Teh merupakan minuman yg sudah dikenal oleh penduduk bumi ini. Dari berbagai macam tipe teh setidaknya ada 3 kategori utama: teh hijau, teh oolong dan teh hitam. Teh hitam dibuat dari dengan cara melakukan fermentasi terhadap daun teh. Selama proses produksi teh hitam, sebagian besar senyawa-senyawa yg ada akan teroksidasi. Teh oolong dibuat dengan memfermentasi sebagian. Sedangkan teh hijau mengalami proses pengeringan untuk mencegah proses oksidasi lebih lanjut hingga zat yang terkandung tetap dalam kondisi utuh. Rasa teh hitam lebih nikmat ketimbang teh hijau karena mengalami proses fermentasi, tapi dari segi khasiat teh hijau lebih baik daripada teh hitam karena kadar antioksidan yg lebih tinggi. Fermentasi yg dialami teh hitam menurunkan kadar antioksidan dalam daun teh.
Kandungan
Teh hijau mengandung flavonoid khatekhin, yang dapat mencapai 30-50% bobot daun teh kering. Khatekhin berkhasiat utama dalam daun teh adalah (-)-epigalocatechin gallate (EGCG). Dari cara pembuatan beragam teh tersebut di atas ditemukan bahwa EGCG dalam teh hijau lebih tinggi daripada dalam teh oolong dan jauh lebih tinggi dari pada dalam teh hitam. (Lin et al, 2003). Teh hijau dan the oolong umumnya memiliki kadar EGCG 30-130 mg per cangkir (237 mL), sedangkan teh hitam hanya dapat mencapai 70 mg EGCG er cangkir (Sang et al, 2005). Penelitian di Jepang juga menyebutkan bahwa teh hijau dari Indonesia (Camellia sinensis var asamica) kandungan EGCG-nya lebih tinggi daripada the hijau Jepang (Camellia sinensis var sinenesis). Selain itu, teh hijau juga mengandung flavonol, tannin, mineral, asam amino bebas, dan metilxantin (kafein, teofilin, dan teobromin) (Mason, 2007).
Khasiat dan efek samping
Telah banyak bukti yg menyatakan secara in vitro bahwa khatekhin teh hijau memiliki peranan penting dalam melindungi tubuh terhadap penyakit degeneratif. EGCG dalam teh hijau memiliki banyak aktivitas, antara lain antikarsinogenik - mencegah kanker (Beltz et al, 2006; Fujiki et al, 2005; Spinella et al, 2006), antioksidan (Luximon-Ramma et al, 2006), antimikrobial (Paul et al, 2006; Watson et al, 2006), dan antidiabetes (Tsunekiet al, 2004). ECGC sebagai antioksidan 25x lebih kuat dari vitamin C dan 10x dari vitamin E.
Penelitian juga menunjukkan bukti konsumsi teh hijau berkaitan dengan penurunan resiko penyakit kardiovaskuler (Kuriyama, 2008). Salah satu indikasi orang yang memiliki resiko penyakit kardiovaskuler tersebut adalah mereka yang mengalami kelebihan lemak perut (abdominal fat). Sering kali perut yang membusung dianggap sebagai lambang kemakmuran. Memang benar karena mereka sangat banyak mendapat asupan energi berlebih dari makanan hingga akhirnya tertimbun menjadi lemak di perut. Abdominal fat adalah timbunan lemak yang jahat. Maka dari itu kita hendaknya berusaha mencegah atau menguranginya. Teh hijau telah terbukti mampu menurunkan abdominal fat ini (Nagao et al, 2007).
Konsumsi teh hijau juga dilaporkan berkaitan dengan kesehatan gigi yang lebih baik. Koyama et al (2010) melaporkan bahwa konsumsi satu cangkir atau lebih teh hijau per hari dapat menurunkan terjadinya gigi tanggal pada partisipan dengan usia 40-64 tahun. Penurunan resiko gigi tanggal ini tidak ditemukan teh oolong.
Di samping khasiat yang ada, perlu diperhatikan juga efek buruk jika mengkonsumsi teh hijau terlalu banyak. Efek seperti sembelit dapat terjadi. Ginjal dan hati juga dapat mengalami gangguan. Pemakaian yang dianjurkan 1-2 kali sehari satu cangkir, pagi atau sore. Direkomendasikan juga untuk tetap banyak meminum air putih untuk mengurangi efek samping tersebut.
Cara penyajian
Teh hijau sebaiknya diseduh dengan air bersuhu antara 80-90°C selama 1-2 menit. Cara mudah untuk mendapatkan air dengan rentang suhu tersebut bisa dilakukan dengan mendidihkan air kemudian diangkat dan didiamkan selama kurang lebih 3 menit. Penyeduhan yang terlalu lama dapat menyebabkan banyak tannin yang terlarut sehingga meningkatkan resiko sembelit.
Referensi
Beltz LA, Bayer DK, Moss AL dan Simet IM, 2006. Mechanisms of cancer prevention by green tea and black tea polyphenols. Anticancer Agent Med. Chem. 6(5): 389-406. (Abstract)
Fujiki H, Suganuma M, Matsuyama S, dan Miyazaki K, 2005. Cancer prevention with green tea polyphenols for the general population, and for patients following cancer treatment. Current Cancer Therapy Reviews 1: 109-114. (Full Text)
Koyama Y, Kuriyama S, Aida J, Sone T, Nakaya N, Ohmori-Matsuda K, Hozawa A, Tsuji I, 2010. Association between green tea consumption and tooth loss: cross-sectional results from the Ohsaki Cohort 2006 Study. Prev Med. 50(4):173-179. (Abstract)
Kuriyama S, 2008. The relation between green tea consumption and cardiovascular disease as evidenced by epidemiological studies. J Nutr. 138(8):1548S-1553S. (Full Text)
Luximon-Ramma A, Neegheen VS, Bahorun T, Crozier A, Zbarsky V, Datla KP, Dexter DT, Arouma OI, 2006. Characterization of the antioxidant functions of flavonoids and proanthocyanidins in Mauritian black teas.Biofactors 27(1-4):79-91. [Abstract)
Mason P (2007) Dietary Supplements, 3rd Ed. London: Pharmaceutical Press
Nagao T, Hase T, dan Tokimitsu I, 2007. A Green Tea Extract High in Catechins Reduces Body Fat and Cardiovascular Risks in Humans. Obesity 15:1473-1483. (Abstract)
Paul DS, Saroj S, Yukihiko H, dan Peter WT, 2006. Potentiation of Catechin Gallate-Mediated Sensitization ofstaphylococcus aureus to Oxacillin by Nongalloylated Catechins. Antimicrob. Agents Chemother. 50(2): 752-755. (Full Text)
Lin YS, Tsai YJ, Tsai JS, dan Lin JK, 2003. Factors affecting the levels of the polyphenols and caffeine in tea leaves. J. Agric. Food Chem. 51(7): 1864-73. (Abstract)
Sang S, Lambert JD, Ho CT, Yang CS. Green tea polyphenols. Dalam: Coates PM, Blackman MR, Cragg GM, Levine M, Moss J, White JD (Editor) Encyclopedia of Dietary Supplements. New York: Marcel Dekker, pp. 327-336
Spinella F, Rosano L, dicastro V, Decandia S, Albini A, Nicotra MR, Natali PG dan Bagnato A, 2006. Green tea polyphenol epigallocatechin-3-gallate inhibits the endothelin axis and downstream signaling pathways in ovarian carcinoma. Mol Cancer Ther. 5:1483-1492 (Abstract)
Tsuneki H, Ishizuka M, Terasawa M, Wu JB, Sasaoka T, Kimura I., 2004. Effect of green tea on blood glucose levels and serum proteomic patterns in diabetic (db/db) mice and on glucose metabolism in healthy humans.BMC Pharmacol. 26;4:18. (Abstract)
Watson JL, Vicario M, Wang A, Moreto M, mcKay DM, 2005. Immune cell activation and subsequent epithelial dysfunction by Staphylococcus enterotoxin B is attenuated by the green tea polyphenol (-)-epigallocatechin gallate. Cell Immunol. 237(1):7-16. (Abstract)
No comments:
Post a Comment