Thursday, 3 March 2016

Gempa 7,8 Skala Richter Guncang Sumatera

PADANG, KOMPAS — Gempa bermagnitudo 7,8 skala Richter terjadi di Samudra Hindia, sekitar 682 kilometer barat daya Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Rabu (2/3) pukul 19.49. Gempa yang berpusat di kedalaman 10 kilometer itu juga dirasakan di wilayah Sumbar dan sejumlah wilayah lain di Sumatera. Hingga berita ini diturunkan, Rabu tengah malam, belum ada laporan kerusakan bangunan ataupun korban jiwa.
258e2c21d93245eaac814ee327c3c2bf.jpg
Lanskap Kota Padang, Sumatera Barat, Kamis (3/3), difoto sehari setelah diguncang gempa. Gempa berkekuatan 7,8 skala Richter terjadi di Samudra Hindia, sekitar 628 kilometer barat daya Kepulauan Mentawai, Rabu pukul 19.49. Gempa yang berpusat di kedalaman 10 kilometer itu juga dirasakan di wilayah Sumatera Barat, termasuk Padang. Tidak ada korban jiwa, tetapi guncangan gempa membuat warga panik dan mengungsi.(Kompas/Totok Wijayanto)
Vincentius Ndraha (53), warga Siberut Selatan, Kabupaten kepulauan Mentawai, yang baru bisa dihubungi Kompas dari Padang, Sumbar, pukul 21.22, mengatakan, guncangan gempa terasa sangat besar dan lama. Hal itu membuat warga panik dan berlarian keluar rumah menuju lokasi yang aman.
"Sekarang di Siberut Selatan, semua rumah kosong. Warga sudah mengungsi ke tiga titik ketinggian, yaitu di Gunung Batu Sudut, Gunung Kuburan Kristen, dan Gunung Pastoran," kata Vincentius.
Rinto Senenek, warga Desa Saibi Samukop, Siberut Tengah, menambahkan, warga di desanya berlarian keluar rumah setelah gempa dan bergerak ke daerah yang lebih tinggi. Gempa tidak sampai membuat rumah roboh.
Rinto mengatakan, beberapa desa di Kecamatan Siberut Barat Daya tidak bisa dipastikan kondisinya karena daerah itu memang belum dijangkau sinyal telepon seluler.
Gempa juga membuat warga Padang panik dan berusaha menuju ke tempat yang lebih tinggi. Hingga pukul 22.00, pergerakan warga menuju daerah yang lebih tinggi atau zona hijau bencana di kawasan Bypass Padang hingga Indarung masih berlangsung. Warga bergerak menggunakan kendaraan roda empat, roda dua, atau berjalan kaki. Hal itu membuat seluruh ruas jalan menuju daerah yang lebih tinggi di Kota Padang macet.
Selain ke daerah yang lebih tinggi, warga juga bergerak ke shelter-shelter pengungsian yang tersebar di sejumlah titik di Kota Padang. Di Masjid Nurul Haq yang menjadi salah satu shelter pengungsian di kawasan Tabing, Kecamatan Koto Tangah, misalnya, hingga pukul 22.00 masih ada 500 warga yang mengungsi. Semula ada sekitar 1.000 warga. "Warga yang masih tinggal terutama warga berusia lanjut, stroke, atau menggunakan kursi roda," kata Daz Edwiza, warga.
Gempa memicu longsor di kawasan Ngarai Sianok, Kota Bukittinggi. Akibatnya, jalur alternatif Bukittinggi-Agam terputus.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Padang Panjang Rahmat Triyono mengatakan, selain di Mentawai, guncangan gempa juga terasa besar di kawasan pesisir pantai seperti Padang, Pesisir Selatan, Pariaman, Padang Pariaman, Agam, dan Pasaman Barat. Gempa juga terasa di seluruh kawasan pesisir Sumatera.
Warga di Pulau Simeulue, Aceh, merasakan gempa dua kali sebelum azan isya. Gempa pertama berlangsung sekitar 10 detik, kemudian tenang beberapa detik, dan muncul lagi gempa yang lebih ringan selama 7 detik. "Gelas di meja hanya goyang-goyang, tetapi tidak jatuh," kata Ranu Anilus (34), warga.
Raja Umar, warga di Meulaboh, Aceh Barat, mengatakan, getaran gempa tak terasa di daerahnya. Namun, warga yang awalnya tenang akhirnya berlari keluar rumah setelah mengetahui berita mengenai ada potensi tsunami terkait gempa itu.
Getaran gempa berkekuatan rendah dirasakan warga di Kota Sibolga dan Nias Selatan, Sumatera Utara; di Kabupaten Lampung Barat, Lampung; serta di Kabupaten Seluma dan Mukomuko, Bengkulu. Status Waspada ditetapkan di Seluma dan Mukomuko.
"Kedua kabupaten itu berada di pesisir sehingga rentan terhadap potensi tsunami," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bengkulu Husni Wahyudin ketika dihubungi dari Palembang.
Pasca gempa, BMKG memang mengeluarkan peringatan dini tsunami di Sumbar, Sumut, Aceh, Bengkulu, dan Lampung. Peringatan tsunami berakhir sekitar pukul 22.35.
Ahli geologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Danny Hilman, mengatakan, gempa terjadi karena sesar geser di Samudra Hindia, yakni di Lempeng Samudra Indo-Australia. Gempa ini tidak berpotensi tsunami. "Pergerakan patahan mendatar sehingga tidak mengangkat volume air laut," ujarnya.
Karakteristik gempa ini, menurut Danny, mirip dengan yang terjadi pada April 2012 yang berkekuatan 8,5 SR dan 8,8 SR, berpusat di barat daya Simeulue.
Memantau
Dari Medan, Sumatera Utara, Presiden Joko Widodo, yang tengah melakukan kunjungan kerja tiga hari di Sumatera, memerintahkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei segera turun ke lapangan. Presiden meminta BNPB segera melakukan langkah penanganan dampak gempa.
Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Sukardi Rinakit, di Medan, mengatakan, Presiden Jokowi terus memantau perkembangan kondisi lapangan. Presiden juga meminta masyarakat Kepulauan Mentawai dan Sumbar tetap mewaspadai potensi gempa susulan.
Posko BNPB masih mengonfirmasi dampak gempa. Komunikasi dengan BPBD Mentawai terus dilakukan.
Kemarin pada pukul 13.09, gempa berkekuatan 5,2 SR juga terjadi di Samudra Hindia sekitar 81 kilometer barat daya Kabupaten Malang, Jawa Timur.
(ZAK/MHF/AIN/NSA/DRI/VIO/CHE/WSI/GER/RAM/WER/AIK/JOG/YUN/HAM)
Kompas, Kamis, 3 Maret 2016

No comments:

Post a Comment