Kematian Sarracenia secara mendadak banyak dikeluhkan. Tanaman yang dalam kondisi segar
dan subur, begitu masuk musim hujan tiba-tiba lemas. Saat media dibongkar, rimpang tampak menghitam. “Kejadian yang sama terus terulang di musim yang sama sampai semua sarra-ku punah,” keluh Abdul Ghofur.
Banyak
penyebab busuk akar atau busuk rimpang pada Sarracenia. Ricardo Satya memberikan contoh, busuk akar dapat terjadi karena air jarang diganti dan media yang sudah menjadi lumpur. “Media harus sering diperiksa dan diganti,”
katanya.
Timbulnya
masalah ini diduga juga bisa terkait dengan dormansi. Sarracenia berasal dari Amerika Serikat bagian timur dan tenggara, yang memiliki empat musim. Tanaman ini mengalami dormansi pada musim dingin.
Dormansi
bisa karena biologis (deep), yang merupakan karakteristik tanaman dan terprogram secara genetik, atau terpaksa (forced),karena kondisi lingkungan. Jadi, dormansi bukan sekedar reaksi melindungi diri dari kondisi lingkungan yang tidak ramah. Tanaman masih dapat memasuki masa dormansi bahkan pada saat kondisi masih mendukung pertumbuhan (Duca, 2015, pp. 190-192).
Saat dormansi, intensitas metabolisme dan laju pertumbuhan tanaman menurun tajam. Sarracenia yang memasuki masa dormansi ditandai dengan perlambatan pertumbuhan dan pengecilan ukuran daun. Bahkan, kadang-kadang tanaman membentuk daun bilah atau daun pedang, yang disebut phillodia (Chiang, 2010).
Penurunan
metabolisme menyebabkan tanaman menjadi rentan terhadap serangan mikroba, baik bakteri maupun jamur. Bahkan, mikroba yang biasanya hidup hanya dari jaringan mati, mendapat kesempatan untuk menyerang sel hidup. Langkah pengamanan perlu dilakukan untuk mencegah tanaman yang sedang tidur tidak sampai terserang penyakit.
Ada dua
cara penanganan Sarracenia yang akan melakukan dormansi di daerah tropis. Pertama, rimpang yang telah dipotong daunnya dan dibersihkan dari media, dibungkus dalam moss lembap, kemudian dimasukkan kantong plastik dan disimpan dalam kulkas selama 1-2 bulan. Metode ini terkadang memerlukan pemberian fungisida.
Metode yang lain adalah pengeringan media. Irigasi untuk Sarracenia biasanya menggunakan sistem nampan. Selama tidak dormansi, media Sarracenia dikondisikan selalu basah dengan air yang asam dan rendah nutrisi. Pencahayaan kuat, seperti sinar matahari langsung, diperlukan terutama untuk Sarracenia tipe pipa tegak. Jenis yang rebah, seperti Sarracenia purpurea, S. psittacina, dan S. rosea, sudah beradaptasi dengan pencahayaan rendah karena di alam kurang mampu berkompetisi dengan tanaman lain yang lebih tinggi (Rice, 2006).
Saat dormansi, nampan dikeringkan dan media dijaga cukup lembap, tidak basah (Greyes, 2015). Tanaman bisa ditempatkan pada lokasi yang teduh dan terhindar dari hujan. “Boleh juga kantong dibabat habis dan dibiarkan tumbuh kembali secara alami,” kata Ricardo Satya.
Setelah 1-2 bulan, Sarracenia bisa dipindahkan ke media baru. Media tetap dibiarkan hanya lembap saja hingga tanaman menunjukkan pertumbuhan baru. Setelah itu, tanaman bisa kembali dijemur seperti masa sebelum dormansi.
Referensi:
Chiang LPC
(2010) Growing Carnivorous Plants in the
Tropics. Singapore: Celestial
Duca M
(2015) Plant Physiology. Cham:
Springer
Greyes N
(2015) Cultivating Carnivorous Plants.
CreateSpace Independent Publishing Platform
Rice BA
(2006) Growing Carnivorous Plants.
Portland: Timber Press
No comments:
Post a Comment