Oleh JAMES LUHULIMA
Di masa pemerintahan Presiden Soekarno, ia memberikan tenggat kepada Prof Dr Ir Sedijatmo sebagai pejabat Perusahaan Listrik Negara untuk membangun menara listrik tegangan tinggi di daerah rawa-rawa Ancol, Jakarta.
Pada tahun 1961, Sedijatmo ditugaskan untuk membangun 7 menara listrik tegangan tinggi guna menyalurkan listrik dari pembangkit tenaga listrik di Tanjung Priok ke Gelanggang Olahraga Senayan, yang akan menjadi tempat penyelenggaraan Asian Games 1962.
Dengan susah payah, PLN hanya dapat membangun 2 menara listrik tegangan tinggi. Sistem fondasi konvensional tidak dapat digunakan di daerah rawa-rawa Ancol. Akibatnya, 5 menara listrik tegangan tinggi sisanya terbengkalai pembangunannya. Presiden Soekarno pun memberikan tenggang waktu tertentu pada Sedijatmo untuk membangun ke-5 menara listrik tegangan tinggi sisanya.
Sedijatmo pun berupaya keras menemukan sistem fondasi yang cocok untuk digunakan di daerah rawa-rawa. Tenggat yang ditentukan sudah semakin dekat, tetapi oret-oretan rumus yang ditorehkan Sedijatmo di atas kertas kerja belum memberikan hasil seperti yang diharapkan.
Ketika batas waktu yang ditetapkan oleh Presiden Soekarno tinggal seminggu, dan ia belum menemukan jawaban yang dicari, ia pun putus asa. Ia pun mengajak keluarganya piknik ke pantai Cilincing, yang pada masa itu merupakan salah satu area rekreasi popular warga Jakarta.
Dalam benaknya, Sedijatmo ingin menghabiskan waktu bersama keluarga sebelum ia menerima sanksi karena tidak berhasil memenuhi tenggat yang ditetapkan Soekarno. Saat itu, ia menganggap kegagalannya (mungkin) harus dibayarnya dengan mendekam dalam penjara.
Ia bersama keluarga menggelar tikar di pinggir pantai yang waktu itu dipenuhi pohon kelapa. Sewaktu menunggu anak-anaknya yang tengah berenang di laut, ia melihat pohon kelapa di dekatnya, yang tanah tempatnya beridri kokoh, sudah terkikis ombak.
Ia membatin, “Mengapa pohon kelapa itu masih kokoh berdiri, padahal tanah yang menjadi landasannya berdiri sudah terkikis ombak.” Ia pun mengamati struktur akar pohon kelapa dengan saksama. Ia menemukan bahwa akar pohon kelapa tidak menghujam jauh ke dalam, melainkan merambah menjauh dari sekeliling pangkal batangnya sehingga dapat menahan terpaan angin.
Saat itulah, ia mengetahui bahwa ia menemukan jawaban yang dicarinya. Fondasi yang inspirasinya diambil dari pohon kelapa itu diberi nama fondasi cakar ayam. Dan, pekerjaan 5 menara listrik tegangan tinggi yang tersisa pun dapat diselesaikan.
Kompas, Sabtu, 20 Juli 2013
No comments:
Post a Comment