Lemak perut mencakup lemak visceral (melingkupi organ dalam perut) dan lemak subkutan (berada antara kulit dan dinding perut). Lemak yang terletak di belakang rongga perut, disebut lemak retroperitoneal, juga terhitung sebagai lemak visceral. Banyak penelitian yang mengindikasikan bahwa lemak visceral paling berhubungan erat dengan faktor resiko diabetes tipe 2. Beberapa penelitian juga menilai kalau lemak subkutan juga terlibat dalam resistensi insulin pada pria, tapi tidak pada wanita.
Lemak tubuh atau jaringan lemak semula cuma dianggap sebagai gudang penyimpanan energi yang berlebih. Tapi penelitian menunjukkan bahwa sel-sel lemak, terutama sel lemak perut ternyata bersifat aktif secara biologis. Lebih dalam lagi, tumpukan lemak ini bisa dikatakan sebagai organ atau kelenjar endokrin yang memproduksi hormon dan bahan lain yang bisa mempengaruhi kesehatan. Salah satu hormonnya adalah leptin, yang normalnya cuma dilepas setelah makan untuk menurunkan selera makan. Sel lemak juga menghasilkan hormon adiponektin, yang diperkirakan mempunyai pengaruh pada respon sel terhadap insulin. Peran masing-masing hormon memang masih diuraikan para ilmuwan, tapi sudah jelas kalau lemak tubuh berlebih, terutama lemak perut, mengganggu kesetimbangan normal dan fungsi hormon-hormon tersebut.
Para peneliti juga mempelajari bahwa lemak dalam rongga perut (lemak visceral) memompa keluar bahan kimia yang berkaitan dengan sistem imun, sitokin, yang dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler dengan peningkatan resistensi insulin dan radang kronis tingkat rendah.
Satu alasan kuat mengapa lemak visceral sangat berbahaya adalah karena lokasinya yang dekat dengan vena portal, yang membawa darah dari area usus ke hati. Bahan-bahan yang dilepas oleh lemak visceral, termasuk asam lemak bebas, memasuki vena portal dan terbawa ke hati. Di hati ini asam lemak bebas bisa mempengaruhi produksi lemak darah. Lemak visceral juga secara langsung berhubungan dengan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (jahat) yang lebih tinggi, kolesterol HDL (baik) yang lebih rendah dan resistensi insulin.
Resistensi insulin artinya adalah otot tubuh dan sel hati tidak bisa merespon dengan baik kadar insulin normal. Sebagai akibatnya, kadar glukosa darah meningkat sehingga meningkatkan resiko diabetes. Bekerja sama dengan resistensi insulin, glukosa darah yang tinggi, lemak perut berlebih, kadar kolesterol yang di batas batas normal - termasuk kadar trigliserida tinggi, dan tekanan darah tinggi membentuk organisasi sindroma metabolik dengan visi-misi meningkatkan resiko penyakit jantung dan stroke.
Karena bahaya lemak perut yang lebih tinggi daripada timbunan lemak di lokasi lain maka lingkar pinggang lebih dipilih menjadi tolok ukur obesitas daripada indeks massa tubuh (BMI). Cara pengukurannya bisa dengan meteran yang biasa digunakan untuk membuat baju. Titik pengukuran bisa dicari dengan menekan jemari pada batang tubuh di dekat bagian kanan pinggang untuk menemukan tulang dasar panggul. Selanjutnya jari dipindahkan sampai menemukan lengkungan atas tulang tersebut. Titik tertinggi akan terletak di sisi batang tubuh, hanya sedikit di bagian bawah tulang iga. Titik pengukuran ini berada di dekat atau pada level yang sama dengan pusar. Meteran selanjutnya diposisikan horizontal di titik atas tulang pinggul dan dilingkarkan seputar perut dan seluruh batang tubuh. Yang patut diingat selama pengukuran adalah jangan mengecilkan perut, harus berdiri tegak dan buang napasnya pelan-pelan saja.
Untuk pria, lingkar pinggang sebaiknya kurang dari 94 cm, sedangkan untuk wanita sebaiknya kurang dari 80 cm. Lingkar pinggang lebih dari 102 cm pada pria dan 88 cm pada wanita dikategorikan beresiko tinggi.
Referensi
Harvard Women's Health Watch (2006). Abdominal fat and what to do about it. Retrieved December 12, 2013, from http://www.health.harvard.edu/newsweek/Abdominal-fat-and-what-to-do-about-it.htm
Healthwise Staff (2011). Waist measurement. Retrived December 12, 2013, from http://www.webmd.com/diet/waist-measurement
Waine C (2002) Obesity and Weight Management in Primary Care. Oxford: Blackwell Science
Wake Forest University Baptist Medical Center (2006). Exercise Important In Reducing Size Of Abdominal Fat Cells. ScienceDaily. Retrieved December 12, 2013, from http://www.sciencedaily.com /releases/2006/08/060807154847.htm
No comments:
Post a Comment