Thursday 24 September 2020

Zubir Said, Putra Bukittinggi Pengarang Lagu Kebangsaan Singapura

Oleh IWAN SANTOSA

Indonesia punya WR Supratman, pengarang lagu kebangsaan ”Indonesia Raya”. Di negara jiran Singapura, mereka punya Zubir Said, putra Bukittingi, yang mengarang lagu kebangsaan ”Majulah Singapura”.

Indonesia punya Wage Rudolf Supratman pengarang lagu kebangsaan ”Indonesia Raya”. Di negara jiran Singapura, mereka punya Zubir Said, putra Bukittingi, Sumatera Barat, yang mengarang ”Majulah Singapura”, lagu kebangsaan Republik Singapura.

Penulis buku 101 Tokoh Minang di Pentas Sejarah, Hasril Chaniago yang dihubungi, menjelaskan, Zubir Said, yang lahir di Bukittinggi tahun 1907, menempuh jalan hidup seperti WR Supratman, yakni bekerja sebagai wartawan dan musisi.

Sepanjang karier musik, Zubir Said mengarang 1.500 lagu. Dia juga mengajarkan musik dan menyanyi kepada aktor besar Malaya, P Ramlee, yang keturunan Aceh. P Ramlee seniman legendaris yang dikenal di Malaysia, Singapura, Indonesia, dan Brunei.

”Zubir Said satu kampung halaman dengan Bung Hatta. Sekolahnya di Kweek School yang sama dengan Tan Malaka. Zubir Said kemudian merantau ke Singapura. Perantau Minang sudah lazim merantau ke Malaya dan Singapura pada zaman itu,” kata Hasril.

Zubir adalah anak tertua dari sembilan bersaudara dengan tiga adik lelaki dan lima adik perempuan. Ibunya meninggal ketika dia berusia tujuh tahun.

Zubir Said sejak kecil belajar suling, gitar, dan drum secara otodidak. Dia sempat pergi belajar ke Belanda tetapi kembali pada 1928 untuk mengejar keinginan hati mendalami dunia seni, meski ditentang ayahnya. Lalu dia merantau ke Singapura dan bergabung dengan rombongan Stambul Bangsawan—sejenis opera keliling zaman itu—dengan para pemain dari Bangsa Melayu.

Tidak lama bergabung dengan kelompok seni panggung, Zubir berhenti dan pindah bekerja di perusahaan rekaman His Master’s Voice tahun 1936. Dia bertemu teman kerjanya di sana Tarminah Kario Wikromo, seorang penyanyi keroncong, yang dinikahinya pada 1938.

Setelah berumah tangga, Zubir—Tarminah sempat mudik ke Kota Bukittinggi. Mereka baru kembali ke Singapura tahun 1941. Zubir menetap di Singapura hingga akhir hayatnya tahun 1987.

Saat kembali ke Singapura, dia menggeluti profesi wartawan di surat kabar Utusan Melayu sebagai fotografer dan penulis lepas. Bekerja sebagai penulis lepas dipilihnya agar dia leluasa menyalurkan kesenangannya bermain musik dan menulis lagu-lagu ciptaannya di surat kabar.

Mulai dikenal publik

Kerja keras Zubir Said mulai dikenal masyarakat Singapura. Pada 1957 untuk pertama kali, gubahannya dipentaskan untuk umum di Victoria Theatre. Lalu pada 1958, Dewan Kota Singapura menetapkan salah satu lagu gubahan Zubir Said, yakni ”Majulah Singapura”, menjadi lagu resmi Kota Singapura.

Lagu ”Majulah Singapura” kelak ditetapkan menjadi lagu kebangsaan Singapura ketika negara itu merdeka pada 9 Agustus 1965. Hingga tahun 1960-an, Zubir Said menciptakan aneka lagu termasuk untuk soundtrack film yang dibuat rumah produksi Cathay Keris. Salah satu lagu karyanya yang dibuat untuk film Dang Anom memenangi penghargaan Festival Film Asia ke-9 di Seoul, Korea Selatan 1962.

Karya Zubir Said dinilai pengamat seni sebagai genre Melayu sejati karena mengeksplorasi sejarah dan nilai-nilai Melayu, terutama Minangkabau dan juga membangkitkan semangat kebangsaan.

Sebelum didera sakit yang menyebabkan kematiannya pada 1987, Zubir Said belum memublikasikan semua karyanya karena terlalu sibuk mengajar para seniman muda. Beberapa lagu karya Zubir Said yang terkenal di antaranya ”Sang Rembulan”, ”Sayang Disayang”, ”Cinta”, ”Selamat Berjumpa Lagi”, ”Nasib Malang”, ”Anak Daro”, ”Setangkai Kembang Melati”, dan ”Kumbang dan Rama-Rama”.

Atas pengabdiannya di bidang musik, Zubir Said diganjar sejumlah penghargaan, yakni Certificate of Commendation and the Public Star Service (1962), Jasawan Seni Award dari Malay Cultural Organizations (1971), ASEAN Cultural and Communication Awards (1987), Lifetime Achievement Award dari Masyarakat Komposer dan Pengarang Singapura (1995).

Zubir Said yang dimakamkan di Kampong Gelam juga dihormati Pemerintah Singapura yang mendirikan patung dirinya di depan Istana Kampung Gelam di Taman Warisan Melayu Singapura. Sejak 2003, Pemerintah Singapura dengan biaya 17 juta dollar Singapura merenovasi Istana Kampong Gelam yang merupakan peninggalan Sultan Ali, putra Sultan Hussein Shah dari Kesultanan Johor–Riau yang dibangun 167 tahun silam. Zubir Said, putra Bukittingi jadi jembatan persahabatan Indonesia-Singapura.

No comments:

Post a Comment