Mikrobiota usus memiliki peran penting bagi kesehatan manusia karena kemampuannya membentuk benteng terhadap koloni bakteri patogen. Saat dilahirkan, bayi memiliki usus yang steril, tetapi dalam beberapa jam kemudian, bisa didapati bakteri dalam fesesnya. Komposisi koloni bakteri dalam usus bayi pada masa-masa awal ini utamanya dipengaruhi oleh ibu dan lingkungannya. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan waktu kolonisasi dan komposisi biota dalam usus bayi yang dilahirkan normal melalui vagina dan bayi yang dilahirkan dari bedah cesar (Palmer et al, 2007).
Bayi yang dilahirkan secara normal melalui vagina, mendapatkan mikrobiota sepanjang jalan lahirnya. Ada kesamaan yang jelas dari jenis koloni dan komposisi mikrobiota vagina ibu dengan yang ada dalam saluran cerna bayi yang dilahirkan melalui jalur tersebut, setelah beberapa jam kelahirannya.
Selama masa kehamilan, normal flora dalam vagina mengalami perubahan signifikan. Spesies bakteri yang umum bisa menjadi jarang, sebaliknya spesies yang jarang mengalami pertumbuhan luar biasa, bahkan bakteri yang tidak secara normal ditemukan dalam vagina. Sebagai contoh, dari suatu penelitian ditemukan adanya populasi Lactobacillus johnsonii dalam vagina ibu hamil. Secara normal, bakteri ini berdiam di saluran cerna (usus) untuk memproduksi enzim pencerna susu. Dari sini tampak, bahwa bakteri ini disiapkan oleh sang ibu untuk bisa diberikan pada bayinya saat melewati jalan lahirnya, sehingga nantinya si bayi bisa siap mencerna susu.
Berdasarkan analisa sampel feses dari bayi yang berusia satu bulan, feses bayi yang dilahirkan melalui bedah cesar memiliki jumlah bifidobakteria dan Bacteroides yang lebih rendah, tetapi koloni Clostridium difficile lebih tinggi, dibandingkan dari bayi yang dilahirkan melalui vagina (Penders et al, 2006). Bifidobacteria merupakan bakteri penghasil asam dan senyawa antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri jahat, termasuk Staphylococcus aureus. Bakteri berbentuk Y ini bertumbuh kembang di area puting susu ibu, terutama pada masa kehamilan, sehingga bisa tertelan bersama air susu ibu.
Bayi yang dilahirkan secara cesar, yang dengan kata lain tidak menerima mikroba yang sudah disediakan sang ibu di jalan lahirnya, tetapi terpapar bakteri yang berasal dari lingkungan rumah sakit dan pekerja kesehatan yang membantu persalinan. Penelitian juga menunjukkan bahwa bayi yang dilahirkan melalui bedah cesar memiliki tingkat kejadian alergi dan asma yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang dilahirkan normal melalui vagina (Thompson, 2015). Risiko asma sebesar 20 persen dan alergi rinitis 23 persen dibandingkan dengan yang persalinan normal (Kompas, 2016)
Referensi
Kompas (11 April 2016) Operasi Caesar Tingkatkan Risiko Bayi Alergi
Palmer C, Bik EM, DiGiulio DB, Relman DA, Brown PO (2007) Development of the human infant intestinal microbiota. PLoS Biol 5(7):e177. DOI: 10.1371/journal.pbio.0050177
Penders J, Thijs C, Vink C, Stelma FF, Snijders B, et al. (2006) Factor influencing the composition of the intestinal microbiota in early infancy. Pediatrics 118:511-521. DOI: 10.1542/peds.2005-2824
Thompson GS (2015) Understanding Anatomy and Physiology, 2nd Editioni. Philadelphia: FA David Company
No comments:
Post a Comment