Sunday 1 March 2015

Dari “Bojo Loro” Sampai “Dayong Sampan”

Ingat “Bojo Loro” yang dipopulerkan Didi Kempot? Lagu berbahasa Jawa itu merupakan “penjelmaan” dari lagu “Tian Can Bian” atau “Thien Chan Phin” lagu dalam serial televisi Pendekar Ulat Sutra. Lagu yang sama juga berubah menjadi lagu “Pusara Cinta” yang dinyanyikan Yulia Yasmin. Lain judul, lain pula isinya. Lagu Mandarin pernah berubah menjadi lagu berbahasa Indonesia dari masa ke masa.
“Bunga Sedap Malam”
Era 1960-an populer lagu “Bunga Sedap Malam” yang dibawakan penyanyi Rita Zaharah. Lagu tersebut merupakan saduran dari lagu “Ye Lai Xiang” yang antara lain dipopulerkan penyanyi sopran Shirley Yamaguchi alias Li Xianglan, penyanyi keturunan Tionghoa kelahiran Jepang dan berkarier di Tiongkok. Album dikeluarkan oleh perusahaan rekaman HMV 1950.
Judul “Ye Lai Xiang” dalam versi bahasa Inggris ditulis sebagai “Night Fragrance” dan menjadi “Bunga Sedap Malam” dalam versi Rita Zaharah. Lagu itu terdapat pada album berjudul Ngelamar keluaran Indah Record. Album yang juga menampilkan penyanyi Benyamin S itu diiringi Gambang Kromong Naga-Mustika pimpinan Surjahanda dengan aransemen oleh S Dharmanto. Dalam album pencipta lagu tertulis keterangan NN (no name).
“Ye Lai Xiang” digubah oleh Li Jinguang pada 1944 dan populer juga di Tiongkok pada paruh kedua 1940-an lewat penyanyi Zhou Xuan. Lagu termasuk evergreen alias awet dan populer sampai era 1980-an lewat suara Teresa Teng. Di beberapa tempat karaoke di Jakarta, “Ye Lai Xiang” termasuk sering diperdengarkan.
“Air Mata Kekasih”
Pada akhir 1960-an, penyanyi Christine memopulerkan lagu “Air Mata Kekasih”. Christine, penyanyi asal kota Solo, menyanyikan “Air Mata Kekasih” dengan iringan band D’Stranger’s dalam album keluaran Diamond Record.
Lagu ini aslinya berjudul “Qing Ren De Yan Lai” atau versi bahasa Inggrisnya “Tear’s Lover” yang pertama kali dipopulerkan penyanyi Poon Sow Keng atau Pan Xiuqiong pada awal 1960-an. Pan Xiuqiong adalah penyanyi asal Makau yang kemudian berpindah ke Malaysia dan menetap sebagai warga negara di Singapura. Lagu ini termasuk lagu awet dan yang sampai hari ini masih sering terdengar di Singapura dan Malaysia. Pemusik yang juga sutradara asal Taiwan Jay Chou bahkan juga memilih lagu tersebut menjadi salah satu lagu pengisi filmnya, yaitu Secret (2007).
“Dayong Sampan”
Lain lagu dengan “Dayong Sampan” yang justru berubah menjadi lagu Mandarin terkenal berjudul “Tian Mimi”. Di sejumlah unggahan di Youtube pada lagu tersebut dicantumkan keterangan “Indonesian folksong”, tetapi ada pula yang mencantumkan keterangan sebagai “Singaporean folksong”.
Dari sumber lain “Dayong Sampan” tercatat sebagai lagu dalam film Aloha produksi Malay Film Production (MFP) tahun 1950 yang dibintangi aktor tenar Malaysia, P. Ramlee. Pada catatan produksinya, “Dayong Sampan” tertera sebagai lagu gubahan Osmand Ahmad, warga Singapura yang orangtuanya berasal dari Semarang, Jawa Tengah.
Pada era 1960-an, “Dayong Sampan” dibawakan Rita Zahara (kini tertulis tanpa “h”) diiringi orkes Tetap Segar pimpinan Rudi Pirngadi pada album Songs from Old Djakarta – in Krontjong Beat. Lirik mengalami perubahan. Lirik awal versi film berbunyi: “Dayung Sampan/ dayung dayung sampan/ Datang dari negara Cina/ Sampai Singapura.” Ada pun lirik bait pertama versi Rita Zahara: “Naik sampan/ Sampan didayung/ Sampan pun laju hei nona ya/ Ke pantai nan biru.”
Lagu “Dayong Sampan” kemudian populer sebagai lagu Mandarin berjudul “Tian Mimi” yang dipopulerkan penyanyi Teresa Teng. Isi lirik sudah berubah sama sekali, tak terkait dengan dayung-mendayung, tetapi tentang keindahan senyuman. “Tian Mimi” juga digunakan dalam film Comrades: Almost a Love Story arahan sutradara Peter Chan (1996) yang dibintangi Maggie Cheung dan Leon Lai.
“Kota Lama”
Era awal 1970 lagu pop rasa Mandarin meramaikan belantika musik pop negeri ini. Salah satunya yang terkenal adalah The Phoenix dengan lagu kondangnya “Ling Ling”. Ini karya orisinal tetapi berasa sangat oriental dengan garapan musik yang dibuat seperti lagu pop Mandarin. Pada sampul album tertera isi lagu yang menjadi judul album tersebut: “Kisah cinta gadis Tiong Hwa dengan pemuda Indonesia”.
Koes Plus pada album Volume 11 menulis lagu “Kota Lama” dengan garapan music mirip lagu pop Mandarin. Lagu bertutur tentang gadis di Kota Lama. Yon Koeswoyo sebagai penulis dan penyanyi lagu tersebut menceritakan aransemen musik yang terdengar pop oriental itu mengikuti tema lagu.
“Saya mengkhayal bertemu gadis di Glodok,” tutur Yon menyebut kawasan Pecinan di Jakarta.
“Itu makanya nuansa terus menjadi chinese. Nada-nada, melodinya menjadi chinese,” kata Yon. “Yon menolak anggapan bahwa Koes Plus mengikuti tren pop Mandarin era awal 1970-an. “Saya malah enggak tahu Mandarin itu apa.”
Lagu Indonesia dengan langgam oriental sudah muncul sejak era 1940-1950-an. Salah satunya dari penulis lagu asal Semarang, Oey Yok Siang, dengan karyanya seperti “Gambang Semarang”, “Aksi Kucing”, dan “ImpianSemalam”. Lagu-lagu yang memperkaya khazanah musik pop di Tanah Air. (XAR)
Kompas, Minggu, 1 Maret 2015

2 comments:

  1. Hallo mas Siswanto. Terima kasih artikelnya mengeingatkan saya akan masa kecil. Saat mana saya masih kelas 1 SD. Tiap akan berangkat sekolah ibu saya menyisir rambut saya di depan almari kuno sambil menyanyikan lagu Malu malau kucing. Hari ini saya berhasil mendownload lagu tersebut. Akan saya outat di makam ibu saya besuk. Sekali lagibterimankasih. Salam buat mas dan seluruh anggota keluatga. Salam.

    ReplyDelete
  2. Saya sekarang sudah berumur 65 tahun. Alamat email saya:
    moesta.2016@gmail.com
    Tempat tinggal di Wlingi Kab. BLITAT JATIM.

    ReplyDelete