kalibodas, Bumiayu, dan sekitarnya. Setelah dikorelasikan dengan stratigrafi atau susunan lapisan batuan dalam kulit bumi, peneliti mengonfirmasi tulang-tulang manusia tersebut berasal dari bagian paling bawah lapisan formasi Kaliglagah yang menunjuk pada angka 1,8 juta tahun lalu. Melihat masanya, fosil-fosil itu merupakan tulang belulang Homo erectus atau manusia berjalan tegak.
"Selama ini orang mengatakan Homo erectus berasal dari Afrika 1,8 juta tahun lalu, yang kemudian menyebar ke Eropa, Asia Tengah, China, dan mengembara sampai ke Pulau Jawa (Sangiran) sekitar 1,5 juta tahun lalu, yang ditemukan pada lapisan formasi Pucangan berupa lempung hitam. Tapi, penemuan ini menunjukkan fakta lain bahwa Homo erectus ternyata sudah ada sejak 1,8 juta tahun lalu," kata Harry.
Untuk sementara, perkiraan usia fosil Homo erectus Bumiayu masih menggunakan sistem pertanggalan relatif. Beberapa sampel akan menjalani tes pertanggalan argon-argon 40 dan 39 di Perancis serta vission track di China yang hasilnya akan keluar sekitar enam bulan mendatang.
Selain fosil tulang manusia, peneliti juga menemukan kapak perimbas (chopper) dari batuan andesit yang berasal dari satu masa dengan Homo erectus Bumiayu. Selama ini, artefak tertua di Indonesia ditemukan di Dayu, Sangiran, dengan usia 1,2 juta tahun. Kapak perimbas biasa dipakai untuk penanganan hasil perburuan fase awal, terutama untuk memecah tulang.
Muncul lebih dulu
Kawasan Bumiayu pernah diteliti pada 1920-1930. Pada waktu itu ditemukan beberapa spesies fauna yang berusia 1,6 juta-2 juta tahun, lebih tua dibandingkan dengan fauna-fauna di kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hewan-hewan yang hidup pada masa itu, misalnya Sinomastodon (gajah purba), Hexaprotodon (kuda air), Geochelon (kura-kura raksasa), Bubalus paleo karabau (kerbau), dan Bos bubalus (banteng).
Sekitar 2 juta tahun lalu, sebagian besar wilayah Jawa Tengah dan seluruh Jawa Timur masih di bawah permukaan laut. Daerah Bumiayu sudah terangkat sebagian daratannya. Jalur Bumiayu-Prupuk (Brebes)-Semedo (Tegal) 2 juta tahun lalu merupakan pantai di perbatasan Jateng-Jabar. Pulau Jawa baru terangkat total sejak 1,65 juta tahun lalu.
Menurut Harry, penemuan ini berpotensi mengoreksi teori pendaratan pertama Homo erectus di Jawa berdasarkan teori Out of Africa. Sebelumnya diyakini, usia Homo erectus di Sangiran yang tertua. "Situasi ini membuktikan, Sangiran bukan merupakan pendaratan pertama ketika Homo erectus datang untuk pertama kalinya di Pulau Jawa," ujarnya.
Penemuan fosil dan artefak Homo erectus Bumiayu juga menginisiasi pemahaman baru tentang kedatangan manusia di Pulau Jawa sesuai teori Multi-Regional yang menyebutkan, Homo erectus sama-sama muncul di sejumlah tempat dan mengalami evolusi lokal. Selain di Indonesia (Bumiayu), di sejumlah negara lain, seperti Afrika, Eropa, Asia Tengah, dan China, juga ditemukan fosil Homo erectus berusia 1,8 juta tahun.
Ulasan tentang kedatangan Homo erectus di Nusantara semakin menarik dengan penemuan fosil manusia berusia 700.000 tahun di Cekungan Soa, Mata Menge, Flores, Nusa Tenggara Timur, oleh Tim Gabungan Pusat Survei Geologi Badan Geologi bersama Universitas Wollongong, Australia, pada 2016. Thomas Sutikna, arkeolog Universitas Wollongong, Australia, mengatakan, penemuan fosil itu menunjukkan bagaimana manusia purba berhasil menyeberangi lautan hingga kepulauan Indonesia timur. (ABK)
Kompas, Sabtu, 6 Juli 2019
No comments:
Post a Comment